Kerinduan Bertemu Rasulullah saw dan Sahabatnya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Para Sahabat, menjelang akhir hayatnya merindukan bertemu dengan Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Kerinduan ini sangat jelas saat Utsman bin Affan menjelang wafatnya, saat beliau dikepung di rumahnya oleh para demonstran. Apa yang dikatakan Utsman bin Affan? Banyak kisah yang ditulis oleh Khalid Muhamad Khalid dalam bukunya 60 Sahabat Rasulullah saw yang merindukan Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab menjelaskan kewafatan mereka.
Di malam hari sebelum terbunuhnya Utsman bin Affan, dia bertemu dengan Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab di dalam mimpinya. Rasulullah saw dan kedua sahabatnya mengajaknya buka puasa bersama di surga. Ketika tubuh Utsman bin Affan lemah karena darah yang terus mengucur karena dibunuh oleh seorang demonstran yang menyusup ke dalam rumahnya. Para Sahabat Utsman, memintanya untuk berbuka puasa untuk memulihkan kondisinya. Namun Utsman bin Affan menolaknya karena dia sudah berjanji berbuka puasa bersama Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab di surga. Akhirnya, Utsman bin Affan pun wafat sebagai seorang syahid.
Seorang ulama bermimpi saat kematian Imam Bukhari. Sang ulama bertemu dengan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dalam mimpinya. Sang ulama bertanya pada Rasulullah saw, "Apa yang sedang ditunggu?" Rasulullah saw menyebutkan sebuah nama. Nama tersebut adalah nama panggilan untuk Imam Bukhari. Setelah bangun, sang ulama mendengar kabar bahwa Imam Bukhari telah wafat di hari tersebut.
Kerinduan surga orang-orang yang terpilih bukan tentang kenikmatan surga. Tetapi, bertemu dengan mereka yang dicintainya. Rasulullah saw bersabda bahwa di akhirat nanti seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Energi cinta, itulah energi yang menyatukan dunia akhirat. Cinta tak mengenal batas waktu dan tempat. Dia menembus batas zaman, juga menyambung jiwa dunia dan akhirat.
Said Ramadhan Al-Buthi, penulis Sirah Nabawiyah, mengungkapkan kenangannya bersama Imam Hasan Al-Banna tentang misi kematian yang dirindukannya. Hasan Al Banna berkata, "Kami menginginkan surga, bukan karena kebaikan dan buah-buahan yang tersedia, melainkan karena ingin berjumpa dengan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para Sahabat terkemuka serta mereka yang mati sebagai syuhada." Mencintai orang yang sholeh adalah anugerah. Seperti itu pula doa yang dipanjatkan Abdullah bin Umar. Kerinduan surga Hasan Al Banna karena ingin bertemu dengan mereka yang dicintainya ternyata terwujud. Ini ditandai dengan sebuah peristiwa yang sang spesial bagi seorang yang shaleh.
Di malam terakhir sebelum kematiannya, Imam Hasan Al Banna mengungkapkan mimpinya pada salah seorang anggota keluarganya. Sang imam bertemu dengan Ali Bin Abi Thalib. Imam Ali berkata, "Wahai Hasan, urusanmu sudah selesai. Engkau telah menyampaikan risalahmu. Allah menerimamu dan apa yang engkau perbuat." Lalu Hasan Al Banna mentakwilkan mimpinya, "Sesungguhnya, bermimpi melihat Imam Ali ketika tidur berarti mati sebagai Syuhada."
Setelah mimpi semalam pada tanggal 12 Februari 1949, Hasan Al Banna dibunuh di depan kantor pusat Ikhwanul Muslimin. 6 peluru bersarang di tubuhnya. Walaupun dalam keadaan terluka parah, beliau masih mampu mengejar sang pembunuh dan mengingat nomor polisi kendaraan yang membunuhnya. Saat kematiannya, yang boleh mengurusi jenazahnya hanya ayahnya sendiri dan saudara perempuannya. Seluruh akses ke rumah dan pemakamannya diblokade total. Orang yang mau bertajizah, mendoakan dan mengirim surat Al-Fatihah untuk beliau dijebloskan ke penjara.
Ada pesan yang ditujukan kepada para penerusnya, "Wahai ikhwan sekalian, aku sama sekali tidak mengkhawatirkan kalian, meskipun seluruh kekuatan dunia bersatu padu, sebab kalian dengan ijin Allah pasti lebih kuat dari mereka. Tetapi, yang aku takutkan dari kalian adalah aku takut kalian melupakan Allah sehingga mengandalkan diri sendiri dan atau melupakan persaudaraan sehingga memperparah penderitaan." Ini pesan yang amat sentral dalam gerakan dakwah.
Ada firasat masa depan Hasan Al Banna yang saat ini terbukti. Pada tahun 1946, Robert Jackson penulis Amerika pernah mewawancarainya. Ditengah kehancuran kekhalifahan Turki Utsmani oleh Mustafa Kamal , Imam Hasan Al Banna berkata, "Contohnya Turki, aku sangat yakin Turki akan kembali kepada Islam. Dan, aksioma-aksioma kembalinya Turki kepada Islam itu sudah tampak sejak mulai sekarang." Akhirnya terbukti, sang penulis menyaksikan sendiri kekalahan partai Musthafa Kamal pada Mei 1950. Sekarang bagaimana kondisi Turki?
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif