basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur Desa B...

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian

http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur

Desa Bangkal memiliki beberapa destinasi wisata religi. Seperti Asta Sunan Paddusan dan Pangeran Katandur. Di antara kedua titik sasaran anak panah para peziarah itu, makam Pangeran Katandur yang paling ramai disinggahi.

Para peziarah ada yang sendiri-sendiri, namun tidak sedikit yang berkelompok atau berjamaah. Datang tanpa langsung pulang, juga ada. Tidak jarang yang berhari-hari menghabiskan waktu di pasarean tokoh asal Kudus ini.

Pangeran Katandur memang begitu dekat bagi warga Sumenep. Sosok asal negeri Kudus ini memang dikenal sebagai tokoh berjasa di bidang pertanian. Bahkan dari imbas “nandurnya” atau bertani, muncul ikon sapi dan karapannya.

Ju’ Katandur itu seorang ulama yang alim di bidang agama. Namun berdakwah dengan salah satunya ‘nandur’ atau mengajarkan cara bertani.

Berasal dari Kudus, tinggal di tempat tandus, hanya untuk bertani? Bagaimana kisahnya? Kedatangan Pangeran Katandur banyak dikabarkan oleh beberapa literatur sejarah di Sumenep. Kendati tidak secara utuh.

Beliau bernama Sayyid Ahmad Baidlawi. Seorang pangeran dari Kudus. Ayahnya bernama Panembahan Pakaos, salah satu anak Sunan Kudus.

Nama Pangeran Katandur bermakna seorang pangeran yang ‘nandur’. Pendekatan dakwahnya dengan mengenalkan ilmu pertanian.

Sesuai dengan fakta sejarah. Di kalangan Wali Sanga misalnya, dakwah bisa dari jalur kesenian. Seperti Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang. Sunan Bonang dan Sunan Giri yang menciptakan tembang. Begitu juga Sunan Ampel dan lainnya.

Dari sana kemudian didapat simpati masyarakat yang mulai mendekat. Baru setelah itu dikenalkanlah ilmu agama dan alat-alatnya.

Dakwah Pangeran Katandur tidak hanya mengatasi masalah pembumian Islam, atau kehausan masyarakat akan Islam yang kaffah, namun seiring dengan itu juga menjadi pemecah masalah ketahanan pangan di Sumenep.

Lahan-lahan yang luas nan tandus itu dibajak. Diajarkan ilmu-ilmunya. Digunakanlah sarana sapi, dan lain sebagainya. Hasil bumi melimpah, Sumenep makin bertuah. ( Han, Fer )

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya  https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajara...

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya 

https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajaran-sunan-kalijaga-kepada-petani/amp/

Sunan Kalijaga mengajar petani dengan filsafat luku dan pacul, semua bagiannya mempunyai makna keagamaan yang dalam. Inilah cara wali mengajarkan kepada wong tani dengan kearifan lokal,sesuai dengan pengetahuan mereka.

Bagi wong tani, penemuan alat baru dibidang pertanian merupakan anugerah yang patut dipelajari dan diikuti. Sebab, peralatan baru itu pasti memberikan fasilitas kemudahan bagi para petani untuk bekerja lebih efisien, yaitu mudah dan murah, tetapi dengan hasil yang banyak. Salah satunya adalah penemuan luku (bajak) dan pacul (cangkul), yang konon diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.


Bajak

Soal penemuan bendanya bisa diperdebadkan, bisa saja kedua benda ini lebih dulu ditemukan sebelum lahirnya Sunan Kalijaga, tetapi dalam hal ini, beliaulah yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai orang yang memberikan tafsir terhadap ajaran filsafat tentang luku dan pacul dengan segala maknanya. Dengan begitu,orang Jawa menganggap Sunan Kalijaga sebagai penemu luku dan pacul.

Sebelum ditemukan alat luku dan pacul ini, petani kuno menggunakan hewan, biasanya kerbau,untuk menginjak-injak tanah sebelum ditanami benih padi. Hal seperti ini pernah terjadi ketika banyak petani Timor Timur pada tahun 1970-an yang belajar pertanian di pedesaan Jawa. Mereka menceritakan,di daerahnya sebelum menggunakan luku dan pacul, mereka mengolah sawah menggunakan kerbau yang digiring atau berlari-lari di area sawah. Setelah terbajak, baru sawah tersebut ditanami benih padi. Begitu juga, mungkin yang dilakukan petani pada abad ke-15 sebelum ditemukan luku dan pacul.

Konon, dalam cerita rakyat itu, banyak petani di tanah Jawa yang kemudian ngangsu kaweruh (mencari ilmu) ke Demak, khususnya ke Kadilangu, tempat kediaman Sunan Kalijaga. Kanjeng Sunan memberikan penjelasan tentang fungsi kedua alat ini secara teknis, juga ditambahi dengan berbagai makna lambing filsafah dari bagian-bagian luku dan pacul. Ajaran-ajaran itu kemudian dituturkan kepada para petani secara turun temurun.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang pertanian, khususnya tafsir terhadap alat luku dan pacul merupakan ajaran yang diikuti wong tani secara turun temurun. Tentang luku, umpamanya,Kanjeng Sunan memberikan makna simbolis dan bagian-bagiannya yang mengandung ajaran-ajaran dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Luku mempunyai bagian-bagian tertentu yang saling berhubungan dan menyatu, sehingga menjadikan alat itu fungsional secara efisien dan efktif. Pertama, cekelan atau pegangan. Maksudnya, manusia hidup harus memiliki pegangan, atau sebagai pedoman hidup. Bagi para murid Sunan kala itu, pedoman hidup itu adalah kepercayaan kepada Allah SWT dan mengikuti syariat Allah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yaitu agama islam. Karena itulah, banyak petani Jawa yang kemudian beralih agama ke islam.

Kedua, pancadan atau tumpuan. Maksud symbol benda ini adalah amalan. Semua ilmu atau pengetahuan itu harus diamalkan. Dalam ajaran agama Islam, setiap orang yang telah mengetahui ilmu atau pengetahuan agama harus mengamalkannya. Ada anjuran pula, ”Sampaikanlah ilmu yang kamu dapat dari Al-Qur’an meski hanya satu ayat.” Jadi, pedoman hidup yang dimiliki itu harus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain, sehingga kita tidak disebut jarkoni (bisa ngajar, ora bisa nglakoni).

Ketiga, tandhing atau pasak. Maksudnya adalah membanding-bandingkan. Disini bukan dalam arti iri dengki. Melainkan, ilmu perbandingan (komparasi) merupakan sarana bisa memutuskan secara tepat, apa pilihan yang terbaik dari berbagai macam pilihan yang ada. Kita memiliki pedoman hidup sendiri, tentu saja ada pedoman hidup lain diluar kita, maka pasti akan muncul perbandingan. Perbandingan inilah yang kemudian membuat orang Jawa yang pada waktu itu mengikuti ajaran-ajaran islam yang disampaikan Sunan Kalijaga, meninggalkan ajaran-ajaran atau pedoman hidup sebelumnya. Karena ajaran atau pedoman hidup yang baru itu ternyata lebih cocok dari pada pedoman sebelumnya.

Keempat, singkal atau alat pembalik tanah. Singkal ini diartikan secara singkat denagn makna sing sugih akal (kaya atau luas pemikirannya). Jadi, seorang petani tidak boleh lekas menyerah pada nasib, atau fatalis, tetapi harus bekerja keras dan berpikir cerdas, kreatif untuk mengolah sawah dengan pengelolaan (manajemen) serta alat baru (inovasi), sehingga menghasilkan kerja yang lebih baik. Penemuan alat-alat baru dibidang pertanian saat ini, seperti benih unggul, pupuk, mesin-mesin pertanian dsb. tidak lepas dari peran petani sendiri serta ilmuwan sing sugih akal. Begitu juga didalam kehidupan, selain tetap berpedoman pada agama, kita juga perlu menambah ilmu pengetahuan. Sebab, agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh, sebaliknya ilmu tanpa agama akan menjadi buta.

Kelima, kajen atau mata singkal. Kata ini berasal dari keijen, artinya menuju kepada yang satu. Yaitu, satunya pikiran, bulatnya tekad menuju satu tujuan atau cita-cita. Dalam bernegara, umpamanya bertujuan “baldhatun thoyyibatun warabbun ghafur” . (Negara yang makmur sejahtera dibawah naungan dan ampunan Allah), atau bahasa dalang, tata tentrem karta raharja, gemah ripah loh jinawi.

Keenam, olang-aling atau penghalang. Dalam menempuh suatu tujuan atau cita-cita, pasti ada ujian atau halangan yang merintangi. Tuhan berfirman, orang yang beriman itu bukan orang yang tidak pernah diuji, orang yang beriman dan dicintai Allah justru orang-orang yang banyak ujiannya. Ujian, kendala, atau rintangan selalu ada dihadapan perjalanan hidup manusia. Karena itulah manusia diwajibkan berikhtiar, berusaha dan harus sing sugih akal. Manusia tidak boleh menyerah kepada nasib, thenguk-thenguk nemu kethuk. Berharap sesuatu tanpa kerja. Kita bisa mengatakan sugih tanpa bhanda, kaya tanpa harta. Tetapi kita tidak bisa mengatakan ”kaya tanpa kerja”sebab ujian kaya adalah bekerja. Intinya, bagaimana wong tani tersebut menghadapi setiap peluang itu menjadi keuntungan, dan akhirnya keuntungan itu menjadi keagungan di dunia akhirat.

Bagian yang terakhir, racuk atau ujung luku. Diambil dari kata arah pucuk, yaitu arah depan dan atas. Artinya, setiap menghadapi penghalang tadi,kita harus sabar, tawakal, dan ikhlas, kendati tidak pernah melepaskan apa yang sedang menjadi cita-cita kita.

Dalam tulisan di atas, Sunan Kalijaga dianggap sebagai penemu luku, yang memaknai symbol-simbol alat bajak itu sebagai ajaran hidup bagi wong tani. Begitu juga Kanjeng Sunan dipercayai sebagai penemu pacul dan luku.

Penemuan alat pacul yang dinisbahkan kepada Sunan Kalijaga masih diperdebatkan, tetapi pengakuan ini didasarkan seperti pada kasus wayang kulit. Cerita wayang serta peraganya sudah lama ditemukan orang Jawa,tetapi Sunan Kalijaga mampu membesut cerita wayang ini menjadi bernapas islam serta dengan penampilan yang baru dan falsafah baru, sehingga beliaulah yang dianggap penemu wayang kulit.

Begitulah, bisa jadi pacul sudah lama ditemukan sebelum Sunan Kalijaga, tetapi makna simbolis pacul, sehingga memuat ajaran agung,adalah hasil kreatifitas Sunan Kalijaga. Sudah menjadi strategi dakwah Sunan Kalijaga bahwa beliau menggunakan cara tapa ngeli. Ngeli tapi ora keli. Maksudnya tetap mengikuti ombak kehidupan masyarakat, tetapi beliau memberikan makna baru kepada arus zaman itu.

Begitulah, Islam diajarkan lewat perlambang alat-alat pertanian. Dengan begitu, mereka akan lebih dekat pengertiannya terhadap agama Islam. Kanjeng Sunan sadar, agama Islam dating dari negeri Arab, kitabnya juga memakai bahasa Arab, shalatnya juga memakai bahasa Arab. Itu mungkin sangat menyulitkan pengikut baru yang sebelumnya sudah biasa dengan ajaran lama menggunakan bahasa Jawa. Dalam kaidah Islam,prinsip itu “Tetap mengikuti tradisi lama yang baik, tetapi akan memakai tradisi baru kalau tradisi itu terbukti lebih baik lagi,”

Karena itulah, ketika menjadi mubalig keliling, sehingga mendapat gelar Sunan Malaya, Kanjeng Sunan harus menggunakan berbagai cara, sehingga rakyat paham apa itu islam, dengan tidak mencabut budaya lama yang telah mereka terapkan. Ini terbukti, tidak hanya luku dan pacul yang diberikan makna filosofil kehidupan, tetapi benda-benda lain juga diberikan makna yang selaras dengan pengertian masyarakat.

Kentongan umpamanya. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga,suara kentongan itu diberi makna tertentu.Suara ”tong tong tong” artinya, "Hai masjidnya masih kosong !! .Karena itu, kalau mendengar kentongan, lekas dating ke masjid atau mushala. Lebih lanjut lagi kentongan sekarang bertambah fungsi menjadi alat ronda di pedesaan.

Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-a...


Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-ajaran-catur-piwulang-hingga-makamnya-di-lamongan

Sunan Drajat merupakan salah satu Wali Songo yang terkenal menyebarkan agama Islam di Lamongan, Jawa Timur. Ia adalah putera dari Sunan Ampel yang merupakan Walisongo juga. Hal-hal yang berkaitan dengan Sunan Drajat mengutip dari berbagai sumber.

1. Mempunyai nama paling banyak

Mengutip laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Sunan Gresik mempunyai nama Raden Qosim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel (Muhammad Ali Rahmatullah) bin Ibrahim Assamaraqandi dan ibunya bernama Retna Ayu Manila (Dewi Candrawati).

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada 1470 masehi. Ia ternyata ia merupakan Walisongo yang mempunyai banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim.

Pada 1484, Sunan Drajat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu. Raden Patah juga memberi tanah perdikan kepada Sunan Drajat.

2. Mengubah pesisir gersang jadi berkembang

Sunan Drajat terkenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia ahli dalam mengelola ekonomi dan mempunyai bekal ilmu pertanian serta agama.

Ia datang ke Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Kemudian ia mendatangi pesisir Lamongan yang gersang bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu dan Buddha. Di desa inilah Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan mengajarkan agama Islam, hal tersebut terjadi pada 1428 Masehi.

Kemudian pada 1429 Masehi, Sunan Drajat membangun daerah baru di dalam hutan belantara dan mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, dan makmur. Daerah tersebut dinamakan Drajat, dari sinilah gelar Sunan Drajat didapat.

3. Berjiwa sosial tinggi

Selain itu, Sunan Drajat dikenal dermawan kepada semua makhluk termasuk binatang. Juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya menuturkan, suatu ketika Sang Sunan sedang menikmati sepoi angin di bawah pohon rindang sambil memberi makan.

"Biasanya Kanjeng Sunan Drajat berdoa meminta pada Allah agar burung-burung menghampirinya. Lantas beberapa burung bertengger di tangannya. Setelah Sunan memberinya makan, burung itu terbang kembali," kata juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya saat ditemui di komplek Makam Sunan Drajat.

Maka dari itu, Sunan Drajat dikenal mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Ia juga mempunyai cara-cara untuk membantu memberantas kemiskinan.

4. Ajaran Catur Piwulang

Tiap-tiap Walisongo mempunyai gaya dan cara dakwah yang berbeda, begitupun Sunan Drajat. Ia mempunyai ciri khas ketika berdakwah. Ia mempunyai ajaran yang dinamakan Catur Piwulang, yaitu

“paring teken marang kang kalunyon lan wuto” (berikan tongkat kepada orang yang berjalan dijalan licin dan buta)

“paring pangan marang kang keliren” (berikanlah makan kepada orang yang kelaparan)

“paring sandang marang kang kawudan” (berikanlah busana kepada orang yang telanjang)

“paring payung marang kang kodanan” (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan)

Selain itu, Sunan Drajat juga menggunakan media lain untuk berdakwah, yaitu kesenian seperti menciptakan tembang Pangkur, dan alat yang digunakan adalah gamelan bernama Singo Mengkok. Sekarang gamelan tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Drajat.

5. Pelopor Berinfaq

Dalam upayanya untuk memberantas kemiskinan, Sunan Drajat adalah orang yang menjadi pelopor orang-orang kaya dan bangsawan untuk berinfaq, bershodaqoh, dan berzakat sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Dimakamkan di Lamongan

Sunan Drajat dimakamkan di di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Lamongan. Mengutip laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, makam Sunan Drajat dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Makamnya pun banyak didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, peziarah mencapai ribuan orang pada hari tertentu, seperti pada bulan Ramadan.

(Shafa Tasha Fadhilla - Mahasiswa PNJ)

Membersamai Alam Dengan Spiritualitas Walisanga  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Andai hidup diigerak...

Membersamai Alam Dengan Spiritualitas Walisanga 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Andai hidup diigerakkan oleh laba dunia. Diam karena rugi dunia, adakah terobosan besar di jagat raya?

Membangun manusia tidak saja dengan membangun lembaga pendidikan dan peribadatan, akal dan jiwa tetapi juga mengisi perut-perut manusia

Dakwah di Nusantara dimulai dari mengenyangkan perut, bukan nasihat dan ceramah. Dari perdagangan dan pertanian. Lalu membangun komunitas.

Sunan Gresik di Nusantara  membangun lahan pertanian dan perdagangan untuk menolong rakyat Majapahit yang kelaparan akibat perang Paregreg

Gerakan modern terorganisir melawan penjajah  dimulai dari gerakan Syarikat Dagang Islam, yang kemudian berevolusi menjadi beragam bentuk

Sunan Kalijaga membangun teknologi pertanian dengan ragam spiritualitas melalui penamaan teknologinya sebagai sarana pendidikan

Para Walisanga membuka lahan pertanian sebagai awal dakwahnya lalu membangun lembaga pendidikan, peribadatan dan kekuasaan yang direstui Majapahit.

Alam sedang menunggu kehadiran sosok yang mengolah lahan dengan iman. Alam telah kehilangan sosok teman yang mengolahnya dengan hati.

Alam penuh kegelisahan, karena dikelola oleh mereka yang penuh kerakusan, berorientasi pada kekayaan dan skala bisnis. Alam hanya jadi budak sapi perahan.

Kemana perginya tangan-tangan Walisanga yang dulu mengolah dan menemani Alam? Kemana perginya murid Walisanga yang dulu membersamai Alam?

Mengolah lahan adalah dakwah kepada Alam. Mengolah lahan adalah amar makruf nahi munkar kepada alam, bukan agrobisnis yang memperbudak alam

Tiga Pelaut Muslim Dikenang Sepanjang Zaman, Siapa Mereka? https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/p1op4d39667 Sebelu...

Tiga Pelaut Muslim Dikenang Sepanjang Zaman, Siapa Mereka?


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/p1op4d39667

Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab telah dikenal sebagai pedagang yang ulung dan akrab dengan lautan. Selama Rasulullah SAW hidup, penyebaran agama Islam tidak hanya melalui perjalanan di daratan, melainkan juga pelayaran.

Demikian pula pada zaman sesudah Nabi SAW wafat. Sebagai contoh, para penyebar Islam di Kepulauan Nusantara pada masa awal memanfaatkan dengan sungguh-sungguh jalur perniagaan maritim untuk melakukan dakwah kepada masyarakat tempatan.



Pada zaman keemasan Islam, perkembangan ilmu navigasi telah memunculkan para pelaut tangguh. Mereka dapat berkeliling dunia dengan bantuan teknologi yang cukup canggih pada masanya. Misalnya, astrolab yang dikembangkan para ilmuwan Muslim.

Dengan alat ini, seorang pelaut dapat menentukan arah kapal dengan memerhatikan posisi benda-benda langit. Selain itu, sejak abad ke-14 mereka juga memanfaatkan kompas yang pertama kali ditemukan bangsa Cina. Dinamika para saintis dan pelaut Muslim ini jauh mendahului bangsa Eropa yang masih tertinggal dalam bidang maritim.

Tulisan sekilas ini akan merangkum tiga tokoh pelaut Muslim yang patut dicatat dalam sejarah. Mereka tidak sekadar berlayar untuk kepentingan pribadi, melainkan demi penyebaran dakwah Islam serta kebanggaan bangsa asalnya masing-masing.

Berbeda dengan kolonialisme Eropa yang juga memanfaatkan pelayaran di samudra, para pelaut Muslim datang ke negeri-negeri tertentu tanpa bermaksud menjajah masyarakat tempatan. Mereka justru menggiatkan aktivitas perdagangan sekaligus menjembatani kebudayaan-kebudayaan yang berbeda.

Ahmad bin Majid

Pelaut Arab ini lahir pada 1421 di Ras al-Khaimah (kini bagian dari Uni Emirat Arab) dan wafat pada 1500. Keluarganya sudah akrab dengan dunia perniagaan maritim. Saat berusia 17 tahun, Ahmad bin Majid sudah pandai mengemudi bahtera.

Dunia Barat mengenalnya sebagai pelaut legendaris yang menolong Vasco da Gama dalam pelayarannya. Pada akhir abad ke-15, da Gama menyelidiki jalur maritim dari Eropa ke India. Pada akhirnya, ekspedisi pelaut Portugis ini membuka jalan bagi permulaan ekspansi kolonialisme Barat atas Asia dan Afrika.

Sejumlah sejarawan menggelari Ahmad bin Majid sebagai Singa Lautan. Ini lantaran luasnya pengetahuan Ibnu Majid mengenai ilmu kemaritiman dan juga pengalamannya mengarungi samudra. Dia telah menulis sejumlah buku tentang bidang tersebut. Di antaranya adalah Fawaidh fi Usl Ilmi al-Bahra wa al-Qawaidah dan Kitab al-Fawaid.

Isinya lebih mirip ensiklopedia tentang sejarah dan prinsip-prinsip dasar navigasi. Salah satu karyanya menjadi panduan bagi para pelaut di Teluk Persia untuk mencapai pesisir India dan Afrika timur. Pada zamannya, bangsa Eropa belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang Samudra Hindia.

Cheng Ho

Dia merupakan pelaut asal Cina. Cheng Ho lahir pada 1371 dari keluarga Muslim yang di Yunnan. Nama aslinya adalah Ma He. Dalam bahasa Cina, Madigunakan untuk menyebut Muhammad. Ayah dan kakeknya diketahui pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dapat dikatakan, Cheng Ho berasal dari keluarga Muslim yang taat.

Saat masih muda, kota tempat tinggal Cheng Ho diserang tentara Dinasti Ming. Cheng Ho lantas ditangkap lalu dibawa ke ibukota kekaisaran di Nanjing. Dia mulai bekerja di istana kaisar. Karena kedekatannya dengan pangeran, ketika dewasa Cheng Ho menduduki posisi penting. Gelar kehormatan Cheng diberikan dalam masa ini.

Pada periode 1405-1433, Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi kaisar ke sejumlah negeri, antara lain, Melayu, Jawa, Thailand, India, Sri Lanka, Iran, Oman, Yaman, Arab, dan Afrika timur. Dalam pelayarannya, armada Cheng Ho terdiri atas kapal-kapal besar dengan ukuran panjang sekitar 400 kaki. Ukurannya bahkan lebih besar daripada lapangan sepak bola modern.

Selama menjelajah dunia, Cheng Ho menjadi duta sang kaisar di negeri-negeri yang disinggahi. Kaisar memerintahkannya agar menghormati masyarakat tempatan sehingga membawa citra baik bangsa Cina. Armada Cheng Ho kerap disambut hangat penguasa setempat, sembari menjalankan misi dagang dan diplomatik.

Ahmed Muhiddin Piri

Dunia Barat mengenalnya sebagai Piri Reis. Ahmed Muhiddin Piri lahir pada 1465 dan wafat pada pertengahan abad ke-16. Dia merupakan pelaut ulung dari Kesultanan Utsmaniyyah. Piri juga masyhur sebagai pembuat peta dan navigator yang brilian.

Dia menulis Kitab i Bahriye yang terdiri atas dua bagian. Pertama berisi informasi mengenai jenis-jenis badai, teknik menggunakan kompas, serta data yang rinci beserta petanya tentang kota-kota penting di pesisir Laut Tengah. Bagian kedua lebih sebagai panduan bagi para penjelajah yang hendak mengarungi lautan. Pembahasannya berfokus pada wilayah-wilayah pesisir tertentu.

Pada 1513, dia mulai membuat peta dunia, yang di dalamnya juga ada benua yang kelak dinamakan Amerika. Warisan berharga ini di kemudian hari ditemukan di Istana Topkapi, Istanbul, pada 1929.

Lima belas tahun setelahnya, Piri membuat peta dunia lainnya yang lebih detail dalam menunjukkan wilayah Amerika, sebagaimana kini dikenal masyarakat modern. Dalam membuat karya besarnya itu, dia memanfaatkan sekitar 20 artefak peta tua berbahasa Arab, Spanyol, Portugis, Cina, India, dan Latin.

Jejak Ulama Nusantara di Tanah Afrika https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pn7k85313 Sejarah perkembangan Islam di...

Jejak Ulama Nusantara di Tanah Afrika

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pn7k85313

Sejarah perkembangan Islam di Afrika Selatan tidak bisa dilepaskan dari peranan ulama-ulama besar dari Nusantara. Sebutlah misalnya, Asy-Syaikh al-haj Yusuf Abu al-Mahasin Hidayatullah Taj Al-Khalwati al-Makasari--lebih akrab disebut Syekh Yusuf--contohnya.

Nama ulama kelahiran Tallo, 13 Juli 1626 M, ini tetap dikenang di benua hitam itu hingga kini, meski kiprahnya di benua itu telah melintasi masa yang panjang, ratusan tahun silam.

Syekh Yusuf bersama 49 pengikutnya menginjakkan kaki pertama kali di Afrika Selatan pada Juli 1693, setelah lebih dulu diasingkan oleh koloni Belanda ke Srilanka. Mereka sampai di Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog dan ditempatkan di daerah Zandvliet yang kemudian dikenal dengan nama Madagaskar.

Di negeri buangan itu, dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak pengikut. Awalnya, ia memantapkan pengajaran agama bagi pengikutnya. Dari sini syiar Islam lalu diserukan kepada orang-orang buangan yang diasingkan ke Kaap. Mereka kemudian bersatu membentuk komunitas Muslim.

Meski Syekh Yusuf telah wafat pada 23 Mei 1699 di usia 73 tahun, namun pengaruhnya di Afrika Selatan masih sangat besar sampai saat ini. Bangunan bekas tempat tinggalnya dijadikan bangunan peringatan yang diberi nama 'Karamat Syekh Yusuf'. Bangunan peringatan itu masih tetap dikunjungi warga Afrika Selatan, meski jenazahnya dibawa dan dimakamkan ke Gowa, daerah kelahirannya di Sulawesi Selatan.

Toh, Syekh Yusuf bukan satu-satunya ulama Nusantara yang mengembangkan Islam di benua hitam itu. Dalam sejarahnya, selain Syekh Yusuf, paling tidak ada dua ulama lainnya yang juga punya peran penting dalam pengembangan Islam di sana. Keduanya adalah Tuan Guru Imam Abdullah bin Qadi Abdussalam yang dibuang oleh Belanda dari Tidore dan Abdul al-Basi Sultania, Raja Tambora yang disebut berasal dari bagian Kesultanan Gowa.

Hanya saja, catatan sejarah yang mengisahkan peran Imam Abdullah bin Qadi Abdussalam dan Abdul al-Basi Sultania dalam pengembangan Islam di Afrika Selatan tidak sebanyak Syekh Yusuf. Meski demikian, Abdul al-Basi Sultania juga seorang cendekiawan Islam, sebagaimana halnya dengan Syekh Yusuf.

Kesultanan Gowa disebutkan takluk kepada pemerintah Belanda pada 1683 dan Raja Tambora dibuang ke Semenanjung Harapan, lalu dipindahkan ke Vergelegen, Stellenbosch. Di sini, ia menuliskan ayat-ayat suci Alquran berdasarkan ingatannya. Sehingga, ada kalangan yang menyebut bahwa Raja Tambora sebagai penulis Alquran yang pertama di Afrika Selatan.

Peranan Tuan Guru Imam Abdullah bin Qadi Abdussalam tak kalah pentingnya. Seperti juga Raja Tambora, berbagai catatan sejarah menunjukkan, Tuan Guru pun menulis isi Alquran berdasarkan ingatannya. Selain itu, ia pula disebut sebagai orang pertama yang mendirikan madrasah di jantung Kota Cape Town dan Masjid Auwwal di Bo-Kaap yang hingga kini masih eksis di sana. Karena itu, peranan Syekh Yusuf, Raja Tambora, dan Tuan Guru bersama ulama dari Nusantara lainnya tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Afrika Selatan.



Peran Ulama dalam Kerajaan Islam di Nusantara https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/kuno/articles/peran-ulama-dalam-keraj...

Peran Ulama dalam Kerajaan Islam di Nusantara

https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/kuno/articles/peran-ulama-dalam-kerajaan-islam-di-nusantara-vQNra


PADA masa jaya kerajaan-kerajaan Islam, peran ulama menonjol sebagai bagian dari pejabat elite. Fungsinya memperkokoh kedudukan pemimpin yang duduk di singgasana. 

Di Asia Tenggara, apalagi Nusantara, hubungan erat raja dan ulama bukan hal yang aneh. Contohnya di Kerajaan Samudera Pasai. 

Ayang Utriza Yakin dalam Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M menulis, di Samudera Pasai, pemerintah Islam menunjuk ulama yang punya kemampuan mumpuni sebagai mufti resmi. Itu berdasarkan keterangan Ibnu Batutah yang pernah tinggal selama 15 hari di Samudera Pasai pada 1345. Dalam catatannya, al-Rihlat, Batutah menyebut fungsi mufti sangat penting dalam kesultanan. Sang mufti biasanya duduk dalam ruang pertemuan bersama dengan sekretaris, para pemimpin tentara, komandan, dan pembesar kerajaan.

Advertising

Advertising
Sistem itu, kata Ayang, agaknya dibawa dari kebiasaan di Kesultanan Perlak (Peureulak). Kerajaan Islam di Aceh itu punya majelis fatwa yang dipimpin seorang mufti. Ia menangani persoalan hukum agama. Jabatannya itu di atas kementerian kehakiman.

“Sistem itu berlanjut hingga ke masa pembentukan Kesultanan Samudera Pasai,” kata dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.

Gambaran jelas keberadaan ulama di tengah politik kerajaan muncul pada abad 16. Salah satunya Hamzah Fansuri, ulama Melayu Nusantara yang peninggalannya relatif lengkap mencakup biografi dan karya keislaman. Selain itu, ulama terkemuka yang meninggalkan karya monumental antara lain Shamsuddin al-Sumaterani (1693), Nuruddin ar-Raniri (1658), Abdul Rau’f al-Sinkili (1693), dan Yusuf al-Makassari. Pada abad 18 muncul Abd. Samad al-Falimbani dan Syekh Daud al-Fatani.

Dosen sejarah UIN Syarif Hidayatullah, Jajat Burhanudin menjelaskan, kehadiran ulama Melayu Nusantara sebagai bagian dari elite kerajaan lebih memperlihatkan gejala kota. “Mereka menjadi satu kelompok sosial yang termasuk elite kota dengan sejumlah keistimewaan karena pengetahuannya di bidang ilmu keislaman,” kata Jajat.

Dalam bukunya, Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat menulis, para ulama senantiasa di samping raja untuk memberi nasihat spiritual sekaligus memberi legitimasi politik di tengah rakyatnya yang beralih menjadi muslim.

Kadi

Dalam bidang hukum, ulama memegang peran sentral dalam membuat regulasi dan menentukan kehidupan keagamaan umat Islam. Mereka sebagai kadi atau penghulu di Jawa.

Lembaga Kadi makin mapan pada abad 17 di Kerajaan Aceh. Tak hanya memberi legitimasi dan nasihat kepada raja seperti di Kerajaan Malaka, para kadi juga menjalankan hukum Islam di kerajaan. Kadi di Aceh mulai berdiri pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Kerajaan Aceh juga memiliki lembaga Syaikhul Islam yang berada langsung di bawah raja. Lembaga ini mempengaruhi kebijakan raja dalam masalah sosial dan politik.

“Orang-orang yang bertanggung jawab di lembaga ini adalah ulama Aceh terkemuka,” kata Jajat.

Informasi soal lembaga itu, salah satunya, didapatkan lewat catatan perjalanan perwakilan khusus Inggris ke Aceh pada 1602. Sir James Lancaster, menggambarkan Hamzah Fansuri, Syaikhul Islam waktu itu, sebagai uskup agung. Dia diangkat raja untuk memimpin perundingan damai dan persahabatan antara Aceh dan Inggris.

Jajat mencatat, Nuruddin ar-Raniri sempat pula mengepalai Syaikhul Islam. Dia pernah menengahi protes keras Belanda atas regulasi perdagangan kerajaan yang menguntungkan pedagang Gujarat. Dengan otoritasnya itu, dia berhasil meyakinkan raja, Safiyyatuddin (1641-1675), untuk menarik regulasi itu.

“Aceh merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara yang memiliki lembaga resmi ulama. Raja-rajanya memberi ulama kesempatan untuk terlibat dalam wilayah yang melampaui urusan keagamaan,” tulis Jajat.

Di Jawa, lembaga itu bisa ditemui di Kerajaan Demak. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan-sultan Demak dibantu para ulama. Mereka bertindak sebagai ahlulhalli walaqdi. Lembaga itu menjadi wadah permusyawaratan kerajaan yang punya hak ikut memutuskan masalah agama, kenegaraan, dan segala urusan kaum muslimin. 

Sunan Giri pernah menduduki ahlulhalli walaqdi. Diia berwenang mengesahkan dan memberi gelar sultan pada penguasa kerajaan Islam di Jawa. Dia juga menentukan garis besar politik pemerintahan dan bertanggung jawab di bidang keamanan muslim dan kerajaan Islam. Dia juga berhak mencabut kedudukan sultan bila menyimpang dari kebijakan para wali.

Legitimasi Kekuasaan

Tak hanya sebagai penasihat raja, para ulama juga menjadi penerjemah Islam ke dalam sistem budaya Indonesia. 

“Dalam tugas itu, ulama berkontribusi dalam memberi legitimasi pada budaya politik Melayu berorientasi kerajaan,” jelas Jajat. 

Karya intelektual para ulama menjadi sumber legitimasi bagi kerajaan. Salah satunya Ar-Raniri yang memiliki pandangan lebih rinci tentang hubungan ulama-raja. Lewat karyanya, Bustan us-Salatin yang ditulis sekira 1630-an dan didedikasikan kepada Iskandar Thani, dia menjabarkan cara seorang ulama neo-sufi berhadapan dengan isu politik kerajaan. 

Ar-Raniri menekankan untuk mematuhi raja sebagai sebuah kewajiban agama. Kepatuhan pada raja sama saja dengan mengikuti perintah Tuhan. 

“Dengan cara ini, para raja diberikan otoritas politik yang sah, yang harus diakui oleh umat Islam,” tulis Jajat. 

Karenanya, kata jajat, Islam telah memberi sumbangan bagi pembentukan kerajaan absolut di dunia Melayu-Indonesia prakolonial. Semakin mapan ulama dalam elite kerajaan, makin mantap Islam sebagai ideologi politik kerajaan. 

Pada periode itu, tercatat raja-raja absolut seperti Sultan Iskandar Muda dan Iskandar Thani di Aceh, Sultan Agung di Mataram, dan Sultan Hasanuddin di Makassar. 

“Bisa diasumsikan sejumlah ulama juga tampil mendukung politik kerajaan absolut,” tegas Jajat.



Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)