basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Ilmu Para Pemimpin rev Oleh: Nasruloh Baksolahar Sejarah sering dipalsukan dan dimanipulasi sesuai kepentingan. Sejarah kadang u...

Ilmu Para Pemimpin rev

Oleh: Nasruloh Baksolahar

Sejarah sering dipalsukan dan dimanipulasi sesuai kepentingan. Sejarah kadang untuk menaikkan harga diri, juga menghinakan. Sejarah menjadi dasar energi kebangkitan. Karena fitrah manusia mencintai leluhur dan tanah airnya. Belajar dari masa lalu untuk mengulangi kejayaan. Belajar sejarah juga untuk melanjutkan visi, misi dan semangat para pendahulunya yang belum terrealisasi. Sejarah menjadi penyambung gagasan generasi terdahulu dengan generasi masa kini. Bukankah penemuan brilian masa ini, kelanjutan kebrilianan masa lalu?

Bagaimana sejarah dapat membangun dan membentuk jiwa dan umat? Dalam Islam, pertumbuhan ilmu sejarah beriringan dengan ilmu hadist. Ilmu hadist menjadi pondasi ilmu sejarah. Karya besar para ahli hadits salah satunya adalah ilmu sejarah, bukan hanya ilmu Fiqh. Methodelogi llmu sejarah umat Islam sangat berbeda dengan umat lainnya. Methodelogi ini yang menciptakan keunikan tersendiri dalam ilmu sejarah Islam.

Umat lain tidak memperhatikan jalur periwayatan atau sanadnya. Tak menguji karakter, akhlak, daya ingat  dan kredibilitas para nara sumbernya. Tak membukukan dan mengkompilasi para narasumber dengan segala pernak-pernik kehidupannya. Islam memperhatikan seluruhnya. Inilah yang bisa menjaga keotentikan dan kejujuran sejarah Islam. Tak ada kebohongan dan manipulasi sejarah. Inilah kuncinya.

Apakah bisa membangun jiwa berlandaskan kebohongan? Bisakah membangun bangsa dan umat di atas kerapuhan kedustaan?  Keburukan tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Kedustaan takkan pernah membuahkan energi kebangkitan dan kecerdasan. Manipulasi tak pernah menghasilkan kejernihan jiwa dan pikiran. Manipulasi hanya membuahkan perpecahan. Maka bangunlah ilmu berpondasi kejujuran, maka akan berbuah mata air keberkahan.

Di atas kejujuran sejarah inilah umat Islam membangun jiwa yang lemah. Memperbaiki pemikiran yang stagnan. Mengokohkan dan menguatkan langkah yang sebelumnya lemah. Merevisi perjalanan yang terseok-seok karena kehilangan figur yang menjadi tauladan. Mendapatkan solusi ditengah kebuntuan ide dan inspirasi.

Muhamad Az-Zuhali mengutip perkataan al-Jahiz, ilmunya para pemimpin itu adalah sejarah. Mempelajari sejarah akan menambah kecerdasan dan pengalamannya. Amati tiru dan modifikasi, inilah kecerdasan yang sangat sederhana. Saat Umar bin Abdul Aziz baru diangkat menjadi khalifah, dia membaca surat menyurat dan seluruh keputusan yang telah diambil oleh Umar bin Khatab untuk membangkitkan kembali keadilan yang berjaya di era Umar bin Khatab.

Ketika Rasulullah saw menghadapi masalah pelik, Allah menurunkan beragam kisah Nabi dan Rasul terdahulu. Di masa Bani Umayyah dan Abbasiiyah, salah satu ilmu dasar bagi para khalifah dan penggantinya adalah ilmu sejarah. Mereka bersemangat mendengarkan sejarah raja-raja terdahulu, dengan tujuan dijadikan pelajaran dan nasihat yang baik dari kejadian di masa lalu.

Prof Syakir Mustafa menjelaskan fakta sejarah bahwa Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan memanggil Ubaid bin Syaryah untuk berkisah tentang raja-raja dari Arab dan non Arab. Dan memerintahkan ajudannya untuk menuliskan kisah yang dituturkannya. Khalifah Marwan bin Hakam selalu mendatangi majlis Hakim bin Hizam untuk mendengarkan kisah peperangan masa lalu. Khalifah Abdul Malik bin Marwan hingga Umar Bin Abdul Aziz menanyakan kepada para Tabiin yaitu Urwah bin Az Zubair tentang sejarah. Urwah bin Az Zubair termasuk penulis pertama peperangan Rasulullah saw.

Khalifah Hisyam bin Abdul Malik meminta asistennya untuk menuliskan kisah yang dituturkan oleh Imam Az Zuhri, seorang Imam terkemuka di Madinah. Bila melihat perjalanan keilmuan para Imam Mazhab di waktu kecil, salah satu ilmu awal yang dipelajari secara konsisten adalah ilmu sejarah. Ketika sejarah telah melahirkan para pemimpin, mengapa saat ini dianggap tak menarik untuk dipelajari? 

Jadi ingat tutur kata Sayid Qutb, bahwa cara menghancurkan umat Islam adalah dengan menjauhkan umat Islam dengan sejarahnya. Menjauhkan dari Sirah Nabawiyah. Ustadz Budi Ashari pernah berkata dalam ceramahnya, bahwa cara meningkatkan kejeniusan dengan membaca sejarah para Nabi, Sahabat dan Tabiin. Jadi, menjauhkan dari sejarah berarti menyuburkan kebodohan di tengah umat. Menjauhkan dari sejarah berarti menghancurkan lahirnya para pemimpin baru.

Referensi:
Shahih Tarikh Thabari, Imam Thabari, Di tahqiq oleh Muhammad bin Tahir Al Barzanji, Pustaka Azzam, Maret 2011

Bodoh Sejarah, Buntu Solusi Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Suatu hari Umar Bin Abdul Aziz ditanya te...

Bodoh Sejarah, Buntu Solusi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Suatu hari Umar Bin Abdul Aziz ditanya tentang berbagai perbedaan pendapat di kalangan Sahabat. Umar bin abdul aziz menjawab bahwa dengannya umat memiliki beragam perspektif dalam menyelesaikan sebuah masalah. Para Sahabat ra adalah bintang-bintang di langit saat kegelapan malam menerpa.

Andaikan Abu Ubaidah bin Jarah tidak menolak rencana pengeluaran dirinya dari Syam oleh Umar Bin Khatab,  apakah umat mengetahui bagaimana menghadapi situasi dalam kepungan wabah? Andai Umar Bin Khatab tidak membuat kebijakan me- lock down Syam, apakah umat mengetahui bagaimana cara melokalisir wabah?

Umar bin Khatab mengangkat Abu Ubaidah bin Jarah sebagai panglima tertinggi karena karakter penakluk Syam adalah Abu Ubaidah sesuai sabda Rasulullah saw. Andai Umar Bin Khatab tidak mengalihkan posisi panglima dari Abu Ubaidah bin Jarah ke Khalid Bin Walid, apakah umat memiliki referensi bahwa setiap wilayah memiliki karakter panglima yang berbeda.

Dengan pengalihan Abu Ubaidah bin Jarah ke Khalid Bin Walid, umat memiliki referensi bagaimana Khalid Bin Walid tetap bahu membahu bersama panglima dalam menyelesaikan persoalan di pertempuran. Khalid Bin Walid berjuang bukan karena Umar Bin Khatab tetapi karena tanggungjawab dakwah.

Andai tidak terjadi perbedaan pendapat antara Ali - Siti Aisyah - Muawiyah, apakah umat memiliki referensi dalam menyelesaikan persoalan internal? Andai tidak terjadi perbedaan pendapat antara Hasan bin Ali - Muawiyah, apakah umat memiliki referensi dalam melakukan rekonsiliasi nasional untuk kepentingan dakwah?

Kebodohan terbesar kita adalah kebodohan terhadap sejarahnya, sehingga bodoh pula dalam menyelesaikan semua persoalan. Padahal generasi terbaik umat ini sudah mencontohkan solusinya secara komprehensif dan tuntas.

Sejarah yang Tetap Jujur Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jejak abadi, mengapa para Nabi dan Rasul mas...

Sejarah yang Tetap Jujur

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jejak abadi, mengapa para Nabi dan Rasul masih terekam jejaknya? Mengapa para Sahabat ra dan ulama salaf tetap menjadi referensi? Kemana perginya penguasa dan hartawan? Bukankah para penguasa dan hartawan selalu menjadi dambaan setiap orang di masanya? Mengapa tiba-tiba tertelan bumi?

Sejarah walaupun dimanipulasi namun dia memiliki hukum tersendiri. Walaupun banyak manusia yang ingin mempopulerkan dirinya dengan berbagai tipuan, namun sejarah memiliki cara seleksi tersendiri untuk diabadikan atau dihapuskan. Sejarah memiliki hukum untuk menaikkan derajat yang memang layak, dan menjatuhkan mereka yang berkamuflase.

Fitrah manusia itulah penyeleksian sejarah yang abadi. Yang bermanfaat akan terjaga. Yang sia-sia akan terhempas. Yang bertahan di muka bumi yang memberikan kemanfaatan. Yang menimbulkan kemudharatan akan terbuang oleh sejarah.

Allah menutupi kesalahan hamba-Nya. Allah menjaga rahasia keburukan para hamba-Nya. Itulah penyebab para pelaku maksiat, kezaliman dan kerusakan tak ditampilkan dalam pentas sejarah. Biarkan orang yang sudah wafat membawa amalnya masing-masing. Tak perlu diungkit. Tak perlu dibongkar  kembali. Biarkan mereka mempertanggungjawabkannya hanya kepada Allah.

Yang memenuhi jiwa manusia akan abadi. Yang menggairahkan ruh manusia akan abadi, seperti keabadian ruh. Mengisi dunia dengan materi akan lenyap, seumur kekuatan materi. Yang memenuhi dunia dengan kesombongan akan sirna, karena Allah telah menurunkan derajat ke posisi yang sebenarnya. Inilah hukum jejak abadi sejarah.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Mawaizh fi Al-Hadist Al-Qudsiyyah mengutip firman Allah, "Wahai anak Adam, kerjakanlah seperti yang Ku perintahkan dan hindarilah apa yang Ku larang, niscaya Aku jadikan jejak hidupmu abadi. Aku adalah Zat Yang Maha Hidup tak akan pernah mati." Hukum keabadian sejarah adalah hukum  ketaatan kepada Allah. Karena peran sejarah adalah membangun peradaban manusia.

Proses Peralihan Kekuasaan dalam Sejarah Islam Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Awal kehancuran adalah...


Proses Peralihan Kekuasaan dalam Sejarah Islam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Awal kehancuran adalah cinta dunia. Kehancuran kekhalifahan Ummayah, Abbasiyah, Andalusia, Ayyubiyah dan berbagai kesulitan kecil pun disebabkan karena perpecahan internal. Saling berebut kekuasaan. Merasa paling berhak mendapatkan kekuasaan. Inilah sumber kehancuran semua bangsa.

Sumber perpecahan internal karena kezaliman yang berkuasa saat itu untuk melanggengkan kekuasaan. Atau, ada yang ingin merebut kekuasaan saat itu. Agar manusia tidak jatuh pada perebutan kekuasaan, Islam mengatur bagaimana peralihan kekuasaan yang sehat. Rasulullah saw tidak menunjuk siapa pengganti beliau. Namun sudah memberikan rambu-rambu dengan menjelaskan berbagai keutamaan para Sahabat.

Abu Bakar menunjukkan Umar bin Khatab sebagai khalifah karena berbagai keutamaan yang ada pada diri Umar. Umar bin Khatab membuat majelis yang beranggotakan orang-orang terpercaya untuk memilih penggantinya. Abdurrahman bin Auf melakukan survei ke setiap rumah untuk mendapatkan informasi siapa yang layak menggantikan Umar bin Khatab. Maka terpilihlah Utsman bin Affan.

Ketika Utsman terbunuh, siapakah penggantinya? Masyarakat berbondong-bondong ke masjid lalu mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Hawa nafsu memang selalu mendesak dan mendorong untuk mencintai dan merebut kekuasaan. Namun Islam membangun sistem pengalihan kekuasaan agar hawa nafsu dapat dikelola sehingga tidak menampakkan taringnya.

Ketika Ali bin Abi Thalib terbunuh, masyarakat kembali berkumpul di masjid dan mengangkat Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Namun saat itu sudah ada dua matahari kembar yang memungkinkan terjadinya perpecahan. Maka Hasan bin Ali pun melakukan perdamaian dengan Muawiyah bin Abu Sofyan dan menyerahkan kepemimpinan ke Muawiyah. Inilah rekonsiliasi nasional yang dipuji dan diagungkan Rasulullah saw ketika Hasan dalam didikan Rasulullah saw.

Setelah itu, memasuki era kerajaan yang menggigit. Kekuasaan berada di tangan keluarga secara turun temurun. Namun Umar bin Abdul Aziz mengembalikan ke konsep Islam dengan menolak berkuasa karena keturunan. Dia mengembalikan kekuasaan. Lalu rakyat berbondong-bondong ke masjid untuk mengangkat kembali Umar bin Abdul Aziz sebagai kekhalifahan. Setelah kematian Umar bin Abdul Aziz karena diracun, peralihan kekuasaan kembali ke sistem turun temurun.

Apakah sistem turun temurun tidak dibolehkan? Umar bin Khatab menentang keras ketika putranya Abdullah bin Umar hendak diangkat sebagai khalifah. Walaupun Abdullah bin Umar memenuhi seluruh kriterianya. Umar Bin Abdul Aziz menolak keras ketika anaknya hendak diangkat sebagai khalifah. Itulah ijtihad mereka. Mereka ingin mengikuti contoh Rasulullah saw dan khalifatur rasyidin dalam peralihan kekuasaan.

Bagaimana dengan demokrasi? Inilah sistem yang membuat peralihan kekuasaan tidak berdarah-darah. Disinilah kebaikannya. Hanya saja butuh pendidikan yang kuat dan kejelian dengan membangun masyarakat bertakwa agar kekuasaan digenggam oleh yang bertakwa pula.

Pertumbuhan Ilmu, Berawal dari Aqidah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Urutan pertumbuhan Ilmu yaitu a...


Pertumbuhan Ilmu, Berawal dari Aqidah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Urutan pertumbuhan Ilmu yaitu aqidah, syariah, ilmu sosial dan teknologi. Begitu rentetan yang ku amati. Ilmu aqidah dan syariah bersumber dari Allah dan utusan-Nya. Ilmu sosial dan teknologi berpondasi pada aqidah dan syariah. Begitulah kerangka sebuah ilmu.

Tahap awal dakwah Rasulullah saw di Mekkah lebih banyak ke aqidah. Di Madinah ilmu syariah. Era Khalifatur Rasyidin pengembangan dasar ilmu Sosial. Di era awal Muawiyah bin Abu Sofyan, teknologi mulai dikembangkan serius. Puncak ilmu sosial dan teknologi dimulai pada era Khalifah Harun Al-Rasyid bani Abbasiyah.  Teknologi hanya berperan menciptakan sarana dan prasarana agar manusia lebih memudahkan menjalankan dan menikmati kehidupan.

Teknologi adalah benda mati. Tak berfungsi tanpa ada sumber daya yang mengoperasikannya. Teknologi lebih mudah untuk ditemukan. Siapa pun bisa. Karena hasil pengamatan terhadap alam sekitar. Yang penting serius, fokus, dan tekun. Tak bosan mengamati objek-objek yang ada di alam. Semudah itu menciptakan teknologi. Jadi setiap bangsa, setiap orang bisa menghasilkan teknologi. Tak perlu kecemerlangan otak atau IQ.

Hukum pada teknologi lebih tetap dan konstant. Karena alam hanya mengikuti sunatullah yang ditetapkan Allah. Alam tidak diberi akal, nafsu dan kebebasan. Alam sejak diciptakan hingga hari kiamat akan sama pola, prilaku, dan sifatnya. Sekali ditemukan maka dia akan menjadi hukum sepanjang zaman. Hanya saja rahasia yang Allah tampakan diberikan secara bertahap. Itulah mengapa teknologi pun terus berkembang sesuai ilham yang Allah turunkan pada manusia.

Teknologi diberikan kepada setiap orang. Tak peduli mukmin atau kafir. Karena alam ditundukkan dan dimudahkan untuk seluruh manusia tak disekat agama, tak disekat oleh keimanan. Kuncinya, tadaburi alam, dan tafakuri alam. Temukan bagaimana Allah menciptakan hukum-hukum di semesta ini. Inilah Rahman-nya Allah. Inilah keadilan Allah. Alam dibuat penuh kerahasiaan agar akal manusia menemukan rahasia tersebut.

Ilmu sosial konsep dasarnya adalah bagaimana memahami manusia. Memahami cara berfikir, perasaan, keinginan, kebutuhan, nafsu, dan gejolak hati. Manusia sendiri tak paham akan dirinya. Pekerjaan terbesar manusia adalah menemukan jati dirinya lalu dikelola menuju kemaslahatan. Manusia mudah terjatuh pada keburukan. Ada petarungan antar hati, nafsu dan syetan. Siapakah yang memahami ini semua? Tentu saja SangPenciptanya.

Jadi dasar ilmu sosial adalah manusia. Yang memahami jati diri manusia adalah Allah dan utusan-Nya. Jadi referensi ilmu sosial bukan sekedar riset-riset sosial tetapi membuka dan memahami Al-Qur'an, Hadist, para Sahabat dan ulama salaf. Merekalah yang memahami manusia hingga ke akarnya. Bila mengandalkan akal saja, manusia hanya sedikit memahami dirinya. Jadi dalam ilmu sosial referensi utamanya adalah Islam.

Dr Yusuf al Qhardawi mempersilahkan umat Islam mempelajari ilmu alam dan teknologi kepada siapa saja. Namun dalam ilmu sosial harus berreferensi kepada Islam. Karena Ideologi apa pun. Pemikiran apa pun tidak akan  bisa memahami manusia kecuali Islam.

Menguak ilmu itu tak sulit
Membongkar rahasia ilmu itu tidak rumit.  Persoalannya, hati kita tertutup, keras dan mati. Itulah penghalang ilmu yang sebenarnya,. Persoalannya, ilmu hanya sekedar wawasan, tak pernah ke tataran aplikasi.

Heraklius dan Rustum Mengagumi  Umat Rasulullah saw Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)  Nikmat itu berna...

Heraklius dan Rustum Mengagumi  Umat Rasulullah saw

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 


Nikmat itu bernama Islam. Nimat itu menjadi umat Rasulullah saw. Adakah kebahagiaan selain dari keduanya? Ideologi apa pun tidak akan pernah bisa membahagiakan manusia. Umat dan suku bangsa apa pun tidak akan bisa menciptakan kebahagiaan hakiki kecuali dengan dua syarat ini hidup Islami dan sebagai umat Rasulullah saw.

Nabi Musa ingin menjadi bagian Umat Rasulullah saw. Itulah yang tercatat di kitab al-Wafa imam Ibnul Jauzy. Nabi Isa, saat turun kembali ke bumi akan diimami oleh imam Mahdi. Orang yang mulia, para Nabi dan Rasul pun berharap kepada Allah menjadi bagian umat Rasulullah saw. Lalu bagaimana dengan kita yang merasa telah menjadi umatnya?

Hati Heraklius ingin menjadi bagian umat Rasulullah saw. Lalu apa kata dunia, bila sang Kaisar Adidaya menjadi muslim? Akhirnya dia pun membatalkannya. Akhirnya utusan Rasulullah saw dibawa ke sebuah tempat Rahasianya. Isinya seluruh gambar para Nabi dan Rasul. Walau Heraklius belum pernah bertemu dengan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman dan Ali. Namun di tempat rahasia tersebut sudah terpampang wajah mereka. Heraklius menjelaskan kiprah mereka.  Heraklius sudah paham perjalanan peta sejarah dunia. Cepat atau lambat Romawi akan lenyap. Karena itulah Heraklius segera menyingkir ke Konstantinopel.

Panglima tertinggi Persia, Rustum, melakukan penyelidikan yang mendalam terhadap kekuatan tempur muslimin. Kesimpulannya, kaum muslimin takkan bisa dikalahkan. Rustum pun menyarankan agar raja Persia, Kisra, memeluk Islam. Tetapi sang Kisra menolak. Rustum sudah tahu peta perjalanan sejarah ke depan. Yaitu, Persia hanya akan menjadi catatan sejarah saja.

Tak ada lagi umat setelah umat Rasulullah saw. Tak akan muncul kembali umat yang baru setelah hadirnya umat  Rasulullah saw. Atas dasar inilah, Syarifuddin Prawiranegara berkeyakinan takkan ada yang bisa memecahkan persoalan peradaban dunia kecuali umat Islam sebagai umat terakhir dan dimuliakan Allah. Dipundak umat Rasulullah saw persoalan dunia bisa dipecahkan. Dengan apa? Dengan ajarannya sendiri yaitu Islam.

Jurus yang terakhir adalah jurus  pamungkas. Jurus yang menjadi andalan utama menyelesaikan sesuatu. Selain itu tak ada harapan lagi. Umat Islam adalah umat pamungkas. Umat yang lahir bukan dari nasab atau keturunan tertentu. Umat yang lahir bukan dari daerah tertentu. Umat yang lahir bukan karena kepentingan dan ambisi  tertentu. Tetapi umat yang lahir karena ikatan dan konsistensinya terhadap Islam.

Hanya kembali kepada pangkuan Islam. Kembali konsisten pada Islam dalam berfikir, berperasaan, berilmu, dan beramal. Itulah bekal umat Rasulullah saw menyelesaikan persoalan peradaban dunia. Itulah solusi untuk menuntaskan carut marutnya peradaban dunia. Tak ada jalan selain Islam.

Mari membaca perjalanan umat dunia dari era Nabi Adam hingga hari kiamat. Bagaimana pamungkasnya sejarah dunia? Kemenangan dan kebahagiaan itu berada dalam genggaman mereka yang kembali dan konsisten dengan Islam. Dan semua tanggungjawab peran dunia hanya bisa diselesaikan oleh umat Rasulullah saw.

Rambu Mempelajari Sejarah Islam Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Muslimin bisa saja berselisih. Sepert...

Rambu Mempelajari Sejarah Islam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Muslimin bisa saja berselisih. Seperti Ali bin Abi Thalib dengan Siti Aisyah. Seperti Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Seperti Umar bin Khatab dengan Khalid bin Walid dalam persoalan tertentu. Mereka mentaati pemimpinnya, tetapi kadang berselisih dalam persoalan yang memerlukan kedalaman berfikir dan analisa.

Siti Aisyah - Ali bin Abi Thalib saling mengakui keutamaan mereka. Begitu pun Ali bin Abi Thalib - Muawiyah dan Umar bin Khatab- Khalid bin Walid. Mereka memegang sabda Rasulullah saw, "Jangan kalian mencela  para Sahabatku. Melaknat seorang mukmin sama seperti membunuhnya." Penyakit hati mereka telah hilang. Tak ada dendam. Apa lagi dendam masa lalu. Tak ada muatan politik dan ambisi kekuasaan seperti yang dituduhkan banyak orang. Hati mereka bersih tak seperti sangkaan kebanyakan orang.

Perselisihan tidak membuat seseorang keluar dari golongan beriman (murtad). Perselisihan untuk menguji siapa yang paling takut kepada Allah? Yang paling takut akan segera merespon perdamaian. Maka lihatlah cepatnya respon Siti Aisyah-Ali-Muawiyah dalam perdamaian. Yang tak menyukainya membuat paham tersendiri yang bernama Khawarij dengan slogan bombastis  "Hukum itu milik Allah" untuk menipu banyak orang.

Ibnu Taimiyah dengan pijakan Ahlussunnah wal jamah membedah berbagai perselisihan yang ada, "Apabila peselisihan tersebut bertindak atas dasar ijtihad dan penakwilannya, serta belum jelas baginya bahwa ia pemberontak, bahkan meyakini bahwa dirinya di atas kebenaran, maka apabila ia bersalah dalam ijtihadnya, maka hal ini tidak menyebabkan dosa, apalagi menyebabkannya menjadi orang fasik."

Seluruh ulama Ahlussunnah wal Jamaah dan para pemuka agama tidak memiliki keyakinan bahwa seseorang itu terjaga dari dosa, baik para Sahabat, ahlulbait orang terdahulu, maupun yang lainnya, kecuali para Nabi. Tetapi, Ahlussunnah meyakini bahwa mereka bisa saja melakukan dosa, sedang Allah akan mengampuninya, mengangkat derajatnya, serta memberikan ampunan dengan kebaikan yang dapat menghapuskan dosa atau dengan sebab-sebab lainnya.

Mempelajari sejarah Islam harus sesuai kaidah Ahlussunnah wal jamah. Meneliti dan memahami realitas sejarah Islam tidak bisa menggunakan teropong import dari luar Islam. Bagaimana pandangan Al-Qur'an terhadap Ahlu Badar dan para Sahabat? Bagaimana bimbingan Rasulullah saw terhadap sikap muslimah terhadap para Sahabat? Ini yang perlu dipahami. Jangan sampai membedah sesuatu dengan kacamata yang salah.

Para ulama sejarah ketika membahas biografi para Sahabat selalu dimulai dengan pujian Rasulullah saw terhadap sahabat yang akan dipaparkan. Karena itulah kesimpulan akhir dari seluruh sepak terjang dan sumbangsih nyata kehidupannya dan peradaban manusia.


Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)