basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kesempurnaan Agama Dengan Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Saat terhimpit dan terjepit. Saat...

Kesempurnaan Agama Dengan Kekuasaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Saat terhimpit dan terjepit. Saat tertindas dan tersiksa. Saat persoalan terus mengepung karena kezaliman penguasa yang terstruktur. Apa solusinya? Hanya meminta kesabaran? Keteguhan hati? Solusi keduniaaan pun harus dipanjatkan.

Dalam keterhimpitan yang terjepit Rasulullah saw memohon kekuasaan untuk menuntaskannya. Rasulullah saw berdoa, "Ya Tuhanku, masukanku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanku pula ke tempat keluar yang benar. Serta, berikanlah kepadaku dari sisi-Mu, kekuasaan yang dapat menolongku." Inilah penuntasan persoalan yang komprehensif.

Agama yang memandu dan membimbing. Agama yang memberikan cahaya. Agama yang menentukan arah dan tujuan. Agama sumber nilai, moral, hukum, kebenaran dan kebaikan. Namun kekuasaanlah yang bisa mewujudkannya. Tak ada kesempurnaan tanpa kekuasaan.

Kekuasaan seperti apa yang menuntaskan persoalan? Kekuasaan seperti apa yang mengokohkan dan mewujudkan agama dalam keseharian? Sulthanan Nashira. Menurut Buya Hamka, kekuasaan yang langsung dari sisi Allah sendiri. Bukan anugerah manusia. Bukan hasil mengemis. Bukan juga hadiah.

Perhatikan proses Rasulullah saw mewujudkan doanya. Mendatangi seluruh kabilah yang berhaji hingga akhirnya bertemu dengan kabilah Khazraj dari Madinah. Kongkow sebentar tentang visi kenabian. Mengirimkan utusan ke Madinah. Hingga pada haji berikutnya sekitar 73 orang dari Madinah berbaiat kepada Rasulullah saw. Lalu berhijrah. Inilah proses membangun kekuatan dakwah juga kekuasaan.

Umar bin Khatab berkata, "Sesungguhnya Allah akan lebih melancarkan agama dengan kekuasaan lebih daripada apa yang dapat dilancarkan dengan Al-Qur'an." Menurut Buya Hamka, "Isi Al-Qur'an tidak akan dapat dilaksanakan kalau tidak ada kekuasaan yang menjalankannya."

Menurut Al-Qatadah, maksud dari Sulthanan Nashira, "Rasulullah saw mengetahui bahwa beliau tidak akan sanggup memikul tugas ini kecuali dengan kekuasaan. Untuk itulah Rasulullah saw memohon kekuasaan untuk kemenangan. Yaitu, menolong berjalan Kitab, peraturan dan perintah Allah. Serta berdiri tegak agama-Nya."

Pembungkaman Ulama dan Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Berapa lama periode Mekkah? Berapa l...

Pembungkaman Ulama dan Kekuasaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Berapa lama periode Mekkah? Berapa lama periode Madinah? Periode Mekkah lebih lama dari Madinah. Ini bukan berbicara soal pembentukan aqidah saja, yang pembentukannya butuh waktu yang lama dari penegakan syariah, tetapi juga tentang hukum kehidupan bila ulamanya diusir dari sebuah wilayah.

Mekkah tetap bertahan kokoh selama Rasulullah saw ada di kota tersebut. Namun saat Rasulullah saw para  Sahabatnya diusir dan memilih berhijrah, inilah awal kehancurannya. Daerah yang menjadi tempat tujuannya, Madinah justru semakin kokoh dan bersinar terang peradabannya. Inilah hukum pergulatan sejarah, kondisi sebuah tempat dengan ulamanya.

Bagaimana kisah Bani Israel saat hendak memasuki Palestina? Tak menghiraukan Nabi Musa dan Harun. Akhirnya, tersingkir dan tersesat di Sinai selama 40 tahun. Apa sebab penghancuran Yerusalem oleh Nebukanezar? Karena orang Yahudi mengusir Nabi Isa dan pengikutnya, juga berusaha membunuhnya. Akhirnya orang Yahudi pun terusir dan terlunta-lunta kembali di berbagai belahan dunia. Itulah penyebab, kehadiran Yahudi di Madinah.

Bagaimana saat Yahudi memusuhi dan berusaha membunuh Rasulullah saw dan para Sahabatnya? Terusir dari Madinah. Terkalahkan dan kembali melanglang buana tanpa arah. Padahal kehadirannya di Madinah untuk menunggu diutusnya dan datangnya Rasul terakhir.

Begitu pun yang terjadi di Mekkah. Berapa lama bertahan? Hanya 10 tahun. Buya Hamka mengomentari pengusiran Rasulullah saw oleh Kafir Quraisy, "Tidaklah mereka yang mengusirnya itu akan bertahan lama dengan kekuasaan itu." Terusirnya Rasulullah saw justru permulaan dari kekuasaan Rasulullah saw yang akan tumbuh. Cepatlah, proses mereka yang mengusirnya itu porak poranda dan kocar-kacir.

Bagaimana bila jiwa sudah terusir dari raga? Hanya kematian. Bagaimana bila kebersihan hati terusir dari jiwa? Hanya kerusakan. Seperti itulah proses kehancuran kekuasaan bila ulama disingkirkan dari panggung kehidupan. Seperti itulah bila ulama dipenjara perannya. Juga dijadikan penghuni jeruji penjara.

Bagaimana kisah Raja Faruq dan Gamal Abdul Naser di Mesir? Bagaimana kisah Mustafa Kemal di Turki? Bagaimana kisah para diktator seperti Stalin dan Mussolini? Ketika jiwa-jiwa yang menghidupkan masyarakat dihancurkan maka yang hancur kekuasaannya sendiri. Apakah terjadi pula di Indonesia?

Yang Mempengaruhi Corak Tafsir Al-Azhar Buya Hamka  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Saling tersambung...

Yang Mempengaruhi Corak Tafsir Al-Azhar Buya Hamka 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Saling tersambung dan mempengaruhi itulah estafet pewarisan antar generasi. Satu generasi menjadi satu anak tangga bagi generasi berikutnya untuk naik lebih kokoh dan tinggi lagi. Setiap generasi seperti batu bata yang menyempurnakan peradaban Islam di kehidupan ini.

Buya Hamka pun dalam menulis tafsir Al-Azhar banyak dipengaruhi Tafsir Al-Mannar Sayid Rasyid Ridha dan gurunya Syeikh Muhammad Abduh. Kepiawaiannya menggali pemikiran Muhammad Abduh yang membuat Buya Hamka mendapatkan gelar Doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar.

Kelebihan tafsir Al-Manar selain kokoh pada prinsip dasar penulisan tafsir. Yaitu, uraiannya menyesuaikan dengan perkembangan politik dan kemasyarakatan dunia Islam saat itu. Walaupun zaman sekarang sudah berubah, namun dasar penafsirannya masih tetap hangat, dapat dicontoh dan tidak basi.

Tafsir Fizilalil Al-Qur'an karya Sayid Qutb pun sangat mempengaruhinya.  Buya Hamka menyebutnya sebagai wartawan yang penuh semangat Islam. Tafsirnya sangat sesuai dengan era zaman setelah perang dunia ke-2 yaitu era zaman atom.

Tafsir Al-Azhar merupakan kolaborasi pemikiran beragam ahli, bukan hanya pemikiran Buya Hamka saja. Bila berkaitan dengan ilmu umum, Buya Hamka meminta bantuan kepada ahlinya. Seperti saat memaparkan ilmu falak, Buya Hamka pernah meminta putra dari ahli falak terkenal yaitu Sa'aduddin Jambek.

Tafsir Al-Azhar banyak menggali pemikiran ulama-ulama Islam Indonesia sendiri, yang tidak terdapat di negara Islam lainnya. Berbagai pengalaman berdakwah, kondisi politik dan kemasyarakatan Indonesia dipaparkan sangat dalam.  Bisa jadi inilah satu-satunya tafsir Al-Qur'an khas Indonesia.

Buya Hamka selalu terbayang jamaah subuhnya di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Jakarta. Dari sinilah Buya Hamka mengawali kajian tafsirnya sebelum dipenjarakan oleh Soekarno. Untuk merekalah tafsir Al-Azhar ditulis. Sehingga tafsirnya tidak terlalu tinggi mendalam, yang dapat memahaminya tidak hanya semata sesama ulama. Juga tidak terlalu rendah sehingga menjemukan. Karena merekalah corak sejatinya masyarakat Islam.

Detik-Detik Penangkapan Buya Hamka  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Detik-detik sebelum penangkapan B...

Detik-Detik Penangkapan Buya Hamka 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Detik-detik sebelum penangkapan Buya Hamka oleh Presiden Soekarno, dikisahkan dalam pendahuluan Tafsir Al-Azhar. Penangkapan dilakukan 12 Ramadhan 1383 H, atau pada 27 Januari 1964 jam 11.30 setelah Buya Hamka menjelaskan kandungan surat Al-Baqarah ayat 255 atau ayat kursi.

Empat tamu datang ke rumahnya membawa surat penangkapan dengan alasan telah mengadakan rapat gelap di Tangerang pada 11 Oktober 1963 karena hendak membunuh Mentri Agama Saifuddin Zuhri dan hendak kudeta dengan bantuan keuangan dari Tengku Abdul Rahman sebanyak 4 juta dollar.

Dasar penangkapannya adalah Penpres No. 11/1963 tentang Undang-undang yang membolehkan menangkap orang yang diduga melakukan subversi. Menurut Buya Hamka, Penpres ini bisa saja target utamanya adalah dirinya, karena rapat yang dituduhkannya terjadi 3 hari setelah undang-undang itu disahkan. Bagaimana situasi saat itu?

Di era itu, disorak-sorakan bahwa negara berdasarkan Pancasila. Pancasila tidak boleh diutak-atik. Anehnya untuk membela Pancasila, mereka justru menginjak-injak pancasila. Untuk membela dasar pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang beragam mesti bekerjasama dengan komunis.

Untuk menegakkan perikemanusiaan, orang-orang yang dibenci ditangkapi dan dibenamkan ke dalam penjara, sedangkan anak-istrinya dibiarkan melarat. Dan, kalau ada orang lain yang mencoba menolong anak istrinya, orang yang menolong itu dituduh kontra Revolusi.

Keadilan Sosial ditegakkan sungguh-sungguh. Dibagi-bagilah dengan adil merata kemiskinan dan kemelaratan, ketakutan dan kecemasan di kalangan rakyat banyak. Sedangkan para Pejabat saking kasihannya terhadap rakyatnya "Tak usah" mengambil bagian sedikitpun dari kemiskinan dan kemelaratan.

Di era itu, pejabat menganjurkan rakyat makan batu, sedang kemewahan dan kekayaan tak usah dibagi-bagi, biarlah pejabat dan kaki tangannya saja. Untuk menerima keadilan yang merata itu,  Buya Hamka pun dimasukkan ke rumah tahanan selama dua tahun 4 bulan. Siapakah yang saat ini mengalami hal yang sama dengan Buya Hamka?


Berinteraksi dengan Kekayaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Berbincang sebelum Magrib. Berbicara den...

Berinteraksi dengan Kekayaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Berbincang sebelum Magrib. Berbicara dengan seorang ustadz tentang najis anjing. Intinya, hukum yang berkaitan dengan anjing agar kita dapat berinteraksi dengan benar terhadapnya. Saat ada anjing disekitar kita, maka gunakanlah hukum tersebut. Bukankah Ashabul Kahfi, berinteraksi intens dengan anjing?

Syariat-Nya agar manusia berinteraksi dan bergaul dengan benar terhadap kehidupan ini. Agar tak ada kerusakan dan kehancuran dalam kehidupan ini. Namun mengapa justru menjauhi kekayaan dan kekuasaan, dengan dalih takut fitnah dan terracuninya? Bukankah Allah sudah memberikan penangkalnya? Bukankah Allah sudah memberikan vaksin dan imunitasnya?

Dengan berislam dan mengikuti syariat-Nya, membuat manusia bebas berkecimpung dan berkiprah dengan apa saja yang ada di dunia ini. Dengan berislam, manusia bebas bergumul dengan apa pun di kehidupan ini. Namun mengapa menarik diri dari kehidupan? Lalu menganggap kehidupan ini penuh kerusakan? Saat tujuan sudah diarahkan. Saat rambu sudah ditetapkan. Saat sarana pembersihan jiwa diajarkan, mengapa tak berani bergumul dengan kekayaan dan kekuasaan?

Seperti seorang dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang menghadapi pasien yang sakit. Bukankah dengan alat perlindungan diri, mekanisme kerja yang higienis dan benar, dan semua sarana yang disiapkan bila terjangkit, membuatnya berani menghadapi pasien yang sakit? 

Dr Yusuf Al Qhardawi membukukan nilai dan moral dalam perekonomian. Imam Mawardi dan Imam Al-Ghazali mengarang kitab tentang bagaimana mengelola kekuasaan dan politik kenegaraan. Dengan kajian ini, agar manusia menjauhi kekayaan dan kekuasaan? Bukan untuk itu, tetapi agar umat ini terjun dalam kekayaan dan kekuasaan untuk menciptakan kemaslahatan dan terhindar dari keburukannya. Itulah gunanya hukum. Itulah gunanya ilmu. Itulah gunanya syariat Allah.

Mereka yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw, adakah yang tidak membangun kekayaan dan kerajaan bisnis? Adakah yang tidak bersentuhan dengan kekuasaan dan politik kenegaraan? Paling hanya satu Sahabat yang kiprahnya kurang dimunculkan.

Dengan rem kita bebas menekan gas. Dengan rem, sebuah mobil dapat lari dengan kecepatan tinggi. Dengan alat pengaman dan desain mobil yang nyaman, sebuah mobil makin dapat semakin kencang dikemudikan dengan kecepatan tinggi. Begitulah peran spiritualitas.

Tujuan Kekayaan Sahabat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Persia dan Romawi sebuah negara adi daya. Mes...

Tujuan Kekayaan Sahabat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Persia dan Romawi sebuah negara adi daya. Mesir pun sebuah negara dengan peradaban yang sangat besar. Kekuatan seperti apa yang bisa menghadapinya? Seberapa sumberdaya yang dibutuhkan untuk  menghadapinya? Apakah modal kaum muslimin hanya semangat jihad saja? Tanpa persiapan logistik dan militer?

Perhatikan orientasi kekayaan Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam dan konglomerat lainnya di kalangan Sahabat Rasulullah saw. Apakah sekedar bermewahan? Fasilitas high class? Berbangga dan merendahkan manusia?

Kekayaan luar biasa para Sahabat Rasulullah saw hingga dapat menopang jihad melawan Persia dan Romawi. Bisa meruntuhkan kekuatan para penguasa dunia. Mereka mampu meraih itu semua dalam waktu yang singkat, hanya puluhan tahun. Apa rahasianya? Tujuan besar dan bimbingan syariat-Nya.

Tujuan kekayaannya bukan sesuap nasi. Asal hidup bisa terfokus pada ibadah ritual, tetapi membangun peradaban dunia dan manusia. Kekayaan yang bisa menopang gerakan dakwah ke setiap pelosok dan rumah yang ada di jagat raya. Kekayaan yang membuat tak ada seorang pun di jagat raya ini didera kefakiran dan kemiskinan. Kekayaan yang seluruh sumber daya alam digali dan dikelola.

Meraih kekayaan. Mengkapitalisasi kekayaan dengan bimbingan syariat-Nya, apakah itu bukan beribadah? Bukan ketundukan kepada Allah? Bukan mencapai taraf "Hakikat"? Bukan mencapai tingkat "Marifat"? Bila gerakan ritual ibadah dianggap ibadah, mengapa menghimpun kekayaan dengan mengikuti rukun, wajib, sunah dan menghindari yang haram, tidak disebutkan sebagai ibadah dan jihad?

Allah menurunkan hukum Muamalah, mengapa tidak dimanfaatkan untuk mengkapitalisasi kekayaan? Allah menurunkan hukum infak, sedekah dan zakat, mengapa justru melarikan diri dari kekayaan? Allah menurunkan hukum tersebut agar pergelutan dan pergumulan manusia dengan kekayaan tidak merusak fitrah manusia. Itu tema besarnya.

Imam Al-Ghazali menggunakan infak, sedekah dan zakat sebagai sarana pensucian jiwa. Sebagai sarana penempaan dan mendidik jiwa. Lalu, mengapa justru melarikan diri dari kekayaan? Dengan Kekayaan kita bisa menggeluti jalan syariat, meraih derajat hakikat dan makrifat dalam bertasawuf karena jalan bergumulannya mengikuti bimbingan Allah.

Liku-liku Membangun Bisnis Sahabat  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Rela meninggalkan bisnis demi aqi...

Liku-liku Membangun Bisnis Sahabat 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Rela meninggalkan bisnis demi aqidah yang dibelanya. Rela meninggalkan semua kekayaan demi mengikuti kiprah orang yang dicintainya. Rela menanggalkan atribut kemuliaan dunia demi jalan-jalan kemaslahatan umat manusia. Dunia bisa dicari kembali. Kekayaan bisa dikumpulkan kembali.

"Beruntunglah." Itulah sabda Rasulullah saw terhadap Suhaib Ar Rumy yang memberikan seluruh harta kekayaannya kepada mereka yang menghalangi hijrahnya ke Madinah. Hijrah, berarti meninggalkan semua kekayaan dan jaringan bisnis di Mekkah. Hijrah berarti membangkrutkan dan memiskinan diri.

Bagi yang piawai dalam bisnis. Kebangkrutan bukan persoalan. Hancurnya jaringan bisnis bukan persoalan. Seperti para Sahabat Rasulullah saw, bisnisnya bangkrut bukan salah kelola, bukan penghamburan cash flow untuk berfoya-foya dan gaya hidup yang melampaui batas. Tetapi karena ingin membangun peradaban manusia di dunia.

Kisah seorang yang terjebak dalam gua, berwasilah membuka batu besar dari mulut gua dengan sarana rela memberikan bisnisnya yang besar kepada karyawannya. Karena modal awal bisnis itu dari gaji karyawannya yang tidak diambil, lalu dikelolanya. Bisnis itu bisa kembali. Seperti uang yang datang dan pergi.

Lihatlah Abdurahman bin Auf saat tiba di Madinah. Di Mekah dia pengusaha besar. Lihat Rasulullah saw di Madinah, beliau seorang investor bisnis bersama istrinya. Bagaimana setibanya di Madinah? Abdurahman bin Auf pergi ke pasar dengan menanggalkan status pengusaha besarnya. Dia mulai dari bawah, berjualan kecil-kecilan. Lihat keseharian Rasulullah saw, beliau pun rela menjahit sendiri bajunya yang robek. Inilah karakter pebisnis yang tegar, yang siap memulai dari awal kembali.

Begitu pun dengan Ali bin Abi Thalib. Setibanya di Madinah, ada kisah bahwa Ali bin Abi Thalib bekerja mengambilkan air untuk seorang keluarga Madinah. Setelah bekerja, seorang fakir yang meminta bantuannya. Ali pun memberikan seluruh hasil kerjanya.  Lalu ada seorang yang menghampirinya, yang menjual ternaknya dengan pembayaran tempo ke Ali bin Abi Thalib. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib bisa menjual binatang ternak tersebut.

Ali memulai bisnisnya dari seorang pekerja yang mengambil air untuk seorang keluarga di Madinah. Bukankah dia Sahabat yang mulia. Sosok yang oleh Rasulullah saw dijuluki orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah? Seperti itulah liku-liku perjalanan bisnisnya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (379) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (272) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)