basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Peran Ulama dalam Kerajaan Islam di Nusantara https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/kuno/articles/peran-ulama-dalam-keraj...

Peran Ulama dalam Kerajaan Islam di Nusantara

https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/kuno/articles/peran-ulama-dalam-kerajaan-islam-di-nusantara-vQNra


PADA masa jaya kerajaan-kerajaan Islam, peran ulama menonjol sebagai bagian dari pejabat elite. Fungsinya memperkokoh kedudukan pemimpin yang duduk di singgasana. 

Di Asia Tenggara, apalagi Nusantara, hubungan erat raja dan ulama bukan hal yang aneh. Contohnya di Kerajaan Samudera Pasai. 

Ayang Utriza Yakin dalam Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M menulis, di Samudera Pasai, pemerintah Islam menunjuk ulama yang punya kemampuan mumpuni sebagai mufti resmi. Itu berdasarkan keterangan Ibnu Batutah yang pernah tinggal selama 15 hari di Samudera Pasai pada 1345. Dalam catatannya, al-Rihlat, Batutah menyebut fungsi mufti sangat penting dalam kesultanan. Sang mufti biasanya duduk dalam ruang pertemuan bersama dengan sekretaris, para pemimpin tentara, komandan, dan pembesar kerajaan.

Advertising

Advertising
Sistem itu, kata Ayang, agaknya dibawa dari kebiasaan di Kesultanan Perlak (Peureulak). Kerajaan Islam di Aceh itu punya majelis fatwa yang dipimpin seorang mufti. Ia menangani persoalan hukum agama. Jabatannya itu di atas kementerian kehakiman.

“Sistem itu berlanjut hingga ke masa pembentukan Kesultanan Samudera Pasai,” kata dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.

Gambaran jelas keberadaan ulama di tengah politik kerajaan muncul pada abad 16. Salah satunya Hamzah Fansuri, ulama Melayu Nusantara yang peninggalannya relatif lengkap mencakup biografi dan karya keislaman. Selain itu, ulama terkemuka yang meninggalkan karya monumental antara lain Shamsuddin al-Sumaterani (1693), Nuruddin ar-Raniri (1658), Abdul Rau’f al-Sinkili (1693), dan Yusuf al-Makassari. Pada abad 18 muncul Abd. Samad al-Falimbani dan Syekh Daud al-Fatani.

Dosen sejarah UIN Syarif Hidayatullah, Jajat Burhanudin menjelaskan, kehadiran ulama Melayu Nusantara sebagai bagian dari elite kerajaan lebih memperlihatkan gejala kota. “Mereka menjadi satu kelompok sosial yang termasuk elite kota dengan sejumlah keistimewaan karena pengetahuannya di bidang ilmu keislaman,” kata Jajat.

Dalam bukunya, Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat menulis, para ulama senantiasa di samping raja untuk memberi nasihat spiritual sekaligus memberi legitimasi politik di tengah rakyatnya yang beralih menjadi muslim.

Kadi

Dalam bidang hukum, ulama memegang peran sentral dalam membuat regulasi dan menentukan kehidupan keagamaan umat Islam. Mereka sebagai kadi atau penghulu di Jawa.

Lembaga Kadi makin mapan pada abad 17 di Kerajaan Aceh. Tak hanya memberi legitimasi dan nasihat kepada raja seperti di Kerajaan Malaka, para kadi juga menjalankan hukum Islam di kerajaan. Kadi di Aceh mulai berdiri pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Kerajaan Aceh juga memiliki lembaga Syaikhul Islam yang berada langsung di bawah raja. Lembaga ini mempengaruhi kebijakan raja dalam masalah sosial dan politik.

“Orang-orang yang bertanggung jawab di lembaga ini adalah ulama Aceh terkemuka,” kata Jajat.

Informasi soal lembaga itu, salah satunya, didapatkan lewat catatan perjalanan perwakilan khusus Inggris ke Aceh pada 1602. Sir James Lancaster, menggambarkan Hamzah Fansuri, Syaikhul Islam waktu itu, sebagai uskup agung. Dia diangkat raja untuk memimpin perundingan damai dan persahabatan antara Aceh dan Inggris.

Jajat mencatat, Nuruddin ar-Raniri sempat pula mengepalai Syaikhul Islam. Dia pernah menengahi protes keras Belanda atas regulasi perdagangan kerajaan yang menguntungkan pedagang Gujarat. Dengan otoritasnya itu, dia berhasil meyakinkan raja, Safiyyatuddin (1641-1675), untuk menarik regulasi itu.

“Aceh merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara yang memiliki lembaga resmi ulama. Raja-rajanya memberi ulama kesempatan untuk terlibat dalam wilayah yang melampaui urusan keagamaan,” tulis Jajat.

Di Jawa, lembaga itu bisa ditemui di Kerajaan Demak. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan-sultan Demak dibantu para ulama. Mereka bertindak sebagai ahlulhalli walaqdi. Lembaga itu menjadi wadah permusyawaratan kerajaan yang punya hak ikut memutuskan masalah agama, kenegaraan, dan segala urusan kaum muslimin. 

Sunan Giri pernah menduduki ahlulhalli walaqdi. Diia berwenang mengesahkan dan memberi gelar sultan pada penguasa kerajaan Islam di Jawa. Dia juga menentukan garis besar politik pemerintahan dan bertanggung jawab di bidang keamanan muslim dan kerajaan Islam. Dia juga berhak mencabut kedudukan sultan bila menyimpang dari kebijakan para wali.

Legitimasi Kekuasaan

Tak hanya sebagai penasihat raja, para ulama juga menjadi penerjemah Islam ke dalam sistem budaya Indonesia. 

“Dalam tugas itu, ulama berkontribusi dalam memberi legitimasi pada budaya politik Melayu berorientasi kerajaan,” jelas Jajat. 

Karya intelektual para ulama menjadi sumber legitimasi bagi kerajaan. Salah satunya Ar-Raniri yang memiliki pandangan lebih rinci tentang hubungan ulama-raja. Lewat karyanya, Bustan us-Salatin yang ditulis sekira 1630-an dan didedikasikan kepada Iskandar Thani, dia menjabarkan cara seorang ulama neo-sufi berhadapan dengan isu politik kerajaan. 

Ar-Raniri menekankan untuk mematuhi raja sebagai sebuah kewajiban agama. Kepatuhan pada raja sama saja dengan mengikuti perintah Tuhan. 

“Dengan cara ini, para raja diberikan otoritas politik yang sah, yang harus diakui oleh umat Islam,” tulis Jajat. 

Karenanya, kata jajat, Islam telah memberi sumbangan bagi pembentukan kerajaan absolut di dunia Melayu-Indonesia prakolonial. Semakin mapan ulama dalam elite kerajaan, makin mantap Islam sebagai ideologi politik kerajaan. 

Pada periode itu, tercatat raja-raja absolut seperti Sultan Iskandar Muda dan Iskandar Thani di Aceh, Sultan Agung di Mataram, dan Sultan Hasanuddin di Makassar. 

“Bisa diasumsikan sejumlah ulama juga tampil mendukung politik kerajaan absolut,” tegas Jajat.



Terus Membawa Bola Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Diego Maradona mampu mencetak gol dengan melewati ...

Terus Membawa Bola

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Diego Maradona mampu mencetak gol dengan melewati 8 pemain lawan yang menghadangnya. Energi menggerakkan bola berbeda dengan yang menghadangnya. Yang bergerak mampu melewati para penghalang. Itulah mengapa para striker selalu dapat mampu melewati berapa pun yang menghadangnya. Bergerak sambil berfikir. Bergerak sambil bermanuver. Bergerak sambil berinovasi. Akan berbeda dengan mereka yang melihat gerakan lawan untuk menghadangnya.

Ambillah bola. Bergeraklah ke medan lawan. Secara umum, yang banyak memegang bola akan berpotensi untuk menang. Prediksi kemenangan, lebih banyak pada tim yang mengendalikan bola. Jadilah pengendali utama permainan. Berlarilah bersama bola. Yang berlari bersama bola cendrung lebih cepat dan lincah karena pikiran, energi dan kekuatannya hanya terfokus ke bola saja. Selincah bola yang terus bergerak.

Pembawa bola tak pernah tahu bagaimana pintu penghalang lawan menghadangnya. Tak pernah tahu, berapa orang yang menghadangnya. Yang dipikirkan hanya, melewati lawan, bola tetap dibawah kendalinya, responnya tak pernah terpikirkan dan direncanakan, semua bergerak secara refleks sesuai kondisi yang ada. Yang terlatih menghadapi situasi, yang terbiasa menghadapi situasi, hanya membutuhkan waktu sebentar untuk merespon dengan cepat dan tepat.

Ketika tidak bertanding, teruslah berlatih seolah-olah terus bertanding. Seolah-olah lawan terus mengintai dan menghadang. Seperti Rasulullah saw yang selalu mengirimkan berbagai pasukan kecil penjelajah ke berbagai wilayah untuk mengasah dan melatih bila tiba-tiba terjadi pertempuran nyata dengan Kabilah Arab, Persia dan Romawi. Bersiap siagalah. Karena peluang kadang  hanya datang sekali saja.

Pembawa bola selalu memiliki seni mengecohkan dan memperdaya lawan. Namun para penghadang hanya bisa mengikuti gerakan pembawa bola. Para penghadang cendrung lebih banyak dari pembawa bola. Sumber energi dan sumber daya yang dibutuhkan para penghadang cendrung lebih besar dan banyak. Bila ingin efisien dan efektif, teruslah menyerang dan memasuki medan lawan.

Sejak perang Khandak, Rasulullah saw memproklamirkan bahwa tidak ada lagi strategi diserang dan bertahan Tetapi harus menyerang. Walaupun Tabuk sangat jauh. Walaupun perbekalan sangat terbatas. Walaupun sangat panas dan kering. Rasulullah saw terus membawa pasukan ke Tabuk. Pergerakan sudah menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran. Itulah keuntungan psikologis menyerang.

Karakter muslimin adalah menyerang. Rasullullah bersabda, "Gerakan muslimin sudah menimbulkan ketakutan selama satu bulan perjalanan bagi musuh." Pergerakan nabi Musa sudah menciptakan ketakutan bagi bangsa Kan'an di Palestina. Karakter mukmin adalah berhijrah. Hijrah telah menciptakan ketakutan besar bagi Kafir Quraisy. Tak ada kata diam menunggu momentum. Tetapi selalu bergerak menciptakan momentum.

Saat kelaparan dan paceklik melanda Madinah, Rasulullah saw terus menggali parit dan memecahkan batu. Perutnya diganjal dengan batu. Saat kondisi tersulit, Rasulullah saw dan Sahabatnya terus bergerak menciptakan segala kemungkinan untuk menghadapi lawan yang dapat tiba-tiba datang untuk menghancurkan. Jangan pernah diam dan berpangku tangan dalam kondisi apa pun.

Mengolah Lahan Dengan Spiritualitas Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Liburan terjun ke sawah dan berke...

Mengolah Lahan Dengan Spiritualitas

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Liburan terjun ke sawah dan berkebun. Lelah, tetapi menyegarkan jiwa dan raga. Berinteraksi dengan alam seperti berinteraksi dengan seorang ulama yang bertakwa

Mentadaburi ayat al-Qur'an tentang alam, plus berinteraksi dengan alam, memberikan suntikan kebahagiaan dan spiritual.

Tanah yang gersang, bagai melihat makhluk Allah yang sedang sakit dan menderita. Hama, cara Allah menciptakan keseimbangan alam

Alam seperti anak sendiri. Alam seperti orang tua sendiri. Alam bagai saudara seiman yang saling menopong menciptakan kemaslahatan dan ketaatan

Al-Qur'an banyak mengajarkan bagaimana tanah tandus menjadi subur dengan spiritualitas dan memahami ekosistem.

Al-Qur'an mengajarkan apa yang harus ditanam. Rekayasa genetika apa yang diciptakan pada tanaman agar menghasilkan kemakmuran dan kekayaan

Al-Qur'an mengajarkan struktur tanah, perpaduan kebun-ladang dan ragam tanaman, menciptakan mata air dan aliran air pada tanah yang dikelola

Al-Qur'an mengajarkan perpaduan langit dan bumi untuk menciptakan kesuburan. Petani cukup membaca Al-Qur'an untuk merekayasa kesuburan tanah

Bila tanah sudah subur, apa pun bisa ditanam dengan hasil yang melimpahkan ruah. Mengolah tanah bagai mengolah jiwa manusia.

Mengadukan Kezaliman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam kezaliman, apa yang dilakukan? Said bin Ju...

Mengadukan Kezaliman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Dalam kezaliman, apa yang dilakukan? Said bin Jubair melakukan perlawanan hingga harus mengasingkan dirinya ke Mekkah. Saat tertangkap, yang dilakukannya hanya berdoa kepada Allah. Hasan Al-Bashri lebih memilih bersabar dan berdoa, karena kezaliman para penguasa disebabkan kemaksiatan dan dosa rakyatnya.

Umar Tilimsani menghadapi kezaliman Anwar Sadat selaku presiden Mesir. Umar Tilimsani berkata, "Bila kezaliman dilakukan oleh bukan penguasa, maka aku akan mengadukan ke bapak Presiden. Bila yang berlaku kezaliman adalah Presiden, maka aku mengadukannya kepada Allah." Hati Anwar Sadat pun bergetar ketakutan mendengarkan ucapan Umar Tilimsani.

Tugas mukmin adalah amar maruf nahi mungkar. Jihad yang terbesar adalah berkata benar dihadapan penguasa. Setelah itu bersabarlah seperti Hasan Al Bashri. Seperti Hamka yang bersabar di balik jeruji  penjara. Atau seperti yang dilakukan Abu Bakar Baasyir di balik jeruji besi.

Allah memberi amanah kepada penguasa beserta jajarannya untuk mengurus hamba-hamba-Nya. Agar kebutuhannya terpenuhi, hidupnya tentram dengan menegakan syariat-Nya. Bagaimana bila menyeleweng? Bagaimana bila justru menzaliminya? Adukan saja kepada yang memberi dan mencabut kekuasaan.

Bacalah hadist-hadist akhir zaman, ketika kezaliman mencapai puncaknya. Tetap teguh bersama jamaah walaupun hanya menggigit akar saja. Dalam kezaliman yang keras dan ganas, kekokohan berjamaah menjadi kekuatan yang sangat kuat agar tetap beristiqamah dan terus terjaga kesabaran.

Ingat kisah Ashabul Kahfi? Ingat kisah Nabi Musa? Tugas pokok mereka hanya menjaga kesinambungan dan kekokohan jamaah. Sedangkan Allahlah yang mencabut dan memberikan kekuasaan. Allah mengganti para penguasa ketika Ashabul Kahfi ditidurkan Allah di gua. Allah yang menghancurkan Firaun, saat Nabi Musa lari dari kejaran tentara Firaun.

Ingat kisah Imam Ahmad bin Hambal yang disiksa oleh tiga era penguasa? Allahlah yang mengganti ketiga penguasa zalim tersebut dengan kematian mereka, hingga Allah mentakdirkan penguasa yang membela Sunnah Rasulullah saw menjadi penguasa.

Apapun sepak terjang penguasa, serahkan saja kepada Allah. Aduk kezaliman penguasa pada Allah. Tugas kita hanya Amar makruf nahi munkar dan menjaga keistiqamahan berjamaah agar tidak tergelincir dalam konsep, sistem maupun sepak terjangnya.

Adab Terhadap Kezaliman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam periodisasi sejarah umat Islam, mengapa...

Adab Terhadap Kezaliman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Dalam periodisasi sejarah umat Islam, mengapa ada periode menghadapi penguasa yang sangat zalim? Mengapa periode Mekkah lebih lama daripada periode Madinah? Mengapa Nabi Musa lebih banyak disebut dalam Al-Qur'an dibandingkan Nabi yang lain termasuk Rasulullah saw? Mengapa kisah para Nabi lebih banyak berhadapan dengan penguasa atau para pembesar?

Inilah perjalanan amar makruf nahi munkar yang terpanjang, paling sering dihadapi dan melelahkan. Inilah hukum kehidupan yang sudah ditetapkan. Inilah sunatullah abadi yang telah digoreskan. Maka hadapilah dengan ketentraman hati apa pun yang terjadi.

Nabi Ibrahim dan pemuda ashabul ukhdud menghadapi jilatan api dengan ketentraman. Nabi Yahya digregaji tanpa sedikitpun keluhan. Khubaib menghadapi penyaliban dengan ketenangan. Bahkan Sayid Qutb dan Abdul Qadir Al-Audah menghadapi tiang gantungan dengan tersenyum.

Mengapa sangat tentram? Bukankah jihad menghadapi penguasa yang zalim adalah puncaknya jihad? Hadapi kezaliman  seperti Nabi Musa menghadapi Firaun. Hadapi dan nasihat. Ajak dan ingatkan. Ungkapkan penyimpangan dan kerusakannya
 
Kezaliman memang selalu membuat tipu daya dan muslihat. Kezaliman memang selalu disibukkan membuat makar terhadap kebenaran. Kezaliman memang tak pernah tentram walaupun beragam rekayasa terus dilakukan. Itulah hukuman Allah terhadap pelaku kezaliman. Padahal seluruh tipu daya kezaliman akan dipatahkan Allah.

Bila kezaliman pasti dipatahkan oleh Allah, maka hadapilah kezaliman dengan akhlak terpuji. Jangan tergesa-gesa untuk menghancurkannya dengan beragam kekerasan yang melampaui batas. Jangan menghadapi dengan emosional dan gelap mata. Jangan bertindak ekstrim yang menimbulkan kerusakan.

Berpegang teguhlah dengan syariat Allah dan adab yang dicontohkan Rasulullah saw. Seperti nasihat Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib sebelum menggempur benteng Khaibar yang harus menyerukan berislam, dan  membayar jizyah terlebih dahulu.

Belajarlah pada Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad saat menghadapi kezaliman. Belajarlah pada Musa bin Nusair, sang panglima penakluk  Andalusia, saat dia disiksa oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.

Musa bin Nusair memiliki ratusan ribu budak, persenjataan dan kekuatan ekonomi yang dapat dikerahkan melawan khalifah. Namun dia tidak melakukannya. Karena  bermar makruf nahi munkar ada proses dan adabnya juga. Tetap beradab dalam menghadapi kezaliman, itulah kemenangan jiwa.
 
 

Model Pengelolaan Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa kabar dengan Alp  Arslan, yang mampu ...

Model Pengelolaan Kekuasaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Apa kabar dengan Alp  Arslan, yang mampu memukul Romawi Timur yang berkekuatan 250.000 pasukan  dengan hanya 15.000 pasukan? Apa resep rahasia Umar bin Abdul Aziz, Harun Al Rasyid, Nuruddin Zanky, Shalahuddin Al Ayubi, Saifuddin Qutudz, Muhammad Al Fatih dan Sulaiman Al Qanuny yang membawa umat Islam pada era keemasan dan memukul semua kekuatan yang memerangi kaum Muslimin? 

Semestinya rahasia ini digali, dikaji, dijadikan referensi, dan diterapkan oleh para penguasa dan politisi. Seperti Umar bin Abdul Aziz yang mengumpulkan semua dokumentasi sepak terjang nenek moyangnya Umar bin Khatab. Seperti Nurudin Zanky dan Shalahuddin Al Ayubi yang berusaha melintasi jalan pemerintah khalifah dua Umar. Bukankah semua terdokumentasilan dengan baik oleh para sejarawan muslim?

Kunci semua keberhasilan pemerintah mereka adalah kolaborasi antara penguasa dan ulama. Penguasa harus mendengarkan dan mematuhi ulama. Bukan memusuhinya? Dalam rentang sejarah pemerintah islam mereka yang berhadapan dan memusuhi ulama akan hancur kekuasaannya  baik karena kezaliman dari hawa nafsu dan bisikan syetan yang terus mengepung mereka.

Penguasa memiliki seluruh kekuatan dan sumber daya. Namun mereka tak paham untuk apa semua itu? Akhirnya hanya untuk memenuhi hawa nafsunya. Penguasa perlu mendengarkan dan taat pada ulama. Kejernihan hati para ulama. Zuhud dan waranya para ulama menciptakan  kebijaksanaan dan keadilan. Tak adanya kepentingan para ulama akan dunia, menciptakan kekuasaan berada dalam rel kebenaran.

Hati yang bersih para ulama membuka tabir rahasia tentang masa depan. Firasatnya menembus batas waktu. Taufik dan hidayah dari Allah terus membimbingnya. Ingat ketika Alp Arslan dan Muhammad Al Fatih sempat merasakan ketakutan menghadapi Romawi Timur? Para ulamalah yang meneguhkannya.

Pada diri ulama ada ilmu dan kebijaksanaan. Pada diri ulama ada kebersihan hati dan ketakutan terhadap kematian. Inilah mata air kecerdasan, kecerdikan dan inovasi yang dahsyat terhadap pengelolaan kekuasaan.

Bila benih-benih keadilan sudah ditancapkan. Bila pondasi syariat Allah dan Sunnah Rasulullah saw sudah dihidupkan. Maka Allah akan mengilhamkan, menganugerahkan dan menopang berbagai sumber kekuatan dan kemakmuran. Seluruh  semesta alam dan malaikat akan mendukungnya. Masyarakat akan tentram, patuh dan bahu membahu membangun negrinya.

Ulama Sebagai Elit Kekuasaan Dalam Sejarah Nusantara Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejak terbentuknya komunitas muslim dan berdirin...

Ulama Sebagai Elit Kekuasaan Dalam Sejarah Nusantara

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejak terbentuknya komunitas muslim dan berdirinya  kesultanan di Nusantara, ulama telah menjadi bagian dari elit kekuasaan.

Saat terbentuknya komunitas muslim di pesisir  Nusantara, peran ulama sebagai tahkim untuk menyelesaikan persoalan hukum, sosial, budaya dan juru damai.

Era awal Pasai, pusat studi Islam telah didirikan di lingkungan istana. Ulama dan elit kekuasaan terlibat diskusi intensif dalam memecahkan persoalan negara

Peran ulama di kesultanan sebagai Kadi, Syaikhul Islam dan Ahlul Halli wal Aqdi. Setiap kesultanan menempatkan ulama pada posisi yang berbeda-beda.

Peran ulama sudah mulai mapan sebagai bagian dari struktur kekuasaan sejak era Iskandar Muda di kesultanan Aceh (1607-1636) dengan dibentuknya lembaga Kadi

Lembaga Kadi dibentuk dari level Istana atau pusat, tingkat lokal atau regional hingga level kampung yang dipimpin oleh Teungku (ulama)

Peran Kadi, bertanggungjawab urusan keagamaan dan lembaga hukum dalam kasus sipil, kriminal dan ekonomi.

Peran ulama dilembagakan juga menjadi Syaikhul Islam perannya memberikan nasihat kepada sultan mengenai kebijakan negara dalam soal sosial, ekonomi dan politik

Hamzah Fanshuri, Nurudin ar-Raniri, Abdul Rauf Sinkili, Yusuf al-Makasari, Muhamad Arsyad al Banjari, Khatib Tunggal Dato Ri Bandang, contoh ulama yang berperan sebagai Syaikhul Islam di Kesultanan yang ada Nusantara

Wali Sanga, dewan yang berperan sebagai ahlul halli wal aqdi di kesultanan Demak. Perannya, memutuskan persoalan agama, kenegaraan dan kemasyarakatan.

Di bawah pimpinan Sunan Giri, Majelis Walisanga mendorong Raden Fatah mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Demak.

Di Jawa, Kadi dikenal sebagai Penghulu. Di Demak, Sunan Bonang, Makdum Sampang, Kiai Pembayun, Rahmatullah dan Sunan Kudus pernah memimpin lembaga ini

Di era Mataram, terjadi perubahan struktur, dimana lembaga Kadi menjadi langsung di bawah kontrol kerajaan dengan nama Mahkamah Surambi.

Di Kesultanan Banten, model Kadinya mengikuti  Kesultanan Aceh, dikenal sebagai Pakih Najmuddin yang dipimpin oleh ulama. Strukturnya hingga ke desa

Di Kesultanan Gowa-Tallo, Khatib Tunggal Dato Ri Bandang, ulama dari Minangkabau, membentuk lembaga Kadi dan jadi Syaikhul Islam.

Di Kesultanan Bone, lembaga model Kadi diberi nama Pejabat Sara yang dipimpin oleh Petta (Tuan Guru)

Di Kesultanan Ternate Maluku Utara, lembaga Kadi dikenal sebagai Babato Akhirat. Lembaga ini terbentuk atas saran Sunan Giri.

Dalam sejarah Nusantara, para ulama berperan sebagai pedagang, memasuki dunia pendidikan dan kekuasaan, lalu membangun sosial dan kebudayaan.

Sumber: 
Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat Burhanuddin, Kencana

Ulama dan Kekuasaan, Jajat Burhanuddin, Mizan

Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslimin di Indonesia, Uka Tjandrasasmita, Menara Kudus

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)