basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Buya Hamka: "Sudahkah Teguh Hatimu Sudahkah Ridha Tuhanmu?" Buku : Akhlaqul Karimah Demi mencari keridhaan manusia, ap...

Buya Hamka: "Sudahkah Teguh Hatimu Sudahkah Ridha Tuhanmu?"

Buku : Akhlaqul Karimah


Demi mencari keridhaan manusia, apabila ada seorang saudara atau anak yang wafat, diadakan kenduri besar-besar melebihi kekuatan dirinya. Dipakai pepatah, "Tidak kayu jenjang dikeping, tidak emas bungkal diasah." Uang habis, sawah tergadai, dan ladang terjual hanya untuk biaya kenduri dan menjamu tamu.

Akan tetapi, saat badan telah jatuh melarat tidak seorang pun tamu-tamu yang dijamu tadi yang sanggup menolong, mereka hanya menggelengkan kepala dan berujar "kasihan dia." Dapatkah geleng kepala orang lain menolong harga dan uang yang telah ludes tadi?

Dalam pernikahan diadakan perhelatan besar-besaran, katanya untuk mencukupi persyaratan adat istiadat agar dianggap sebagai orang terpandang. Maka dari itu, mereka telah mubadzir membuang-buang harta tidak berketentuan. 

Lantaran dianggap sebagai "memegang adat istiadat," dia pun memilih apa yang dikatakan Al-Qur'an, ikhwanus syayaathiin 'saudara setan’.

Banyak contoh yang kita lihat sehari-hari tentang nasib tragis orang-orang yang mengutamakan ridha manusia daripada ridha Allah SWT. Oleh karena itu, wajiblah bagi kita mencegah meluasnya sifat-sifat itu dan menyadarkan mereka yang lupa diri dan mendurhakai Allah SWT.

Katakan apa yang terasa kepada umum, mereka terima atau tidak asal kita yakin bahwa kita tidak berlaku kasar, tunjukkan mana kepincangan dalam masyarakat. Seorang dokter membedah pasiennya karena mengharapkan hidup pasien itu, bukan lantaran hendak membunuhnya.

Pekakkan telingamu mendengar cela dan makian mereka, dengan pepatah Arab. "Biarkan aku mengatakan apa yang terasa.
Kemudian itu, boleh engkau beri nama kepada saya dengan nama yang engkau sukai. 
Saya tidak pemarah, sikap saya lapang dada. Cuma dhamir, cuma kemanusiaan juga yang tidak dapat saya jual, cobalah katakan kepadaku atas nama Allah.
Adakah manusia yang sudi menjual kemanusiaannya menjual keagungan kehormatannya?"

Tanda keimanan yang benar ialah mempertahankan kebenaran. Berikan nasihat yang suci kepada sesama Muslim. Untuk itu, kita mesti berani menempuh koban, yaitu kebencian dan kemarahan orang karena kebodohannya.

Apabila yang kita cari hanya keridhaan atau kesuka an manusia, niscaya akan membuat kita bingung. Sebab setiap orang mempunyai pikiran dan kesukaan yang berlainan. Oleh sebab itu, serahkan diri kepada Allah SWT, teguhkanlah pendirian, dan jangan digantungkan diri pada kehendak manusia. Dengan menyerahkan din pada Allah SWT, kita bekerja mengajak manusia ke jalan yang benar.

Marilah kita menjadi "dukun" kita urut-uratnya yang terkilir, walaupun ia menjerit supaya dia lekas sembuh Mari kita marahi dia sebagai tanda cinta, "kasih di anak dipetangis, kasih di kampung ditinggalkan."

Biarkan dia mencela dan memaki hari ini, biarkan ini. Biarkan mereka memandang kita sebagai musuhnya, tetapi kita adalah sahabatnya. Setelah kita hilang dari matanya, mereka akan mencari kita kembali, mereka akan menanyakan manakah dukun yang ahli urut itu?

Bertahanlah pada kesakitan yang pertama, untuk kemenangan yang kedua, dan jangan lupa, tanyakan hatimu dan tanyakan Tuhanmu. Sudahkah teguh hatimu sudahkah ridha Tuhanmu? Jika sudah, "Bismillaahi wa atashamtu billaahi, wa tawakkaltu alallaahi."

Buya Hamka; Sia-sia Keridhaaan Manusia Buku: Akhlakul Karimah  Manakah yang kita cari, ridha Allah SWT atau ridha manusia? Jawab...

Buya Hamka; Sia-sia Keridhaaan Manusia


Buku: Akhlakul Karimah 

Manakah yang kita cari, ridha Allah SWT atau ridha manusia? Jawabnya tentu saja ridha Allah SWT karena manusia diciptakan untuk menyembah, menaati, dan patuh mengikuti perintah-Nya. 

Kebaikan dan keberuntungan hidup hanya bergantung kepada-Nya.
Oleh sebab itu, segala kegiatan seorang Mukmin hanyalah mencari ridha Allah SWT, bukan mencari ridha manusia. Meskipun lantaran itu, seluruh manusia akan marah dan benci kepadanya, bahkan meskipun dia disakiti dan dianiaya. 

Dalam upaya mencari ridha Allah SW janganlah dipusingkan segala kehendak dan keinginan manusia karena kesukaan adalah sebanyak kepalanya, yang ini meminta begini dan yang itu lain. Jika itu yang kita acuhkan, perlu menyediakan kepala untuk berpikir sebanyak kepala mereka itu pula. Setiap orang ingin memengaruhimu, lidah, tangan, hati, dan otakmu semuanya ingin mereka pengaruhi.

Akankah kita ikuti kemauan mereka? Padahal mereka mempunyai ragam yang mungkar, mempunyai adat istiadat yang keji, mempunyai kebiasaan yang buruk. Mereka pandang halal barang yang haram, mereka singkirkan barang yang wajib.

Begitu duduk bersama dalam majelis, belum berseri majelis jika orang yang menghidangkan minuman bukan perempuan cantik dan minuman yang dihidangkan tidak dicampur alkohol. Apabila datang waktu shalat mereka malu bangun dari tempat duduknya karena takut dituduh fanatik agama.

Akan lebih gembira mereka apabila kita turut duduk di situ sampai habis majelis itu. Demi hal itu, kita harus tinggalkan keridhaan Allah SWT dan memilih laknat-Nya lantaran mencari keridhaan manusia.

Adalah sia-sia memilih keridhaan manusia padahal jalannya bengkok dan tidak tentu ujung. Lantaran jalan itu tak begitu sukar dijalani, ditempuhnya juga sehingga lupa bahwa ujung jalan itu buntu. 

Sia-sia orang yang meninggalkan jalan Allah SWT lantaran pada permulaan jalan itu kelihatan sukar ditempuh. Dia mengelak karena tidak percaya bahwa di ujung jalan itu terletak bahagia.

Janganlah ridha manusia yang kita pilih sedangkan ridha Allah SWT yang kita tinggalkan karena di tangan-Nyalah terpegang segala kekuasa an. Firman Allah SWT,

 "Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (Aali `Imraan: 26)

Mengapa kita mengambil muka kepada manusia, padahal mereka pun budak seperti kita adanya. Mereka pun lemah tak berdaya, tak dapat menolong dirinya sendiri, jangankan menolong orang lain. Mengapa kita tidak sadar akan kekuasaan Khalik, padahal di tangan-Nya ada hukum hidup dan hukum mati.

Orang mukmin  bekerja dengan ikhlas mencari ridha Allah SWT walaupun harus kehilangan kesukaan manusia. Ditanyainya hati sendiri, adakah perbuatannya disuka Allah SWT. Jika hati menjawab bahwa Allah SWT memang suka, teruslah dikerjakan walaupun manusia mencelanya. 

Tidak dihiraukan sorak-sorai masyarakat karena yang akan berbekas pada dirinya hanya semata-mata hukum Allah SWT juga, yang semuanya telah tertulis lebih dahulu, tak kuasa tangan manusia mengubahnya.

Dunia manusia terbatas, akhirat Tuhanlah yang kekal, kita tidak mencari yang fana dan meninggalkan yang baqa. Kita tidak bersujud, bersimpuh, dan berlutut di hadapan sesama manusia supaya dapat pangkat atau dapat pujian jika sekiranya di balik itu berdiri adzab dan siksa Allah SWT.

Kita tidak mengharapkan itu karena kita berpulang ke Allah SWT dengan tiga lapis kafan jua.
Berapa banyak kerugian yang menimpa bangsa kita dan berapa banyak yang jatuh ke lubang kemiskinan lantataran mencari keridhaan manusia.

Wabah dan Thaun, Hanya Problem Kesehatan? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Menghadapi Wabah, Penyakit ...

Wabah dan Thaun, Hanya Problem Kesehatan?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Menghadapi Wabah, Penyakit dan Thaun siapakah yang paling siap? Walaupun tanpa fasilitas kesehatan publik yang memadai?

Yang paling siap menghadapi penyakit, wabah, edemi maupun pademi adalah umat Islam. Bukan karena fasilitas kesehatan publiknya tapi dari sistem budayanya

Budaya umat Islam dibangun atas dasar bangunan ibadah yang  otomatis mensehatkan jiwa, raga dan akal. Jadi tak ada orientasi kesehatan.

Buka kumpulan hadist Kutubun Sitah, semuanya membahas tentang wabah dan thaun. Setiap muslim seharusnya sadar akan hal ini.

Buka Al-Qur'an, ada kisah wabah dan thaun pertama dalam sejarah manusia, terjadi di era Mesir kuno di era Firaun. Penyebabnya kezaliman dan kekufuran

Wabah dan Thaun penyakit tidak berkaitan dengan gaya hidup sehat yang sempit, tetapi efek meratanya kezaliman dan kekufuran.

Wabah dan thaun bukan soal ketidakcukupan gizi, vitamin, mencegah masuknya patogen, vaksinasi dan fasilitas kesehatan tetapi soal kezaliman dan kekufuran

Tanda kezaliman dan kekufuran parah? Polusi udara dan panas. Wabah dan Thaun dalam sejarah terjadi saat hancurnya kualitas udara dan di musim panas atau semi

Dua titik yang selalu diserang oleh Thaun yaitu paru-paru dan area pusat imunitas tubuh yaitu sekitar telinga dan paha atas. Lalu merusak organ lainnya.

Dulu wabah dan thaun bersifat lokal, sekarang global. Bertanda kezaliman dan kekufuran menyelimuti bumi. Harus ada sistem global memperbaikinya.

Harus ada gerakan trans-nasional untuk memperbaikinya. Hanya Islam yang bisa menjadi gerakan trans-nasional  Mengapa ditakuti?

Al-Qur'an dan Sunnah serius membahas wabah dan thaun? Ini bukan persoalan lokal dan kesehatan semata. Ini soal kehancuran manusia.

Al-Qur'an dan Sunnah menyadarkan bahwa wabah dan thaun adalah  persoalan yang kompleks dan serius tak bisa diselesaikan dengan kesehatan semata.

Arah Kecerdasan Spiritualitas Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Spiritual itu buah dari ibadah. Menurut...

Arah Kecerdasan Spiritualitas

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Spiritual itu buah dari ibadah. Menurut Imam Al-Ghazali, seluruh ibadah merupakan sarana pensucian jiwa. Setiap ibadah memiliki efek khusus pada jiwa Yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Hanya ibadah "super khusus" yang membawa manusia pada pensucian jiwa, menguatkan jiwa, mengokohkan moral. Inilah pondasi spiritualitas.

Spiritualitas itu akhlak yang luhur, jiwa yang mulia, keyakinan dan bertanggungjawab terhadap amanah kehidupan, tekad yang kuat, pengorbanan dalam menunaikan kewajiban dan kesetiaan yang mendasari kepercayaan dan persatuan. Dari sinilah lahir kekuatan.

Spiritualitas sebelum harta. Bertumpu pada aqidah sebelum kekayaan yang fana. Karena, bila telah tersedia spiritual yang benar maka akan tersedia bersamanya seluruh sarana menuju sukses dan kemajuan. Dengan kemauan merevolusi diri, mengokohkan kekuatan ruhani, perbaikan akhlak maka seluruh kekuatan fisik akan datang dari berbagai arah.

Spiritualitas membawa jiwa menjadi mulia. Ruhnya membumbung tinggi, terbebas dari perbudakan materialisme, membersihkan diri dari syahwat dan hawa nafsu. Menghindari masalah-masalah spele dan tujuan-tujuan yang rendah. Mengarahkan wajah dengan lurus kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Jiwanya diwakafkan untuk membangun kemajuan dan peradaban.

Spiritualitas yang mencurahkan iman yang meluap dan keyakinan akan keberhasilan yang selalu menyelimuti hati. Tekad membaja yang tak dihinggapi kelemahan. Hingga tidak takut kepada semua manusia dan tidak gentar pada seluruh alam meskipun semuanya menjadi penghadang. Berani dan tak gentar menghadapi lautan tentara dan pasukan raksasa karena yakin dengan pertolongan, perlindungan dan kekuatan Allah.

Dalam spiritual, meyakini ada kekuatan yang lebih dahsyat dari kekuatan yang mengalir dari keimanan ketika dadanya bergelora firman Allah swt, "Jika Allah menolong kamu, niscaya takkan ada yang sanggup mengalahkanmu." (Ali Imran: 160)

Dengan Spiritualitas ini, malam hari berdiri di mihrab, menggerakkan kepala sambil menangis, "Wahai dunia, tipulah orang selain aku." Namun saat fajar menyingsing dan seruan jihad ke medan kehidupan memanggil, jiwanya seperti singa berada di atas punggung kuda. Berteriak lantang hingga membahana ke seluruh medan kehidupan.

Beribadah Demi Mencintai-Nya Dikisahkan bahwa Malik bin Dinar dan Tsabit al-Bannany -semoga Allah merahmati keduanya masuk pada ...

Beribadah Demi Mencintai-Nya


Dikisahkan bahwa Malik bin Dinar dan Tsabit al-Bannany -semoga Allah merahmati keduanya masuk pada ruang Rabi'ah Al-Bashriyah, lalu Rabi'ah bertanya tiba-tiba kepada Malik: "Ceritakan kepadaku kenapa kalian menyembah Tuhanmu?"

"Karena hasrat pada syurga." Jawab Malik. Lalu bertanya kepada Tsabit: "Kalau kamu hai anak muda? "Takut pada neraka!" jawab Tsabit.

Lantas Rabi'ah berkata: "Kamu hai Malik tak lebih seperti pekerja yang buruk. Tidak mau bekerja kecuali dengan harapan harapan. Dan kamu hai Tsabit seperti hamba sahaya yang buruk, mau bekerja kalau dipukul."

Lalu dua orang itu berkata, "Sedangkan kamu hai Rabi'ah."
"Demi cinta kepada Allah Ta'ala dan rindu kepadaNya."

Dan dikisahkan, suatu hari Dzunun Nuun al-Mishry RA ketika menasehati orang-orang, mereka menangis semua, namun ada seorang pemuda yang tertawa terbahak bahak.

Lalu Dzun Nuun bertanya, "Kenapa anda hai anak muda?" lantas pemuda itu berdiri sambil mendendangkan syair:

Semua menyembahNya karena takut neraka
Mereka melihat keselamatan sebagai balasan Atau menghuni syurga, lalu berada dalam taman dan air yang mengalir Sungguh dalam syurga abadi bukan hasratku Aku tak ingin mengganti kekasihku.

Beragam Versi Islamnya Umar ibn al-Khathab Umar keluar dari rumah adiknya menuju tempat yang ditunjukkan Khabbab untuk menemui R...

Beragam Versi Islamnya Umar ibn al-Khathab

Umar keluar dari rumah adiknya menuju tempat yang ditunjukkan Khabbab untuk menemui Rasulullah dan sahabatnya. Ia menuju rumah al-Arqam ibn Abil Arqam. Rumah inilah yang dijadikan tempat oleh beliau dan beberapa sahabatnya untuk melakukan dzikir dan beribadah kepada Allah.

Kali ini, Umar datang ke sana bukan untuk mencelakakan Muhammad dan menghentikan dakwah Islam, melainkan untuk ikut bergabung dalam kelompok orang-orang yang beriman.

Beberapa sahabat yang berada di dekat pintu kaget dan terkejut dengan kedatangan Umar. Mereka segera melapor kepada Rasulullah. Hamzah, paman Nabi, berkata, "Bukalah pintu! Jika Tuhan menghendaki kebaikan
dan Islam bagi Umar, kita sambut dia. Itulah yang kita harapkan. Namun, jika Allah menghendaki yang sebaliknya, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri!

Rasulullah lalu keluar menyambut Umar. Beliau memegang baju Umar dan menariknya keras-keras seraya berkata, "Wahai Umar, apa maksud kedatanganmu? Engkau memang tidak akan berhenti sebelum Allah menimpakan bencana atas dirimu!"
Dengan suara terputus-putus dan gemetar, Umar menjawab, “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!" Jawaban Umar itu disambut takbir oleh Rasulullah. 

Mendengar Rasul bertakbir, semua yang hadir di tempat itu mengerti bahwa Umar memeluk Islam. Mereka pun bertakbir hingga suaranya terdengar orang yang berada di Masjidil Haram. Mereka juga merasa gembira dan memanjatkan puji syukur kepada Allah.

Dalam Musnad Ahmad disebutkan riwayat lain tentang keislaman Umar. Umar bertutur, "Saya hendak menghadang Rasulullah. Saya lihat dia sudah mendahului saya ke masjid. Saya berdiri di belakangnya.

Ia memulai bacaannya dengan surah al-Haqqah. Saya sungguh kagum dengan susunan Al-Quran itu. Dalam hati, saya berkata, 'Sungguh dia memang seorang penyair seperti dikatakan Quraisy. Seolah menjawab isi hati saya, Rasulullah kemudian membaca ayat Bahwa ini sungguh perkataan Rasul yang mulia. Itu bukanlah perkataan seorang penyair; sedikit sekali kamu percaya? (al-Haqqah [69]: 40-41).

Saya berkata, 'Dia seorang dukun. Kemudian, Rasul membaca ayat Juga bukan perkataan seorang peramal; sedikit sekali kamu mau menerima pelajaran. (Ini adalah wahyu) yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dan kalau dia mengada-adakan perkataan atas nama Kami, pasti Kami tangkap dia dengan tangan kanan, kemudian pasti Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tak ada seorang pun dari kamu dapat mempertahankannya. (al Haqqah [69]: 42-47) sampai akhir surah. Maka, Islam sungguh menyentuh hati saya begitu dalam."

Tingkatan  Kaum 'Arifun Kaum 'arifin itu bertingkat dan beragam dan dengan tangga yang berjenjang-jenjang, serta derajat...

Tingkatan  Kaum 'Arifun

Kaum 'arifin itu bertingkat dan beragam dan dengan tangga yang berjenjang-jenjang, serta derajat yang berbeda berwarna, serta posisi yang bermacam macam.

1. Di antara mereka ada yang mengenal Allah melalui Sifat qudrot, maka dia sangat takut kepadaNya

2. Ada yang mengenal Allah melalui Sifat KaruniaNya, maka dia sangat berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah.

3. Ada yang mengenalnya melalui Muroqobah, maka dia mengokohkan kebenaran hatinya. 

4. Ada yang mengenalnya melalui KeagunganNya, lalu ia meneguhkan rasa takut dan cinta.

5. Ada yang mengenalNya melalui Sifat Maha Mencukupi, lalu ia sangat fakir kepadaNya.

6. Ada yang mengenalNya melalui Sifat Maha SendiriNya, lalu ia meneguhkan kebeningan hatinya.

7. Ada yang mengenalNya melalui Allah, lalu dia bersambung terus menerus denganNya.

Karena itu:

1. Kualitas kema'rifatan rasa takut, tergantung kadar kema'rifatannya atas QudrotNya.

2. Kualitas rasa Husnudzon, tergantung pada kadar kema'rifatannya pada Sifat Anugerah Ilahi.

3.  Kualitas rasa pembenaran dengan kejujuran hati
tergantung kadar kema'rifatan Muroqobahnya. 

4. Kualitas rasa takut penuh cinta, tergantung kema'rifatannya atas Keagungan Allah.

5. Kualitas rasa butuh kepada Allah, tergantung kema'rifatannya atas maha MencukupiNya.

6. Kualitas rasa bening jiwa, tergantung kadar kema'rifatan atas Sifat Maha Sendirinya Allah. 

7. Kualitas wushul, tergantung kadar kema'rifatannya kepada Rabb Ta'ala.

Begitu pula kalangan "Ahli Langit" dalam beribadah, dalam dataran derajat maqom yang berbeda. Ada sebagian maqomnya adalah Rasa Malu, Rasa Hormat, ada pula maqomnya adalah taqarrub dan kemesraan, ada pula yang maqomnya memandang Anugerah. Bahkan ada yang Muroqobah, Haibah, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

Ù‡ وما منا إلا له مقام معلوم »

"Dan tak ada dari Kami melainkan baginya adalah Maqom tertentu.." (Qs. Ash-Shoffaat 164).

Kalangan ahli ma'rifat pada umumnya (awam), mengenal Allah mengikuti jejak Rasulullah Saw. dan membenarkan dalam hati mereka, mengamalkan dengan badan mereka, namun kadang mereka berbuat dosa dan maksiat, lalu hidup di dunia penuh dengan kebodohan dan sembrono, dan kala itu mereka dalam bahaya besar, kecuali jika Allah merahmati mereka.

Ada kalangan manusia di atas mereka, yang mengenal Allah melalui dalil bukti, yaitu kalangan ilmuwan, pemikir dan filsuf, yang meyakiniNya dengan Tauhid melalui argumen dan efek Sifat RububiyahNya, di mana mereka mengambil dalil dengan sesuatu yang nyata atas yang tersembunyi, dan mereka meyakini keabsahan dalil pembuktian itu.

Mereka berada dalam jalan yang baik, namun mereka ini sering terhijab dari Allah Ta'ala karena lebih terdindingi oleh dalil pembuktian mereka sendiri.

Sedangkan kalangan khusus dari ahli ma'rifat adalah dari mereka yang memiliki rasa yaqin, mengenal Allah melalui Allah Swt. Mereka bersiteguh dengan ma'rifatnya, sama sekali tidak disertai argumen dalil atau dilatari oleh sebab akibat. Dalil mereka hanya Rasulullah Saw. Imam mereka hanyalah Al Qur'an. Cahaya mereka senantiasa melimpah di arena mereka.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (176) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)