basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Perginya Penggandrung Buku? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Buku tetap saja ditinggalkan, walaupun bu...

Perginya Penggandrung Buku?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Buku tetap saja ditinggalkan, walaupun budaya membaca lebih menjamur dari era sebelumnya.  Apa yang dibaca? Itu persoalannya. Dengan perkembangan teknologi informasi yang memudahkan akses ilmu pengetahuan, tak menolong untuk mencintai dan menelaan buku.

Budaya yang pertama kali diwahyukan Allah adalah budaya membaca. Bukan ilmu, bukan pengetahuan, bukan rumus sakti. Dari membacalah budaya ilmu pengetahuan terbangun, budaya teknologi terbentuk. Kitalah yang menemukan ilmu. Kitalah yang menciptakan pengetahuan. Kitalah yang memproduksi teknologi. Persoalannya, kita sering kali menjadi penikmat ilmu, penikmat pengetahuan, penikmat teknologi, akhirnya jati diri menjadi pengekor.

Tersiksa bila menjadi pengekor, tidak bisa melampaui apa yang sudah ada. Ruang geraknya terbatas dengan batasan realitas yang ada. Hidupnya terpenjara dengan segala yang sudah ada. Pengekor itu menjadi penyerbu segala hal yang baru. Mengekor itu hidupnya selalu didikte dan dikendalikan sehingga tak bisa menjadi dirinya sendiri.

15 tahun yang lalu berkereta. Sekarang berkereta juga. Penumpangnya sudah berubah. Yang naik kereta sekarang, level pendidikannya sudah lebih baik dari 15 tahun yang lalu. Namun mengapa tidak terlihat budaya membaca yang kuat? Yang dikonsumsi game, medsos, terlelap dengan keheningan.

Mengapa pendidikan formal tidak bisa merubah budaya? Mengapa pendidikan hingga strata tinggi tak bisa membentuk karakter pembelajar? Pembaca buku?  Pendidikan hanya untuk mendapatkan pekerjaan dan uang, itulah persoalannya.

Membaca di pendidikan formal hanya untuk mendapatkan nilai raport, IPK yang tinggi agar mudah mendapatkan pekerjaan. Inilah yang menyebabkan stagnasi budaya ilmu, pengetahuan dan teknologi di negri ini. Yang mengecap pendidikan semakin merata, apakah produksi buku ikut meningkat? Apakah yang mengunjungi perpustakaan terus bertambah?

Kurikulum terus berubah. Mata pelajaran ditambah dan dikurangi. Methodelogi pengajaran terus dievaluasi dan disempurnakan. Namun mengapa tak mengubah wajah Nusantara?

Banyak buku yang dibaca untuk satu pelajaran sekolah, namun mengapa tak bisa membawa kebiasaan membaca tersebut ke luar bangku sekolah?

Berdebat Atas Nama Kebenaran? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bersilaturahmi ke rumah seorang ustadz,...

Berdebat Atas Nama Kebenaran?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Bersilaturahmi ke rumah seorang ustadz, langsung diberondong banyak pertanyaan. Pertanyaan yang jawabannya tak perlu berfikir. Pertanyaan yang jawabannya tak harus seorang jenius. Jawabannya pun sangat mudah.

Sudah tahu keutamaan membaca Al-Qur'an? Sudah tahu ilmunya? Mengapa tidak membaca Al-Qur'an?

Sudah tahu keutamaan shalat Tahajud? Mengapa tidak shalat Tahajud?

Sudah tahu keutamaan shalat Duha? Mengapa belum shalat duha? Sudah tahu keutamaan berbisnis, mengapa belum berbisnis?

Sudah tahu keutamaan berdzikir, mengapa belum berdzikir? Agama itu bukan untuk diperdebatkan, dikaji, dipelajari, tetapi untuk diamalkan?

Bila ilmu agama hanya untuk diperdebatkan dengan dalil, maka tidak akan pernah selesai pembahasannya hingga berabad-abad sekali pun. Namun mengapa kita terus asyik perdebatan yang mengatasnamakan kebenaran, keshahihan?

Pertanyaan ini terus beruntun ditujukan kepada ku. Aku hanya diam, karena ilmu terlalu banyak dari amal.

Judul buku : Ahlaqul Karimah Penulis : Buya Hamka Penerbit : Gema Insani *Mengumpat* Mengumpat, bergunjing, atau membicarakan ke...

Judul buku : Ahlaqul Karimah
Penulis : Buya Hamka
Penerbit : Gema Insani

*Mengumpat*

Mengumpat, bergunjing, atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya menjadi kebiasaan di dalam masyarakat. Perbuatan seperti ini menjadi pintu kemunafikan, menghilangkan rasa percaya orang lain di dekat kita. Tandanya, dia berani pula membuka aib kita di hadapan orang lain.

Allah SWT mengibaratkan tukang cela orang lain itu seperti orang yang memakan daging saudaranya sendiri. Nabi saw. sendiri ketika ditanya, "Siapakah yang patut disebut seorang Muslim?" Beliau saw. menjawab, "Orang Muslim itu yang terpelihara dari kejahatan lidah dan tangannya."

Orang yang biasa mengumpat orang lain, kerjanya hanya mencari cela orang saja, tidak ada orang di sisi nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an,

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela." (al-Humazah: 1)

Humazah ialah orang yang suka mencela orang lain dan menghinakannya. Lumazah ialah orang yang pemakan daging manusia, justru lebih jahat lagi dari pemakan daging.

Menurut riwayat kebanyakan ahli salaf memandang bahwa ibadah shalat dan puasa itu masih  disebut ibadah yang biasa, sedangkan yang lebih utama ialah menahan lidah dari membicarakan aib dan cela manusia.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Sebelum membuka aib orang lain, lebih dahulu selidikilah aib diri sendiri." Imam al-Ghazali menjelaskan pengumpat atau penggunjing, kata beliau, "Engkau sebut-sebut keadaan saudara engkau yang kalau ia dengar, hatinya sakit. Baik kekurangan pada badan, turunan, perangai, perbuatan, pekataan, agama, maupun harta sampai kepada kekurangan potongan bajunya, keburukan rumah, dan keburukan kendaraannya.

Tentang badannya, engkau sebut dia pendek, gigi tonggos, muka bopeng, telinga luas, terlalu tinggi, punggung bungkuk, kulit hitam dan lain-lain yang menunjukkan kekurangan.

Tentang turunan, engkau katakan ibunya fasik, ayahnya durjana, neneknya perampok, sukunya pemecah, kaumnya penipu, dan lain-lain. Tentang perangai, engkau sebut dia takabur, pemuji, peminta, pengecut, dan lain-lain. Tentang perangai, dikatakan dia pencuri, pendusta, peminum, bakhil, tidak hormat pada orang tuanya, dan lain-lain. Untuk mencukupkan arti pengumpat, cukuplah kita salinkan saja kata-kata Nabi saw., "Yang dinamakan pengumpat ialah membicarakan saudara engkau atas barang yang dibencinya."

Kalau seorang manusia sakit hati lantaran dibicarakan tentu akan sakit pula hatinya dibicarakan dengan isyarat mata, cibir bibir, gerak, atau goyang tangan. Pendeknya tiap-tiap perbuatan yang dapat membuat sakit hati orang yang dituju. Siapa yang mengisyaratkan dengan matanya menunjukkan bahwa orang yang lewat di hadapannya adalah pendek atau tinggi, kurus atau terlalu gemuk, pendek leher atau lapang baju, terlalu gagah atau salah memakai pakaian, atau ditiru-tiru cara berjalannya guna mengejek, semua termasuk menggunjing juga.

Kelihatan seorang kawan memakai pakaian yang berbeda dari yang dipakai orang banyak, kemudian kita sindir kepada kawan yang lain, "Sejak pulang dari merantau, sudah banyak berubah saya lihat." Ini pun ter masuk gunjing yang diharamkan.

Atau kita berdoa, "Ya Allah, mudah-mudahan janganlah saya bernasib seperti orang itu (lantaran ba dannya terlalu pendek) misalnya, itu pun bernama gunjing.

Ada lagi yang lebih halus, mula-mula dipuji seorang yang hendak digunjing itu, disebut-sebut bahwa dia mendapat nikmat dari Allah SWT, tetapi sayang dia tidak sunyi kesalahan-maklumlah manusia-begitu banyak salah dan silap. Itulah kekurangannya sehingga nikmat yang dipujikan itu hilang belaka oleh 'tetapi' dan 'cuma'. Mula-mula yang mendengar menyangka bahwa ini betul-betul pujian rupanya racun diberi bergula dan diberi pula perhiasan dengan "karena Allah".

Cara lain ialah berkata, "Aduh kasihan si Anu, begitu hebat cobaan yang datang kedirinya. Utang sudah terlalu banyak, istri minta cerai, anaknya telah dicabut dari sekolah. Menjadi iktibar bagi kita, bahayanya orang yang terlalu boros, macam-macam saja cobaan yang Allah SWT berikan kepadanya."

Kalimat di atas menyatakan rasa simpati karena menyebut nama Allah SWT, tetapi di balik itu adalah membuka aib orang lain. Kadang-kadang si pendengar tercengang atas perkataan yang didengarnya, misalnya "Saya sangka si Anu tidak akan begitu karena kelihatan oleh saya selama ini bahwa dia itu rajin shalat, orang yang saleh, pandai bergaul, tidak terlalu royal, tetapi rupanya tidak seperti itu hakikatnya, memang macam-macam saja cobaan Allah SWT kepada manusia."

Nama Allah SWT tidak lupa disebutkan di dalam kejahatan itu, tak ubahnya dengan maling yang berdiri di tengah jalan, melihat melenggong perempuan-perempuan cantik tiap-tiap ada yang lewat, selalu membaca "Astaghfirullah."

(Muhammad Syair)

Nikmat Hilang Sebab Memuaskan Hawa Nafsu? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Pemuas hawa nafsu, ingin me...

Nikmat Hilang Sebab Memuaskan Hawa Nafsu?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Pemuas hawa nafsu, ingin merubah dunia menjadi surga. Sehebat apapun kekuatan dan sumber daya yang dimilikinya, tak akan pernah bisa diraih. Memuaskan seluruh nafsunya, tetap saja kenikmatannya seperti air di jari dibandingkan air di samudera. Mengapa kita harus memuaskan nafsu di sini?

Berpuasa memuaskan nafsu, hanya seumur kita. Hanya 60, 70, 80, 90 tahun saja kawan! Sangat singkat untuk menahan hawa nafsu. Bagi yang berorientasi dunia, berpuasa 90 tahun itu lama. Bagi yang berorientasi akhirat, berpuasa memuaskan hawa nafsu sangatlah singkat. Lama dan singkat hanya soal persepsi waktu saja.

Kepuasan hawa nafsu ada ambang batasnya. Bila melewati batasnya yang ada hanya merusak diri sendiri.  Mereka yang ingin memuaskan seksnya dengan bantuan obat, apa efeknya? Mereka yang ingin memuaskan makan dan minum, apa efeknya? Mereka yang ingin memuaskan kekuasaan, apa efeknya? Seorang pakar ekonomi membuat teori bahwa kenikmatan itu semakin menurun bila terus dipuaskan.

Memuaskan justru menghilangkan nikmatnya. Berkelebihan menikmati justru menghilangkan nikmat tersebut. Berpuasa, saling berbagi dan memberi adalah cara menikmati nikmat yang ada di kehidupan ini. Menahan diri dari nikmat, berbagi kelebihan nikmat, itulah cara menikmati kenikmatan.

Mengapa bila berkelebihan harta harus berbagi? Mengapa bila melebihi nisab harta harus berzakat? Mengapa yang mampu harus berhaji? Mengapa maksimum berpoligami hanya 4 istri? Mengapa Allah menurunkan azab  kepada yang terus menerus berzina dan berganti-ganti pasangan di luar pernikahan? Karena manusia memiliki batas atas dalam merasakan kenikmatan. Bila melebihi batas atas berarti menganiaya dan merusak diri sendiri.

Kekurangan menikmati akan merusak. Berkelebihan menikmati akan merusak. Jadi mengapa harus memuaskan hawa nafsu di kehidupan ini? Ambillah nafsu hanya agar kehidupan tetap berjalan. Ambillah nafsu hanya untuk menguatkan ketundukan pada Allah. Lebih dari itu, berarti berlebihan dalam memanfaatkan dan menikmati kecendrungan hawa nafsu.

Mari menyaksikan yang berkelebihan dalam menikmati dunia? Mari menyaksikan kehidupan yang berkelebihan dalam memuaskan seks, makan-minum dan kekuasaan? Bagaimana akhirnya? Bagaimana kehidupannya? Begitulah cara membongkar sebuah rahasia kehidupan.

Menikah atau Tidak Menikah? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Menikah dan tidak menikah. Bisa jadi sama...

Menikah atau Tidak Menikah?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Menikah dan tidak menikah. Bisa jadi sama saja. Tidak menikah bisa jadi mudharat. Menikah pun bisa jadi mudharat. Menikah bisa jadi maslahat. Tidak menikah bisa jadi maslahat.

Syekh Abdul Qadir Jailani pernah berencana untuk tidak menikah. Takdirnya, dia menikah hingga lahirlah  40 putra-putrinya. Jadi semua bisa berubah sesuai timbangan maslahat-mudharat.

Banyak juga ulama yang tidak menikah. Imam Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, Imam Al Ghazali, Imam Thabari, potret yang tidak menikah. Mereka fokus pada kemaslahatan yang lebih besar yaitu menegakkan agama, mengabdikan pada Ilmu.

Sufi wanita Rabiah Al Adawiyah, tidak menikah karena pernikahan dianggap menghalangi cinta dan rindunya kepada Allah. Banyak ulama besar yang bermaksud menikahinya seperti imam Hasan Al Bashri, namun ditolaknya.

Namun tidak menikahnya bukan karena tidak mempercayai lembaga pernikahan? Tidak menikah bukan karena kecewa dengan pasangan hidup sebelumnya. Bukan karena kegagalan sebelumnya. Tetapi lebih banyak pada timbangan akhirat. Pernikahan mensupport atau menghalangi?

Secara umum, menikah itu lebih baik daripada menyendiri. Kecendrungan manusia, menikah lebih utama dari menyendiri. Namun pada kondisi khusus, tidak menikah lebih baik. Setiap manusia memang memiliki kekhasannya.

Ketika tidak menikah sebuah pilihan, maka lihatlah alasan yang mendasar. Bukan menggugat pernikahan, bukan kekecewaan dan kegagalan masa lalu, namun lebih banyak pada fokus hidup dan timbangan maslahat-mudharat.

Dosa dan Kesalahan, Tanda Kesempurnaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Akhlak sesama muslim salah sat...

Dosa dan Kesalahan, Tanda Kesempurnaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Akhlak sesama muslim salah satunya adalah berlapang dada.  Berlapang dada dengan kesalahan, kekhilafan, kelemahan dan beragam kekurangan lainnya. Setiap muslim adalah cermin bagi muslim yang lainnya. Bila diri melihat orang lain dengan pandangan tertentu, maka orang lain pun melihat diri kita dengan pandangan tertentu pula.

Setiap orang punya "boroknya" sendiri-sendiri. Setiap orang memiliki kelemahannya sendiri-sendiri. Setiap orang memiliki masa kelamnya sendiri-sendiri. Bukankah tak ada pemain bola yang bisa bermain di semua lini? Bukankah tak ada profesor yang ahli di semua bidang?

Yang dituntut manusia adalah terus memperbaiki diri, belajar hingga akhir hayat, iqra-bertafakur-bertadabur, istighfar dan taubat, dan  membersihkan jiwa. Yang dituntut adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin. Yang dituntut adalah bersegera kepada ampunan Allah. Manusia tak pernah dituntut untuk bersih dari dosa, kesalahan dan kemaksiatan.

Bukankah doa para Nabi pun adalah pengakuan kezaliman diri? Bukankah doa para Nabi pun memohon ampunan? Bukankah para Nabi pun dalam seluruh tindakannya dalam arahan Allah?

Kebaikan manusia berasal dari jatuh pada kesalahan lalu membuat lompatan. Kebaikan manusia berasal dari belajar terhadap kesalahan. Kebaikan manusia berasal dari keinsafan terhadap kemaksiatan dan dosa. Penemuan manusia berasal dari kesalahan. Kesalahan membuat perubahan peradaban manusia.

Bila ingin membicarakan kesalahan, aib, cacat, dosa, maksiat, kebodohan, kekhilafan dan keteledoran, maka semuanya ada pada diri anak adam. Perbedaan manusia dengan manusia lainnya adalah pembelajaran, lompatan, revolusi hidup dan mindset dari kesalahan.

Kesalahan dan dosa adalah bagian kesempurnaan manusia. Yang membuat malaikat diperintahkan bersujud kepada manusia adalah dengan kesalahannya mampu melampaui dan mengejar kemuliaan malaikat. Itulah fungsi peran khalifah pada diri manusia.

Curhat Cinta Sosok 2 Umar dan Ali bin Abi Thalib Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)  Manusia dengan manu...

Curhat Cinta Sosok 2 Umar dan Ali bin Abi Thalib

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 


Manusia dengan manusia yang lainnya adalah ujian. Beragam karakter manusia adalah ujian. Beragam pemikiran manusia adalah ujian. Beragam ideologi adalah ujian. Beragam perasaan adalah ujian. Beragam besitan hati dan akal adalah ujian. Beragam yang berkecamuk dalam jiwa adalah ujian. Adakah yang bukan ujian dalam kehidupan ini?

Rasa cinta itu ujian. Rasa rindu itu ujian. Cemburu dan benci itu ujian. Cinta dan rindu, apakah menjadi pengkultusan dan pemujaan? Cemburu dan benci, apakah menjadi penghinaan dan menyakiti?

Cinta dan rindu ada batasannya. Jangan melakukan apa saja atas nama cinta dan rindu. Jangan melampaui batas dengan mengatasnamakan cinta dan rindu. Jangan menuruti hawa nafsu atas nama cinta dan rindu. Cinta dan rindu hanya perasaan, terbawa arus atau dikelola?

Mengelola cinta dan rindu, bukan dengan bertemu dan berpacaran. Bukan kemana-mana berduaan tanpa aturan. Mengelolanya dengan pernikahan. Kadang kita tak bisa melawan cinta dan rindu, hanya mengarahkan pada arah yang benar yaitu pernikahan.

Umar bin Abdul Aziz pernah pada suatu hari mengungkapkan perasaan cinta yang terpendam. Pemimpin yang adil yang mampu memakmurkan negrinya hanya dalam dua tahun ternyata tak kuasa mengungkapkan rasa cintanya pada seorang wanita. Bagaimana sang khalifah mengelola dan mengarahkan rasa cintanya? Cinta memang ujian. Dengan ujian cinta kita akan tahu karakter seseorang. Terhomat atau rendahan?

Umar bin Khatab ra, di tangannya segala fitnah pada umat Islam padam. Syetan pun terbirit lari bila meninggalkannya. Namun apakah tak memiliki cinta? Suatu hari Umar Bin Khatab curhat perasaan cinta pada wanita ke sahabat dekatnya Ali bin Abi Thalib ra. Bagaimana Umar bin Khatab mengelola cintanya? Cinta itu fitrah tapi jangan dibelokan ke hawa nafsu. Inilah seni mengelola cinta.

Cinta dan rindu memiliki adab. Cemburu dan benci itu memiliki adab. Adab yang bisa membingkai semua yang berkecamuk di dalam jiwa dalam penempatan yang tepat. Adab itu pancaran dari iman dan ilmu. Adab itu gambaran kematangan jiwa. Adab itu sebuah  kebijaksanaan.

Cinta dan rindu kadang datang mewarnai hidup. Bisa jadi anugerah juga petaka. Anugerah bila paham bagaimana mengelola dan mengarahkannya pada kebenaran. Petaka bila hanya menuruti kemauan hawa nafsu saja.

Dari cinta dan rindu. Dari benci dan cemburu. Kita akan tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Melampaui bataskah? Terkendalikah?

Ali bin Abi Thalib pernah curhat perasaan cinta dan rindu pada seorang wanita kepada Rasulullah saw. Memang begitulah perjalanan hidup anak manusia, salah satunya pergelutan dengan perasaan cintanya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (355) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (26) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)