basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

3 Teori Masuknya Islam ke Indonesia https://www.google.com/amp/s/news.detik.com/berita/d-5103389/3-teori-masuknya-islam-ke-indon...

3 Teori Masuknya Islam ke Indonesia

https://www.google.com/amp/s/news.detik.com/berita/d-5103389/3-teori-masuknya-islam-ke-indonesia-lengkap/amp

Jakarta - Salah satu agama yang diakui di Indonesia adalah Islam. Agama ini diketahui berkembang sejak abad ke-13 hingga sekarang di Tanah Air. Lantas, bagaimana teori masuknya Islam ke Indonesia?
Saat ini, ada 6 agama yang diakui di Indonesia, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia.

Berikut sejarah masuknya Islam di Indonesia lengkap dikutip dari buku 'Sejarah Indonesia Masuknya Islam hingga Kolonialisme' karya Ahmad Fakhri Hutauruk:

1. Teori Gujarat
Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim.

Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya ke Indonesia.

Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku 'L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.

Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M.

Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India.

2. Teori Mekah
Pendapat lainnya adalah teori Mekah. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar.

Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia membawa agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan masuknya Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad pertama hijriyah.

Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol.

Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga ke Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam semakin menyebar di Nusantara.

3. Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia.

Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura.

Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai bulan-bulan Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai.

Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.

Kesamaan terakhir adalah nisan pada makam Malik Saleh dan Malik Ibrahim dipesan dari Gujarat dan terdapat pengakuan umat Islam terhadap madzhab Syafi'i di daerah Malabar.

Walaupun begitu, hingga saat ini belum ada fakta mana teori masuknya Islam ke Indonesia yang paling kuat atau yang paling benar.


(pay/erd)

Proses Islamisasi di Indonesia Melalui 5 Saluran https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/proses-islamisa...

Proses Islamisasi di Indonesia Melalui 5 Saluran


https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/proses-islamisasi-di-indonesia-melalui-5-saluran-1ul5bzFkxME


Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia terjadi secara bertahap dan berlangsung selama berabad-abad. Ini disebabkan karena mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat sulit dilakukan. Apalagi sebelum Islam berkembang, pengaruh Hindu, Budha, dan kepercayaan lokal telah mengakar dengan kuat.

Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan cara yang damai. Islam berangsur-angsur diterima karena memanfaatkan dakwah yang bersifat adaptif terhadap karakteristik masyarakat lokal.

Agar lebih memahaminya, berikut adalah proses Islamisasi Indonesia secara umum:

Islam Disebarkan Melalui Perdagangan

Mengutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara karya Tjandrasasmita, pembawa agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang. Jadi mereka sebenarnya menjadikan faktor ekonomi sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke Indonesia.

Momen ini diperkirakan terjadi sebelum abad ke-13 M. Sekitar abad 7-16 M, kepulauan Nusantara merupakan kawasan perdagangan Internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Arab, Persia dan Gujarat.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Hasan Mu’arif Ambary yang membagi fase Islamisasi Indonesia menjadi tiga, yaitu fase kehadiran para pedagang Muslim, fase terbentuknya kerajaan Islam, dan fase pelembagaan Islam.

Islamisasi Melalui Perkawinan

Saluran Islamisasi melalui perkawinan terjadi antara pedagang atau saudagar Islam dengan wanita pribumi. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang Muslim. Alhasil, komunitas Islam makin luas.

Mengutip dari jurnal Kajian Proses Islamisasi di Indonesia tulisan Latifa Dalimunthe, jalur perkawinan lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja karena mereka kemudian turut mempercepat proses Islamisasi.

Contohnya adalah perkawinan Raja Brawijaya dengan puteri Campa yang melahirkan Raden Patah (Raja pertama Demak).

Saluran Pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Ini tidak dapat dilepaskan dari peran para pengembara sufi dan tokoh agama. Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi di lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan akhirnya masuk di rumah para bangsawan.

Di Pulau Jawa, penyebaran Islam melalui pendidikan dilakukan oleh Wali Songo. Mereka mendirikan pesantren untuk mendidik santri tentang agama Islam. Diharapkan, setelah selesai menuntut ilmu para santri dapat pulang ke kampung halaman untuk berdakwah menyebarkan Islam.

Islamisasi Melalui Tasawuf
Tasawuf merupakan ajaran ketuhanan yang berfokus pada pembersihan diri. Para ahli tasawuf juga memiliki ilmu menyembuhkan penyakit dan pengetahuan soal magis.

Menurut Tjandrasasmita, ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakat, dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat.

Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan ke penduduk pribumi mempunyai kesamaan dengan kepercayaan mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu. Dengan demikian agama baru ini mudah dimengerti dan diterima.

Islamisasi Melalui Kesenian

Kesenian juga menjadi media dakwah Islam. Para penyebar agama Islam tidak mengubah kebudayaan yang telah ada, namun memanfaatkan kebudayaan tersebut sebagai sarana untuk menyebarkan agama.

Sunan Bonang merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga seorang dalang. Beliau menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam dalam cerita.

Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai media dakwah. Beliau juga merupakan tokoh pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, layang kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.

Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil membuat sebagian adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.

(ERA)

Fase-Fase Islamisasi Nusantara "Fase islamisasi diawali adanya kontak pedagang dari Arab dengan komunitas Nusantara." ...

Fase-Fase Islamisasi Nusantara

"Fase islamisasi diawali adanya kontak pedagang dari Arab dengan komunitas Nusantara."

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q57edr366

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data arkelogi dan sejarah, penyebaran dan sosialisasi Islam di Nusantara dapat dijelaskan dalam beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan. Secara kronologi, berikut penjelasan mengenai fase-fasenya.

Dalam buku Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia karya Hasan Muarif Ambary dijelaskan, fase pertama yakni adanya kontak komunitas Nusantara dengan para pedagang dan musafir dari Arab, Persia, Turki, Suriah, India, Pegu, Cina, dan bangsa-bangsa lainnya. Fase ini berlangsung pada awal abad Masehi hingga abad ke-3 sampai ke-9 Masehi.

Fase kedua, akibat adanya perdagangan ini, para pedagang asing yang memeluk agama Islam mengadakan kontak dan bergaul dengan masyarakat lokal Nusantara. Fase ini berlangsung antara abad 9 hingga 11 Masehi.

Fase ketiga, ialah tumbuhnya permukiman Muslim di Nusantara baik yang berada di wilayah pesisir maupun yang berada di pedalaman. Fase ini berlangsung antara abad 11 hingga 13 Masehi. Adapun bukti-bukti tersebut ditemukan di pesisir Sumatra, Jawa Timur, Ternate, dan Tidore.

Sedangkan fase keempat, adalah fase tumbuhnya pusat-pusat kekuatan politik dan kesultanan Islam di Nusantara. Fase ini terjadi pada abad 13 hingga 16 Masehi. Kerajaan bercorak Islam yang tumbuh dan berkembang di sekitar fase ini mulai mengadakan hubungan dengan tradisi besar Eropa.

Hal ini dimotivasi adanya kepentingan perdagangan, tepatnya pencarian sumber-sumber penghasil rempah. Sebagai catatan, Islam dapat berkembang pesat di pesisir Jawa pada abad 15 dan 16 Masehi berkat peranan para Wali Songo.

Mengenal Allah, Mengenal Diri Diriwayatkan, Nabi Dawud as. diberi wahyu Allah Ta'ala, "Hai Dawud! Kenalilah Aku, dan ke...

Mengenal Allah, Mengenal Diri

Diriwayatkan, Nabi Dawud as. diberi wahyu Allah Ta'ala, "Hai Dawud! Kenalilah Aku, dan kenalilah dirimu!" Lalu Dawud as. bertafakur, hingga berkata, "Oh Tuhanku, aku telah mengenal-Mu, melalui Maha Tunggal-Mu, Maha Kuasa, Maha Baqa-Mu, dan aku mengenal diriku dengan segala kelemahan dan fana-ku."

Allah Ta'ala berfirman: "Sekarang engkau telah ma'rifat kepadaku." Dalam hadits disebutkan, "Bila kalian mengenal Allah dengan ma'rifat yang benar, niscaya engkau akan diberi pengetahuan yang membuat dirimu tidak pernah bodoh selamanya, dan bukit-bukit pun senantiasa mengamini doa-doamu."

Imam Ja'far ash-Shodiq ra. berkata, "Seseorang tidak meraih ma'rifat yang hakiki sepanjang ia masih memandang selain Dia."

"Ma'rifat itu adalah terbangnya qalbu ke kemah-kemah kemesraan dan cinta. Hentakan perjalanan menembus hijab Keagungan dan Qudrat-Nya."

Inilah perilaku orang yang kedua telinganya tuli dari segala kebatilan, dan kedua matanya buta dari memandang segala syahwat kesenangan, dan lisannya bisu dari berucap segala yang kotor.

Abu Yazid al-Bisthami ditanya, "Apakah anda melihat makhluk?"
"Bersama Allah Ta'ala aku melihat mereka." Jawabnya.

Muhamamd bin Wasi' ra. ditanya, "Apakah kamu sudah kenal Tuhanmu?" la diam sejenak, lalu berkata, "Siapa yang mengenal Allah Ta'ala sedikit bicaranya, panjang berfikirnya, fana dari rupa amaliyahnya, la berdzikir dalam kesinambungan pada-Nya, dalam segala kondisi senantiasa mendekat pada-Nya, dan putus dari segala kondisi ruhani untuk menuju Sang Pemilik Anugerah Ruhani. Karena siapa yang mengenal Allah Swt. lisannya kelu, akalnya cerdas. 

Sebagian Sufi menegaskan, ma'rifat ada dua bagian: Pertama: Mengenal bahwa semua nikmat itu dari Allah Swt. sebagaimana firmanNya: "Apa pun nikmat yang datang padamu, semuanya dari Allah." Hingga sang 'arif hanya teguh bersyukur, lalu nikmat itu semakin tambah dari Allah Swt. "Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambah nikmat padamu," " dalam firmanNya.

Kedua: Memandang Sang Pemberi Nikmat tanpa melihat nikmatNya, hingga rindunya bertambah kepada Sang Pemberi Nikmat, hingga ia teguh dengan rindu dan cintanya, itulah firman Allah Ta'ala:
"Wahai Nabi cukuplah bagimu, Allah..."
"Bila mereka berpaling, maka katakanlah: Cukuplah bagiku, Allah."

Sumber : 
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Hanya Allah Dalam hadits Nabi Saw. disebutkan,  "Allah Ta'ala menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, lalu Allah meman...

Hanya Allah


Dalam hadits Nabi Saw. disebutkan, 
"Allah Ta'ala menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, lalu Allah memantulkan dari Cahaya-Nya. Siapa yang mendapatkan dari Cahaya itu saat ini, ia mendapatkan hidayah, dan siapa yang salah terhadap cahaya-Nya maka ia akan sesat."

Itulah cahaya yang keluar dari keagungan anugerah yang memantul di hati, lalu menerangi nurani, hingga menembus hijab Jabarit, dan di alam Jabarut tak ada lagi hijab dengan Allah Ta'ala, begitu juga di alam Malakut, sampai sang hamba dalam kinerja dan ucapannya, gerak dan hasratnya, hidup dan matinya, telah menuju pada cahaya itu. "Allah-lah yang memberi cahaya langit dan bumi... Dengan cahaya-Nya itu memberi hidayah kepada yang dikehendakiNya."

Yahya bin Muad berkata, "Ma'rifat itu:
• Kedekatan qalbu pada Yang Maha Dekat.
• Untaian Ruh pada Sang Kekasih
• Menyendiri dari segalanya bersama Sang Diraja Yang Mengijabah.

Dzun Nuun berkata, Ma'rifat itu:
• Pensunyian rahasia batin dan segala hasrat
• Meninggalkan adab kebisaaan,
• Penentraman qalbu kepada Allah Ta'ala tanpa bergantung selain-Nya.

Tak seorang pun bisa mengungkapkan tentang ma'rifat Billah Ta'ala. Karena ma'rifat itu datang dari-Nya, begitu jelas, dan kepada-Nya kembali.

Orang-orang 'arif jiwanya fana di bawah keabadian-Nya dan Kuasa-Nya dari segala daya dan upaya. Anda melihat mereka itu senantiasa abadi dalam Daya-Nya dan Kekuatan-Nya, dan mereka terhanguskan dari eksistensi dan ikhtiar mereka di bawah kebesaran Uluhiyah-Nya. Mereka hanya mengikuti Sang Diraja bukan kekuasan mereka. Rasa butuhnya mereka hanya pada-Nya, rasa cukup mereka hanya pada-Nya, kemuliaan mereka hanya bersama-Nya, rasa hina mereka hanya bagi-Nya.

Sumber : 
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Hanya Menyaksikan Allah  Rasulullah Saw. Bersabda, "Orang yang bisa merasakan nikmatnya iman, adalah orang yang ridho kepad...

Hanya Menyaksikan Allah 

Rasulullah Saw. Bersabda, "Orang yang bisa merasakan nikmatnya iman, adalah orang yang ridho kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad Saw sebagai Nabi."

Iman itulah yang membangkitkan ridho tersebut. Sedangkan ma'rifat merupakan Nur yang ditempatkan Allah Swt. ke dalam hati orang yang dicintai-Nya dari para hamba-Nya, dan tidak ada yang lebih agung dibanding Nur tersebut. Sedangkan hakikat ma'rifat adalah hidupnya hati bersama Sang Penghidup: "Bukankah ia mati lalu Kami menghidupkannya? Agar ia memberi peringatan kepada orang yang (hatinya) hidup."

"Maka akan Kami hidupkan ia dengan kehidupan yang bagus," "Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila berseru bagi kehidupan bagimu." Siapa yang mati nafsunya, maka dunianya menjauh. Dan siapa yang mati hatinya, Tuhannya menjadi jauh darinya.

Ibnu Sammak ditanya, "Kapan seorang hamba dikenal bahwa ia telah sampai pada hakikat ma'rifat?" "Manakala ia menyaksikan Allah Swt. dengan mata kontemplasinya, dan fana dari segala hal selain Allah Swt." Jawabnya.

Disebutkan, "Ma'rifat adalah hilangnya memandang selain Dia, dan selain Allah Ta'ala lebih kecil dibanding biji Sawi." Allah Swt. berfirman, "Katakan Allah. Lalu tinggalkan mereka." (QS. Al-An'am: 91)

Siapa yang memandang Allah Ta'ala, pasti ia tidak memandang dunia, juga tidak memandang akhirat. Sedangkan matahari qalbu sang arif itu lebih bercahaya ketimbang matahari dunia, dan lebih cemerlang dibanding tempat terbitnya cahaya matahari itu.

Dzun Nuun ra. mengatakan, "Allah Swt. menampakkan dalam rahasia batin melalui berbagai anugerah, bagai terbitnya matahari di muka bumi dengan cerahnya siang. Hendaknya kalian membersihkan qalbu, karena qalbu itu obyek penglihatan-Nya, dan tempat hunian rahasia-Nya. Maka siapa yang ma'rifat kepada Allah SWT tak akan pernah memilih kekasih selain Dia Allah SWT."

Sumber : 
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Memahami Peristiwa Dari Sudut Muhasabah Iman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Muhasabah iman dalam sel...

Memahami Peristiwa Dari Sudut Muhasabah Iman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Muhasabah iman dalam seluruh kejadian dan peristiwa. Itulah cara meningkatkan kualitas diri dan hidup. Itulah cara reformasi perjalanan hidup.

Saat Madinah terkepung oleh kemarau, tanah berdebu dan hitam karena panas. Umar bin Khatab berkata, "Maksiat apa yang sudah dilakukan?"

Saat Hajjaj Ats Tsaqafi membunuh banyak ulama. Hasan Al Bashri lebih banyak memanjatkan Istighfar.

Saat Ibnu Sirin terlilit hutang dan dipenjara karena kasus perdata, dia menelisik dosa yang pernah dilakukannya.

Saat hujan tak pernah turun, bukankah yang harus dilakukan adalah shalat Istisqa dan membuang kebakhilan?

Saat kehancuran melanda bumi, bukankah yang dilakukan introspeksi, kerusakan apa yang telah dilakukan oleh tangan dan ulah manusia?

Saat kekayaan berlimpah. Saat kekuasaan dalam Genggaman. Abdurahman bin Auf justru introspeksi bila Allah melunasi kenikmatan ini hanya di dunia saja.

Saat Nabi Sulaiman menjadi penguasa terkaya dan termegah. Seluruh makhluk mentaatinya, yang terucap, "Keutamaan ini dari sisi Allah." Bukan saya lebih baik.

Semua kejadian dan peristiwa selalu berorientasi kepada muhasabah keimanan. Iman dipupuk bukan saja dari ibadah tetapi juga dari keseharian.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)