basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Energi Kebencian dan Cinta, Mana yang Kuat? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ingat filem Avatar Aang? ...

Energi Kebencian dan Cinta, Mana yang Kuat?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ingat filem Avatar Aang? Mengapa raja api Ozai sangat kuat? Mengapa Azula dapat mengeluarkan api biru yang lebih panas dari api merah? Semakin benci, semakin kuat energi pengendalian apinya. Daya rusaknya pun semakin kuat. Itulah yang dilakukan oleh raja api Ozai saat kemunculan meteor Sozin untuk menghancurkan kerajaan bumi.

Bagaimana dengan Suko? Sang putra raja api? Energi pengendalian apinya hilang, sejalan dengan tidak adanya kebencian terhadap Avatar. Avatar Aang pun tidak bisa mengendalikan api karena di hatinya tidak ada kemarahan dan kebencian. Padahal energi api diambil dari kemarahan dan kebencian. Bagaimana mengendalikan api tanpa kebencian?

Apakah memegang kekuasaan hanya dengan dorongan nafsu berkuasa dan strategi kelicikan? Apakah jalan mengenggam kekayaan dengan hanya dengan cinta keduniaaan? Apakah menundukkan manusia hanya dengan menebarkan ketakutan dan kegombalan? Apakah menundukkan bangsa lain dengan energi penghancuran?

Ternyata Suko dan Aang mendapatkan cara lain. Pengendalian apinya didapatkan dari sepasang naga dari suku api kuno yang mengajarkan tarian dan jurus bagaimana energi pengendalian api berasal dari kasih sayang dan kelembutan hati. Ternyata Suko pun mampu menandingi Azula dan mengalahkannya. Energi kebencian  terkalahkan dengan energi kasih sayang.

Energi kebencian terkesan menghasilkan kekuatan yang super kuat tak tertandingi. Energi kasih sayang terkesan lemah. Bagaimana kah sebenarnya? Lihatlah efek kemarahan? Lihatlah efek kebencian pada diri seseorang? Energi jiwanya terkuras total. Raganya tertimpa penyakit parah. Kuat dalam pandangan mata, namun raga dan jiwanya sendiri hancur total termakan dengan kemarahan dan kebencian.

Bagaimana dengan kasih sayang? Hatinya lembut. Jiwanya tentram dan bahagia. Inilah penciptaan ketangguhan. Raganya terhindar dari berbagai penyakit. Bahkan antibodi dan metabolisme tubuh menjadi semakin baik. Inilah penambah kekuatan. Beragam kekuatan terus berhimpun.

Memang sangat mudah menghidupkan nafsu kemarahan dan kebencian. Karena itulah energi terrendah dari nafsu makhluk yang terrendah. Bukankah syetan, binatang ternak dan buas seperti itu? Menghadirkan kasih sayang perlu energi besar untuk menciptakannya, karena itu pula kekuatannya selalu melampaui kemarahan dan kebencian. Kasih sayang, sang penakluk sebenarnya.

Perhatian Nabi Muhammad pada Urusan Pertanian https://islam.nu.or.id/post/read/122177/perhatian-nabi-muhammad-pada-urusan-pertan...

Perhatian Nabi Muhammad pada Urusan Pertanian


https://islam.nu.or.id/post/read/122177/perhatian-nabi-muhammad-pada-urusan-pertanian

"Siapa pun Muslim yang menanamkan suatu tanaman atau menabur suatu benih, kemudian hasilnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, melainkan ia menjadi sedekah baginya," kata Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Ahmad.

Nabi Muhammad tinggal di Kota Madinah selama kurang lebih sepuluh tahun. Berbeda dengan Makkah yang tandus, Madinah adalah kota yang kaya sumber mata air. Ia dikenal sebagai kota pertanian, penghasil kurma, dan anggur. Oleh karena itu, Nabi Muhammad sedikit banyak bersentuhan dengan dunia cocok tanam.

Lebih dari itu, Nabi Muhammad menaruh perhatian yang cukup besar terhadap sektor pertanian dan mendorong agar umatnya bercocok tanam.   Hal itu bisa dilihat dari beberapa hadits Nabi Muhammad yang terkait dengan sektor pertanian. Misalnya, beliau pernah bersabda bahwa ada tujuh orang yang pahalanya terus mengalir selama dia berada di alam kubur; salah satunya adalah orang yang menanam pohon kurma. 

Disebutkan bahwa Allah akan memberi pahala kepada orang yang menanam pohon sebanyak pohon yang ia tanam dan buah yang dihasilkan pohonnya itu. Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad pernah membantu salah satu sahabatnya, Salman al-Farisi, menanam 300 benih pohon kurma, sebagai harga yang harus dibayar untuk kemerdekaannya.

Semula Salman adalah seorang budak. Setelah memeluk Islam, Nabi Muhammad meminta Salman membuat perjanjian kepada majikannya agar bisa dibebaskan. Sang majikan akan memberikan kemerdekaan manakala Salman menanam 300 pohon kurma—tanpa ada satu batang pun yang mati—dan 40 uqiyah. 

Singkat cerita, Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya untuk membantu Salman mengumpulkan 300 benih pohon kurma. Setelah terkumpul, Nabi meminta Salman untuk membuat lubang-lubang di tanah untuk menanam ratusan benih pohon kurma tersebut.

Merujuk Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), Nabi Muhammad, Salman, dan para sahabat kemudian mulai menanam benih pohon kurma tersebut satu per satu ke dalam lubang yang sudah dipersiapkan.

Kisah lain, seperti diceritakan Nizar Abazhah (Sejarah Madinah, 2017), Nabi Muhammad pernah meninjau langsung orang-orang yang bekerja di ladang perkebunan kurma. Pada saat itu, orang-orang tengah mengawinkan kurma miliknya. Melihat hal itu, Nabi Muhammad mencoba memberikan saran agar tidak melakukan hal seperti itu—mengawinkan kurma. Dengan demikian, Nabi menilai bahwa kurma akan lebih banyak berbuah.    "Coba kalian tidak begitu kan, tentu hasilnya akan baik," kata Nabi.

Pada musim itu para sahabat melaksanakan saran Nabi Muhammad, yaitu tidak mengawinkan pohon kurmanya. Namun naasnya, mereka mengalami gagal panen. Buah kurma menjadi busuk dan rusak. Nabi yang kemudian mengetahui persoalan itu mengatakan bahwa dirinya hanya menebak saja—soal tidak perlu mengawinkan pohon kurma agar berbuah banyak. Sehingga mereka tidak perlu mengambil saran Nabi tersebut. 

Beliau menegaskan bahwa umatnya lebih mengetahui urusan dunia mereka sendiri. "Sungguh aku hanya mengira-ngira. Karena itu, tak usah kau ambil perkiraanku. Tetapi bila aku berbicara sedikit saja yang berkaitan dengan Allah, ambil dan pegangilah," tegas Nabi.

Selain itu, Nabi Muhammad memberikan ‘keringanan’ kepada para petani untuk memelihara anjing, sebagi penjaga lahan. Dengan adanya anjing yang menjaga lahan, maka diharapkan hasil pertanian bisa banyak dan melimpah karena tidak lagi dicuri orang atau dimakan hewan.

Nabi Muhammad juga membuat beberapa ketentuan agar petani yang menjual hasil pertaniannya dan pembeli terhindar dari kemungkinan tertipu, dirugikan, atau pun berselisih di kemudian hari.

Misalnya, Nabi melarang menjual buah-buahan sampai buah tersebut matang dan bisa dimakan, melarang transaksi muhaqalah (menyewa tanah dengan tanam-tanaman atau menjual makanan di mayangnya dengan gandum), mukhadharah (menjual buah-buahan atau biji-bijian sebelum diketahui baik atau tidaknya), dan muzanabah (menjual kurma dengan takaran tertentu—jika kurang maka tidak boleh minta tambah dan jika lebih maka boleh diambil).

Rasulullah SAW Anjurkan Bertani Saat Semakin Dekat Hari Kiamat https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q5s5ez320Chann...

Rasulullah SAW Anjurkan Bertani Saat Semakin Dekat Hari Kiamat

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q5s5ez320Channel 

Alquran maupun hadis sama-sama menganjurkan umat Islam untuk bercocok tanam. Anjuran ini bersamaan dengan perkembangan kehidupan manusia ke arah pola hidup bercocok tanam, dan ditambah dengan penguasaan atas teknologi.

Dalam hal ini Islam, telah memberi warna tersendiri terhadap perkembangan pertanian, hal itu tampak dari beberapa hadis yang secara jelas menganjurkan umat Islam untuk menanami lahan menjadikannya kawasan yang produktif.

"Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman atau pohon, kemudian hasilnya dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan apa yang dilakukan itu menjadi sedekah baginya." (Riwayat al-Bukhari Muslim dari Anas).

Mengutip Kitab Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran, menyisihkan benih merupakan langkah utama sebelum bercocok tanam. Alquran surah Yusuf ayat 47 menjelaskan tentang hal ini.

"Dan Yusuf berkata agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut sebagaimana biasa. Kemudian apa yang kamu tuai Tapa kamu Biarkan di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan."

Ayat ini, kata para ulama dengan jelas menganjurkan manusia pada umumnya, dan petani pada khususnya, untuk menyisihkan benih, hal tersebut dilakukan agar dapat ditanam pada musim berikutnya. Ayat ini juga menganjurkan manusia agar menyimpan bahan makanan sebagai persediaan pada musim paceklik.

Hadis lain yang diriwayatkan Muslim dari Jabir juga menerangkan tentang pentingnya pertanian. "Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman, melainkan apa yang dimakan manusia dari hasil tanaman itu menjadi sedekah baginya, apa yang dicuri manusia dari hasil tanaman itu pun menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan hewan liar dari hasil tanaman itu menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan oleh burung dari hasil tanaman itu menjadi sedekah baginya.Begitupun, apa saja yang diambil dari-nya juga akan menjadi sedekah bagi muslim tersebut."

Bahkan hadis yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab al-Adab al Mufad, dan Ahmad dari Anas mengingatkan atas eksistensi terhadap bercocok tanam.  
"Kendatipun hari kiamat segera datang, sedang di tangan salah seorang dari kalian terdapat satu bibit pohon kurma, dan kiamat itu tidak segera datang sebelum ia menanam bibit itu, maka hendaklah dia menanamnya."

Habis ini menurut para ulama menyuratkan kesan kepada tiap orang agar memanfaatkan masa hidupnya untuk menanam pohon, meskipun hanya satu, hal ini agar dapat dinikmati oleh orang lain, Sehingga pahalanya akan terus mengalir hingga hari kiamat tiba karena apa yang dilakukannya tercatat sebagai amal sedekah baginya.

Terkait hal terasebut seperti diriwayatkan Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dengan sanad yang dhaif dan mauquf dari Abdullah bin salam menyebutkan. "Jika engkau mendengar kabar bahwa Dajjal telah muncul, sedangkan engkau sedang menanam tanaman di suatu lembah, maka janganlah engkau terburu-buru membereskannya karena sesungguhnya masih ada kehidupan bagi manusia setelah masa itu."

Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu pekerjaan yang terbaik adalah bertani. Alasannya menurut mereka karena dengan bertani itulah seseorang dianggap makan dari hasil tangannya sendiri, sesuai sabda Rasulullah SAW.
"Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik apa yang dihasilkan oleh tangannya, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari apa yang dihasilkan oleh tangannya sendiri." (Riwayat al-Bukhari dari al-Miqda).
 

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur Desa B...

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian

http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur

Desa Bangkal memiliki beberapa destinasi wisata religi. Seperti Asta Sunan Paddusan dan Pangeran Katandur. Di antara kedua titik sasaran anak panah para peziarah itu, makam Pangeran Katandur yang paling ramai disinggahi.

Para peziarah ada yang sendiri-sendiri, namun tidak sedikit yang berkelompok atau berjamaah. Datang tanpa langsung pulang, juga ada. Tidak jarang yang berhari-hari menghabiskan waktu di pasarean tokoh asal Kudus ini.

Pangeran Katandur memang begitu dekat bagi warga Sumenep. Sosok asal negeri Kudus ini memang dikenal sebagai tokoh berjasa di bidang pertanian. Bahkan dari imbas “nandurnya” atau bertani, muncul ikon sapi dan karapannya.

Ju’ Katandur itu seorang ulama yang alim di bidang agama. Namun berdakwah dengan salah satunya ‘nandur’ atau mengajarkan cara bertani.

Berasal dari Kudus, tinggal di tempat tandus, hanya untuk bertani? Bagaimana kisahnya? Kedatangan Pangeran Katandur banyak dikabarkan oleh beberapa literatur sejarah di Sumenep. Kendati tidak secara utuh.

Beliau bernama Sayyid Ahmad Baidlawi. Seorang pangeran dari Kudus. Ayahnya bernama Panembahan Pakaos, salah satu anak Sunan Kudus.

Nama Pangeran Katandur bermakna seorang pangeran yang ‘nandur’. Pendekatan dakwahnya dengan mengenalkan ilmu pertanian.

Sesuai dengan fakta sejarah. Di kalangan Wali Sanga misalnya, dakwah bisa dari jalur kesenian. Seperti Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang. Sunan Bonang dan Sunan Giri yang menciptakan tembang. Begitu juga Sunan Ampel dan lainnya.

Dari sana kemudian didapat simpati masyarakat yang mulai mendekat. Baru setelah itu dikenalkanlah ilmu agama dan alat-alatnya.

Dakwah Pangeran Katandur tidak hanya mengatasi masalah pembumian Islam, atau kehausan masyarakat akan Islam yang kaffah, namun seiring dengan itu juga menjadi pemecah masalah ketahanan pangan di Sumenep.

Lahan-lahan yang luas nan tandus itu dibajak. Diajarkan ilmu-ilmunya. Digunakanlah sarana sapi, dan lain sebagainya. Hasil bumi melimpah, Sumenep makin bertuah. ( Han, Fer )

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya  https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajara...

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya 

https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajaran-sunan-kalijaga-kepada-petani/amp/

Sunan Kalijaga mengajar petani dengan filsafat luku dan pacul, semua bagiannya mempunyai makna keagamaan yang dalam. Inilah cara wali mengajarkan kepada wong tani dengan kearifan lokal,sesuai dengan pengetahuan mereka.

Bagi wong tani, penemuan alat baru dibidang pertanian merupakan anugerah yang patut dipelajari dan diikuti. Sebab, peralatan baru itu pasti memberikan fasilitas kemudahan bagi para petani untuk bekerja lebih efisien, yaitu mudah dan murah, tetapi dengan hasil yang banyak. Salah satunya adalah penemuan luku (bajak) dan pacul (cangkul), yang konon diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.


Bajak

Soal penemuan bendanya bisa diperdebadkan, bisa saja kedua benda ini lebih dulu ditemukan sebelum lahirnya Sunan Kalijaga, tetapi dalam hal ini, beliaulah yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai orang yang memberikan tafsir terhadap ajaran filsafat tentang luku dan pacul dengan segala maknanya. Dengan begitu,orang Jawa menganggap Sunan Kalijaga sebagai penemu luku dan pacul.

Sebelum ditemukan alat luku dan pacul ini, petani kuno menggunakan hewan, biasanya kerbau,untuk menginjak-injak tanah sebelum ditanami benih padi. Hal seperti ini pernah terjadi ketika banyak petani Timor Timur pada tahun 1970-an yang belajar pertanian di pedesaan Jawa. Mereka menceritakan,di daerahnya sebelum menggunakan luku dan pacul, mereka mengolah sawah menggunakan kerbau yang digiring atau berlari-lari di area sawah. Setelah terbajak, baru sawah tersebut ditanami benih padi. Begitu juga, mungkin yang dilakukan petani pada abad ke-15 sebelum ditemukan luku dan pacul.

Konon, dalam cerita rakyat itu, banyak petani di tanah Jawa yang kemudian ngangsu kaweruh (mencari ilmu) ke Demak, khususnya ke Kadilangu, tempat kediaman Sunan Kalijaga. Kanjeng Sunan memberikan penjelasan tentang fungsi kedua alat ini secara teknis, juga ditambahi dengan berbagai makna lambing filsafah dari bagian-bagian luku dan pacul. Ajaran-ajaran itu kemudian dituturkan kepada para petani secara turun temurun.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang pertanian, khususnya tafsir terhadap alat luku dan pacul merupakan ajaran yang diikuti wong tani secara turun temurun. Tentang luku, umpamanya,Kanjeng Sunan memberikan makna simbolis dan bagian-bagiannya yang mengandung ajaran-ajaran dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Luku mempunyai bagian-bagian tertentu yang saling berhubungan dan menyatu, sehingga menjadikan alat itu fungsional secara efisien dan efktif. Pertama, cekelan atau pegangan. Maksudnya, manusia hidup harus memiliki pegangan, atau sebagai pedoman hidup. Bagi para murid Sunan kala itu, pedoman hidup itu adalah kepercayaan kepada Allah SWT dan mengikuti syariat Allah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yaitu agama islam. Karena itulah, banyak petani Jawa yang kemudian beralih agama ke islam.

Kedua, pancadan atau tumpuan. Maksud symbol benda ini adalah amalan. Semua ilmu atau pengetahuan itu harus diamalkan. Dalam ajaran agama Islam, setiap orang yang telah mengetahui ilmu atau pengetahuan agama harus mengamalkannya. Ada anjuran pula, ”Sampaikanlah ilmu yang kamu dapat dari Al-Qur’an meski hanya satu ayat.” Jadi, pedoman hidup yang dimiliki itu harus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain, sehingga kita tidak disebut jarkoni (bisa ngajar, ora bisa nglakoni).

Ketiga, tandhing atau pasak. Maksudnya adalah membanding-bandingkan. Disini bukan dalam arti iri dengki. Melainkan, ilmu perbandingan (komparasi) merupakan sarana bisa memutuskan secara tepat, apa pilihan yang terbaik dari berbagai macam pilihan yang ada. Kita memiliki pedoman hidup sendiri, tentu saja ada pedoman hidup lain diluar kita, maka pasti akan muncul perbandingan. Perbandingan inilah yang kemudian membuat orang Jawa yang pada waktu itu mengikuti ajaran-ajaran islam yang disampaikan Sunan Kalijaga, meninggalkan ajaran-ajaran atau pedoman hidup sebelumnya. Karena ajaran atau pedoman hidup yang baru itu ternyata lebih cocok dari pada pedoman sebelumnya.

Keempat, singkal atau alat pembalik tanah. Singkal ini diartikan secara singkat denagn makna sing sugih akal (kaya atau luas pemikirannya). Jadi, seorang petani tidak boleh lekas menyerah pada nasib, atau fatalis, tetapi harus bekerja keras dan berpikir cerdas, kreatif untuk mengolah sawah dengan pengelolaan (manajemen) serta alat baru (inovasi), sehingga menghasilkan kerja yang lebih baik. Penemuan alat-alat baru dibidang pertanian saat ini, seperti benih unggul, pupuk, mesin-mesin pertanian dsb. tidak lepas dari peran petani sendiri serta ilmuwan sing sugih akal. Begitu juga didalam kehidupan, selain tetap berpedoman pada agama, kita juga perlu menambah ilmu pengetahuan. Sebab, agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh, sebaliknya ilmu tanpa agama akan menjadi buta.

Kelima, kajen atau mata singkal. Kata ini berasal dari keijen, artinya menuju kepada yang satu. Yaitu, satunya pikiran, bulatnya tekad menuju satu tujuan atau cita-cita. Dalam bernegara, umpamanya bertujuan “baldhatun thoyyibatun warabbun ghafur” . (Negara yang makmur sejahtera dibawah naungan dan ampunan Allah), atau bahasa dalang, tata tentrem karta raharja, gemah ripah loh jinawi.

Keenam, olang-aling atau penghalang. Dalam menempuh suatu tujuan atau cita-cita, pasti ada ujian atau halangan yang merintangi. Tuhan berfirman, orang yang beriman itu bukan orang yang tidak pernah diuji, orang yang beriman dan dicintai Allah justru orang-orang yang banyak ujiannya. Ujian, kendala, atau rintangan selalu ada dihadapan perjalanan hidup manusia. Karena itulah manusia diwajibkan berikhtiar, berusaha dan harus sing sugih akal. Manusia tidak boleh menyerah kepada nasib, thenguk-thenguk nemu kethuk. Berharap sesuatu tanpa kerja. Kita bisa mengatakan sugih tanpa bhanda, kaya tanpa harta. Tetapi kita tidak bisa mengatakan ”kaya tanpa kerja”sebab ujian kaya adalah bekerja. Intinya, bagaimana wong tani tersebut menghadapi setiap peluang itu menjadi keuntungan, dan akhirnya keuntungan itu menjadi keagungan di dunia akhirat.

Bagian yang terakhir, racuk atau ujung luku. Diambil dari kata arah pucuk, yaitu arah depan dan atas. Artinya, setiap menghadapi penghalang tadi,kita harus sabar, tawakal, dan ikhlas, kendati tidak pernah melepaskan apa yang sedang menjadi cita-cita kita.

Dalam tulisan di atas, Sunan Kalijaga dianggap sebagai penemu luku, yang memaknai symbol-simbol alat bajak itu sebagai ajaran hidup bagi wong tani. Begitu juga Kanjeng Sunan dipercayai sebagai penemu pacul dan luku.

Penemuan alat pacul yang dinisbahkan kepada Sunan Kalijaga masih diperdebatkan, tetapi pengakuan ini didasarkan seperti pada kasus wayang kulit. Cerita wayang serta peraganya sudah lama ditemukan orang Jawa,tetapi Sunan Kalijaga mampu membesut cerita wayang ini menjadi bernapas islam serta dengan penampilan yang baru dan falsafah baru, sehingga beliaulah yang dianggap penemu wayang kulit.

Begitulah, bisa jadi pacul sudah lama ditemukan sebelum Sunan Kalijaga, tetapi makna simbolis pacul, sehingga memuat ajaran agung,adalah hasil kreatifitas Sunan Kalijaga. Sudah menjadi strategi dakwah Sunan Kalijaga bahwa beliau menggunakan cara tapa ngeli. Ngeli tapi ora keli. Maksudnya tetap mengikuti ombak kehidupan masyarakat, tetapi beliau memberikan makna baru kepada arus zaman itu.

Begitulah, Islam diajarkan lewat perlambang alat-alat pertanian. Dengan begitu, mereka akan lebih dekat pengertiannya terhadap agama Islam. Kanjeng Sunan sadar, agama Islam dating dari negeri Arab, kitabnya juga memakai bahasa Arab, shalatnya juga memakai bahasa Arab. Itu mungkin sangat menyulitkan pengikut baru yang sebelumnya sudah biasa dengan ajaran lama menggunakan bahasa Jawa. Dalam kaidah Islam,prinsip itu “Tetap mengikuti tradisi lama yang baik, tetapi akan memakai tradisi baru kalau tradisi itu terbukti lebih baik lagi,”

Karena itulah, ketika menjadi mubalig keliling, sehingga mendapat gelar Sunan Malaya, Kanjeng Sunan harus menggunakan berbagai cara, sehingga rakyat paham apa itu islam, dengan tidak mencabut budaya lama yang telah mereka terapkan. Ini terbukti, tidak hanya luku dan pacul yang diberikan makna filosofil kehidupan, tetapi benda-benda lain juga diberikan makna yang selaras dengan pengertian masyarakat.

Kentongan umpamanya. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga,suara kentongan itu diberi makna tertentu.Suara ”tong tong tong” artinya, "Hai masjidnya masih kosong !! .Karena itu, kalau mendengar kentongan, lekas dating ke masjid atau mushala. Lebih lanjut lagi kentongan sekarang bertambah fungsi menjadi alat ronda di pedesaan.

Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-a...


Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-ajaran-catur-piwulang-hingga-makamnya-di-lamongan

Sunan Drajat merupakan salah satu Wali Songo yang terkenal menyebarkan agama Islam di Lamongan, Jawa Timur. Ia adalah putera dari Sunan Ampel yang merupakan Walisongo juga. Hal-hal yang berkaitan dengan Sunan Drajat mengutip dari berbagai sumber.

1. Mempunyai nama paling banyak

Mengutip laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Sunan Gresik mempunyai nama Raden Qosim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel (Muhammad Ali Rahmatullah) bin Ibrahim Assamaraqandi dan ibunya bernama Retna Ayu Manila (Dewi Candrawati).

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada 1470 masehi. Ia ternyata ia merupakan Walisongo yang mempunyai banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim.

Pada 1484, Sunan Drajat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu. Raden Patah juga memberi tanah perdikan kepada Sunan Drajat.

2. Mengubah pesisir gersang jadi berkembang

Sunan Drajat terkenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia ahli dalam mengelola ekonomi dan mempunyai bekal ilmu pertanian serta agama.

Ia datang ke Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Kemudian ia mendatangi pesisir Lamongan yang gersang bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu dan Buddha. Di desa inilah Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan mengajarkan agama Islam, hal tersebut terjadi pada 1428 Masehi.

Kemudian pada 1429 Masehi, Sunan Drajat membangun daerah baru di dalam hutan belantara dan mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, dan makmur. Daerah tersebut dinamakan Drajat, dari sinilah gelar Sunan Drajat didapat.

3. Berjiwa sosial tinggi

Selain itu, Sunan Drajat dikenal dermawan kepada semua makhluk termasuk binatang. Juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya menuturkan, suatu ketika Sang Sunan sedang menikmati sepoi angin di bawah pohon rindang sambil memberi makan.

"Biasanya Kanjeng Sunan Drajat berdoa meminta pada Allah agar burung-burung menghampirinya. Lantas beberapa burung bertengger di tangannya. Setelah Sunan memberinya makan, burung itu terbang kembali," kata juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya saat ditemui di komplek Makam Sunan Drajat.

Maka dari itu, Sunan Drajat dikenal mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Ia juga mempunyai cara-cara untuk membantu memberantas kemiskinan.

4. Ajaran Catur Piwulang

Tiap-tiap Walisongo mempunyai gaya dan cara dakwah yang berbeda, begitupun Sunan Drajat. Ia mempunyai ciri khas ketika berdakwah. Ia mempunyai ajaran yang dinamakan Catur Piwulang, yaitu

“paring teken marang kang kalunyon lan wuto” (berikan tongkat kepada orang yang berjalan dijalan licin dan buta)

“paring pangan marang kang keliren” (berikanlah makan kepada orang yang kelaparan)

“paring sandang marang kang kawudan” (berikanlah busana kepada orang yang telanjang)

“paring payung marang kang kodanan” (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan)

Selain itu, Sunan Drajat juga menggunakan media lain untuk berdakwah, yaitu kesenian seperti menciptakan tembang Pangkur, dan alat yang digunakan adalah gamelan bernama Singo Mengkok. Sekarang gamelan tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Drajat.

5. Pelopor Berinfaq

Dalam upayanya untuk memberantas kemiskinan, Sunan Drajat adalah orang yang menjadi pelopor orang-orang kaya dan bangsawan untuk berinfaq, bershodaqoh, dan berzakat sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Dimakamkan di Lamongan

Sunan Drajat dimakamkan di di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Lamongan. Mengutip laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, makam Sunan Drajat dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Makamnya pun banyak didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, peziarah mencapai ribuan orang pada hari tertentu, seperti pada bulan Ramadan.

(Shafa Tasha Fadhilla - Mahasiswa PNJ)

Membersamai Alam Dengan Spiritualitas Walisanga  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Andai hidup diigerak...

Membersamai Alam Dengan Spiritualitas Walisanga 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Andai hidup diigerakkan oleh laba dunia. Diam karena rugi dunia, adakah terobosan besar di jagat raya?

Membangun manusia tidak saja dengan membangun lembaga pendidikan dan peribadatan, akal dan jiwa tetapi juga mengisi perut-perut manusia

Dakwah di Nusantara dimulai dari mengenyangkan perut, bukan nasihat dan ceramah. Dari perdagangan dan pertanian. Lalu membangun komunitas.

Sunan Gresik di Nusantara  membangun lahan pertanian dan perdagangan untuk menolong rakyat Majapahit yang kelaparan akibat perang Paregreg

Gerakan modern terorganisir melawan penjajah  dimulai dari gerakan Syarikat Dagang Islam, yang kemudian berevolusi menjadi beragam bentuk

Sunan Kalijaga membangun teknologi pertanian dengan ragam spiritualitas melalui penamaan teknologinya sebagai sarana pendidikan

Para Walisanga membuka lahan pertanian sebagai awal dakwahnya lalu membangun lembaga pendidikan, peribadatan dan kekuasaan yang direstui Majapahit.

Alam sedang menunggu kehadiran sosok yang mengolah lahan dengan iman. Alam telah kehilangan sosok teman yang mengolahnya dengan hati.

Alam penuh kegelisahan, karena dikelola oleh mereka yang penuh kerakusan, berorientasi pada kekayaan dan skala bisnis. Alam hanya jadi budak sapi perahan.

Kemana perginya tangan-tangan Walisanga yang dulu mengolah dan menemani Alam? Kemana perginya murid Walisanga yang dulu membersamai Alam?

Mengolah lahan adalah dakwah kepada Alam. Mengolah lahan adalah amar makruf nahi munkar kepada alam, bukan agrobisnis yang memperbudak alam

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (278) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (307) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)