basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Belajar pada Utsman bin Affan Oleh: Nasruloh Baksolahar  Semakin banyak saja yang ditangkap. Alhamdulillah. Alasannya menyebarka...


Belajar pada Utsman bin Affan

Oleh: Nasruloh Baksolahar 

Semakin banyak saja yang ditangkap. Alhamdulillah. Alasannya menyebarkan foto, video, gambar dan rencana makar. Namun apakah semakin surut para pelakunya? Ternyata tidak, karena yang nyata lebih banyak dari yang Hoax. Hoax versi siapa? Ini yang jadi persoalan

Kericuhan karena ketidakadilan itulah kuncinya. Pemimpin yang adil tidak akan pernah menciptakan keresahan. Seperti Utsman bin Affan ketika menghadapi pelaku Hoax yang berbuntut pada upaya melengserkan Utsman bin Affan sebagai Khalifah. Bagaimana sikap Utsman bin Affan?

Adakah sebuah negara yang kacau, bila dikelola dengan baik? Adakah negara yang meresahkan rakyatnya bila penguasanya adil? Adakah sebuah negara yang terus ribut, bila penguasanya menentramkan? Logika yang selalu salah dari penguasa adalah menghukum rakyatnya bukan memperbaiki tata kelola pemerintahannya. Itu yang tengah terjadi di negri ini.

Ketika aparat pemerintahan tidak lagi menjadi pelayan masyarakat, tetapi menjadi corong penguasa. Ketika aparatur negara menjadi pembela penguasa dan kekuasaan, tidak lagi bersama rakyatnya. Itulah penyebab keresahan dalam masyarakat. Mengapa rakyat yang selalu disalahkan? Mengapa penjara menjadi hukuman?

Ketika para demonstran mengepung Utsman bin Affan karena terpengaruh oleh Hoax, Utsman mengumpulkan mereka di Masjid. Lalu, memaparkan seluruh keutamaannya dalam perjuangan Islam, keutamaannya di sisi Rasulullah saw, keberhasilan pemerintahannya dan terakhir menuruti kemauan mereka untuk mengganti beberapa gubernur. Di masa Utsman bin Affan, Umat Islam mulai bisa menembus Eropa, Afrika dan Asia Tengah. Kesejahteraan meningkat luar biasa. Apa salahnya Utsman bin Affan? Tidak ada.

Para Sahabat senior siap membela Utsman bin Affan, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhal, Zubair,  namun Utsman bin Affan berkata, "Sarungkan pedangmu." Hasan, Husein, Abdullah bin Umar siap membela, Utsman bin Affan juga berkata, "Sarungkan pedangmu." Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Utsman? Memiliki pasukan yang ditakuti dunia, namun dihadapan rakyatnya beliau sangat lembut. Dihadapan rakyatnya terlihat lemah? boleh ada darah rakyatnya yang tumpah. Para Sahabat bertanya, "Mengapa tidak melawan demonstran?"

Utsman bin Affan berkata, "Aku tidak mau menjadi orang pertama yang menumpahkan darah sesama saudaraku sendiri." Dalam keterkepungan oleh Demonstran, Utsman berdoa, "Ya Allah, tolonglah Umat Nabi Muhammad saw, Ya Allah satukan hati Umat Nabi Muhammad saw." Begitulah yang terrekam dalam kitab Ihya Ulumudin pada bab detik-detik terakhir kematian para Sahabat.

Pemimpin yang lemah memang selalu gagah dihadapan rakyatnya, namun tak bernyali dihadapan musuhnya. Pemimpin yang lemah memang menindas rakyatnya, namun menjadi hamba dihadapan para penjajah. Belajarlah pada Utsman bin Affan, beliau bisa membebaskan sejumlah negri, menandingi Romawi dan Persia, namun tak mau melawan rakyatnya. Menuruti suara rakyatnya. Inilah pemimpin yang kuat.

Pasca pembunuhan Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib mengikuti jejaknya. Tidak memburu mereka yang terlibat dalam pembunuhan Utsman bin Affan. Ali lebih mementingkan rekonsiliasi internal, menyelesaikan konflik internal agar negara dalam kondisi kondusif. Setelah itu baru memproses hukum mereka, walau kebijakan ini ditentang oleh Siti Aisyah dan Muawiyah. Begitulah cara pemimpin yang berwibawa menghadapi rakyatnya. Bila melihat pemimpin yang keras terhadap rakyatnya, apa tandanya?

Namun masa-masa setelah Khalifatur Rasyidin adalah masa pemerintahan yang menggigit. Sangat mudah menangkap para Ulama. Sangat mudah membunuh yang berlawanan. Era itu sudah lewat. Sekarang kita menghadapi era baru. Yaitu,  pemerintahan diktator menurut Rasulullah saw? Wajar saja bila umat ini menghadapi tantangan yang lebih berat. Bagaimana menghadapinya? Berkata benar dihadapan penguasa, itulah jihadnya. Itulah jihad yang tertinggi.

Memilih Pemimpin Gaya Umar Bin Khatab Oleh: Nasruloh Baksolahar  Liku-liku Umar Bin Khatab memilih pemimpin. Semoga kelak lahir ...

Memilih Pemimpin Gaya Umar Bin Khatab

Oleh: Nasruloh Baksolahar 

Liku-liku Umar Bin Khatab memilih pemimpin. Semoga kelak lahir pemimpin yang kuat dan amanah di Nusantara ini.

Mengenal calon pemimpin dengan mengajaknya makan bersama, perjalanan bersama, dan bertransaksi uang. Begitulah cara alami membongkar kedok seseorang gaya  Umar Bin Khatab. Umar Bin Khatab tak silau dengan rajinnya shalat, puasa dan baca Al Quran seseorang. Karena itu berkaitan dengan kesolehan pribadi bukan kesolehan sosial dan bukan pula ukuran kapabelitas kepemimpinan dan manajemen. Menjadi pemimpin bukan sekedar kesholehan pribadi, dia bertanggungjawab terhadap umat. Ini dilakukan Umar terhadap Ahnaf bin Qais.

Bila Umar Bin Khatab sedang membidik calon pemimpin, dia akan mengirimkan utusannya. Memberikan sejumlah uang. Lalu sang utusan memperhatikan bagaimana orang yang dibidik menggunakan uang tersebut. Bila digunakan untuk diri dan keluarganya, maka dicoret dari calon pemimpin. Bila uangnya dibagi-bagikan ke fakir miskin, maka diangkalah dia sebagai walikota atau gubernur dan jabatan lainnya.

Sang penjaga rahasia Rasulullah saw selalu menjadi penasihat dalam menentukan kelayakan calon pemimpin. Huzaifah selalu dimintai pendapat. Apakah yang akan diangkat termasuk kategori munafik? Berjanji diingkari, amanah dikhianati, berkata didustai. Karakter munafik memang tak layak menjadi pemimpin. Bukankah orang munafik di masa Rasulullah saw pun shalatnya dekat dengan Rasulullah saw? Jadi perlu pendekatan lain untuk mengukur calon kepemimpinan.

Umar Bin Khatab belajar pada Rasulullah saw saat menolak Abu Dzar Ghifari yang meminta posisi kepemimpinan. Abu Dzar Ghifari memang orang yang sholeh tetapi lemah secara kepribadian. Orang yang lemah tak memiliki prinsip, mudah terombang-ambing, lemah untuk mewujudkan impiannya dan tak bisa mengelola. Jadi kesholehan harus ditopang juga dengan kekuatan karakter untuk layak menjadi pemimpin.

Bagaimana Umar Bin Khatab menilai kasih sayang calon pejabatnya pada rakyat? Lihatlah interaksi pada anak dan istrinya. Umar Bin Khatab pernah membatalkan jabatan seseorang karena orang yang akan diangkat berprilaku kasar terhadap anak dan istrinya. Bila kepada anaknya saja keras dan tidak peduli bagaimana terhadap rakyatnya? Inilah kejelian melihat yang kecil terhadap efek yang sangat luas.

Bila ada dua orang yang beriman, maka Umar Bin Khatab memilih pejabat yang lebih berilmu.  Orang yang berilmu akan lebih menguasai pekerjaannya. Tidak mudah ditipu oleh orang yang sesat dan yang mengikuti hawa nafsu. Orang yang paham tentang keburukan akan diprioritaskan agar pada saat menjabat tidak jatuh pada keburukan.

Umar Bin Khatab sangat jeli dalam memilih para Walikota dan Gubernurnya. Salah satu tanda kasih sayang Allah terhadap pemimpin adalah terpilihnya dan dikelilinginya dengan orang-orang terbaik secara agama dan kemampuannya. Pemimpin yang dipilih Umar Bin Khatab bisa bertahan hingga di era Ali bin Abi Thalib. Itulah kejeniusan Umar Bin Khatab dalam memilih pejabatnya.

Kehancuran para pemimpin diawali dengan tidak tepatnya memilih pejabat dan bawahannya. Umar Bin Khatab telah mengajarkannya.

Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (2) Sriwijaya tempat persinggahan duta diplomatik dan pedagang muslim...

Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (2)

Sriwijaya tempat persinggahan duta diplomatik dan pedagang muslim dari Timur Tengah ke Timur Jauh (Cina). Sriwijaya juga pusat terkemuka keilmuan Budha di Nusantara. Banyak penuntut Ilmu dan penziarah Budha bermukim di Sriwijaya selama bertahun-tahun untuk mempelajari dan menerjemahkan teks keagamaan sebelum berangkat ke India.

Pada sisi lain, Sriwijaya juga kerajaan kosmopolitan. Banyak kapal Arab dan Persia yang muslim yang singgah dan bertempat tinggal di Sriwijaya. Jadi saat itu, segmen tertentu dari rakyat
 Sriwijaya telah berinteraksi dengan kaum Muslimin yang datang dari Timur Tengah, dan dalam batas tertentu sudah mengenal ajaran Islam.

Berdasarkan Al-Ramhurmuzi dalam Aja'ib Al-Hindi, mengisyaratkan terdapat sejumlah muslim pribumi di kalangan penduduk asli Sriwijaya sendiri. Menurut Chau Ju-Ka, "Sejumlah besar penduduk Sriwijaya memiliki nama awal P'u yang berasal dari Bu singkatan dari Abu (Bapak) yang terdapat dalam banyak nama pribadi orang Muslimin.

Pada 293H/904M, penguasa Sriwijaya mengirimkan utusannya bernama P'u Ho-li atau P'u Ho-su (Abu Ali atau Abu Husain) ke Istana Tang. Mereka kepala orang asing di Sriwijaya, besar kemungkinan seorang Muslim dari Timur Tengah.

Walaupun Sriwijaya sebuah kerajaan Budha, namun beberapa utusannya ke Cina ada yang muslim juga. Sumber Cina menginformasikan kemunculan utusan dari penguasa Sriwijaya yang muslim antara paruh ke dua abad ke-10 dan penggalan abad ke-12.

Duta-Duta muslim utusan resmi kerajaanSriwijaya ke Cina yang disebutkan dalam Sung Shih. 962M, Wakil Duta Li A-mu (Ali Muhammad). 971M, Duta Li Ho-mu (Ali Muhammad. 975M, Duta P'u T'o-han (Abu Adam). 980M, Utusan Dagang Li Fu-Hui (Abu Hayyah). 985M, Pemilik Kapal Chin-hua-ch'a (Hakim Khwajat). Hingga tahun 1. 155M, Duta muslim yang diutus olah penguasa Sriwijaya terus berdatangan.

Keberadaan Muslimin di kerajaan Sriwijaya memiliki dua peran besar yaitu meramaikan perdagangan dan mewakili Sriwijaya dengan dunia luar, Barat dan Timur. Kepercayaan Sriwijaya kepada Muslim menyebabkan pengangkatan mereka menjadi duta resmi kerajaan.

(Bersambung)

Sumber:
1. Diringkas dari Buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad ke 17-18, Prof Dr Azyumardi Azra, Kencana 2007)
2. Sejarah Umat Islam, Buya Hamka, GIP 2016.

Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (1) Hubungan Kekhalifahan Islam dengan Cina lebih banyak bersifat dip...

Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (1)

Hubungan Kekhalifahan Islam dengan Cina lebih banyak bersifat diplomatik. Sejarah Dinasti Cina yang berjudul Chiu T'ang Shu meriwayatkan, pada 31H/651M istana Tang dikunjungi dua duta pertama dari negri Ta Shih (Arab).

Empat tahun kemudian, istana Tang menerima duta kedua dari Arab yang menginformasikan bahwa mereka telah memiliki 3 penguasa. Duta kedua muslim itu datang ke Cina di era khalifah Utsman bin Affan (23-35H/644-56M)

Semakin meluasnya wilayah kekhalifahan Islam hingga ke Anak Benua India di era Bani Umayah (40-132/660-749M) mendorong pelayar Arab dan Persia menjelajah hingga ke Timur Jauh. Hal ini juga mendorong semakin banyak migrasi penduduk, di pelabuhan-pelabuhan strategis dari teluk Persia, Lautan India hingga Timur Jauh (Cina), menjadi muslim. Pelayar muslim menjadi penjelajah paling jauh di dunia saat itu.

Perjalanan duta diplomatik kekhalifahan Islam dan pedagang muslim hingga ke Cina menunjukkan bahwa yang paling paham tentang Nusantara adalah para pelayar dan pedagang muslim. Mereka banyak yang singgah di Nusantara sebelum melanjutkan perjalanan diplomatik dan berdagang ke Cina.

Saat itu di Nusantara berdiri kokoh kerajaan Budha Sriwijaya. Seorang agamawan dan pengembara terkenal Cina, I-Tsing (51H/671M), dengan menumpang kapal Arab dan Persia dari Kanton berlabuh di sungai Bhoga (Musi) yang diidentifikasikan sebagai Palembang, ibukota Budha Sriwijaya. Dalam periode ini, Sriwijaya menjadi perantara perdagangan Timur Jauh (Cina) dan Timur Tengah.

Menurut penulis kronik Cina, peran Sriwijaya saat itu digambarkan sebagai beriku:
"Sriwijaya terletak di Nan-Hai (Lautan Selatan). Ia merupakan pusat perdagangan penting di antara berbagai negri asing. Sebelah timur terdapat negri Jawa, sebelah barat terdapat Ta-Shih (Arabia), Ku-lin (pulau selatan). Tidak ada negri mana pun yang sampai ke Cina tanpa melewati wilayahnya (Sriwijaya).

(Bersambung)

Sumber:
1. Diringkas dari Buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad ke 17-18, Prof Dr Azyumardi Azra, Kencana 2007)
2. Sejarah Umat Islam, Buya Hamka, GIP 2016.


Sunatullah Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jiwa pemimpin itu magnet. Jiwa pemimpin itu inti...

Sunatullah Kekuasaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jiwa pemimpin itu magnet. Jiwa pemimpin itu inti atom. Yang dekat dan berkeliling di sekitar para pemimpin seperti jiwa pemimpinnya.

Jiwa pemimpin yang zalim dan bodoh. Maka orang yang paling pintar pun akan menjadi bodoh di sekitar pemimpin yang berjiwa zalim dan bodoh.

Jika jiwa keadilan hadir pada diri pemimpin, Ilmu, teknologi, kepintaran akan datang dengan sendirinya. Semua bisa diciptakan dengan beragam kebijakan kekuasaan.

Jika jiwa pemimpinnya adil, kemakmuran dan ketentraman bisa diciptakan dengan kebijakan kekuasaan.

Bila jiwa pemimpin berkomitmen mewujudkan tujuan negara, maka Allah akan memfasilitasi semua yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Bila jiwa pemimpin ingin menciptakan kemaslahatan manusia, maka Allah akan memudahkan urusannya. Itulah Sunatullah kekuasaan.

Sunatullah kepemimpinan ini telah diwasiatkan oleh Muhammad Al Fatih pada keturunannya. Ini akan terus berulang.

Menurut Umar bin Khatab, pemimpin adalah perantara antara Allah dan rakyat. Allah menyerahkan sebagian urusan manusia  pada pemimpin.

Allah mengharamkan kezaliman. Saat perantara-Nya atau pemimpin berlaku zalim, maka dicabut semua pertolongan-Nya.

Adakah pemimpin zalim yang menciptakan kemakmuran? Adakah pemimpin yang tak merealisasikan tujuan negara membuat rakyatnya sejahtera?

Dalam sejarah Islam, pemimpin yang adil berasal dari mereka yang selalu ingat pada kematian. Ingat mati mendorong jihad membangun negri dan ingat pertanggungjawaban kepada Allah.

Dalam sejarah, pemimpin yang zalim lahir dari mereka yang berorientasi pada kemewahan,  kekikiran dan persaingan kekuasaan.

Tanda kekikiran penguasa, obral fasilitas pada pejabat negara. Namun memotong beragam subsidi dan fasilitas bagi rakyatnya.

Kikirnya penguasa, penyebab lenyapnya rintihan doa kebaikan dan munculnya "laknat"  rakyat kepada penguasa. Ini awal kehancuran penguasa.

Sehebat apapun penguasa. Andai seluruh alat kekuasaan mendukung penguasa, tetap akan terjungkal dengan "laknat" dari rakyat yang  semakin banyaknya dizalimi.

Kemahadahsyatan alat kekuasaan pasti lunglai oleh rintihan rakyat kecil yang terzalimi yang dipanjatkan di sepertiga akhir malam.

Inilah sunatullah yang berlaku kepada pemegang kekuasaan yang paling kuat sekali pun. Kekuatan penguasa hancur oleh rintihan yang terzalimi.

Jiwa Kuantum Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mengapa jiwa tidak pernah membuat lompatan? Mengapa perja...


Jiwa Kuantum

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mengapa jiwa tidak pernah membuat lompatan? Mengapa perjalanan jiwa seperti garis lurus, bila berubah pun seperti garis linier,  tidak kuantum? Mengapa hari ini selalu sama dengan hari kemarin, bahkan lebih buruk? Modal manusia sama. Jiwa manusia berkarakter sama. Namun mengapa ada yang mampu menempuh perjalanan Waliyullah? 

Habib Al-Ajami, awalnya seorang tukang riba dan melakukan beragam kekejian. Malik bin Dinar, awalnya pemuda yang gemar dengan musik. Malamnya diisi dengan riuh rendahnya nyanyian. Namun mengapa keduanya bisa disejajarkan dengan Hasan Al Bashri? Lompatan jiwa yang luar biasa. Abu Hanifah, awalnya hanya bergelut dalam bisnis saja, namun mengapa bisa pula meraih derajat imam mazhab?

Abdullah Ibnu Mubarrak, awalnya larut tenggelam pada kemabukan cinta pada wanita. Namun kemudian kemabukan berubah kepada Allah, mengapa bisa terjadi? Fudhail bin Iyad, awalnya seorang perampok yang terkenal, namun mengapa bisa menjadi ulama yang disejajarkan dengan Imam Abu Hanifah? Mereka pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya, mengapa mereka bisa melakukan lompatan? Sedangkan kita terus dalam lumpur kerendahan? 

Jiwa mereka sama dengan kita. Nafsu mereka sama dengan nafsu kita. Semua manusia diberi bekal yang sama oleh Allah. Namun mengapa kedekatan kepada Allah berbeda? Mengapa kecintaan pada Rasulullah saw berbeda? Mengapa keteguhan pada kebenaran berbeda? Mengapa ada yang melonjak tajam pada ketinggian dan menukik tajam pada kerendahan? Ada juga yang datar saja? 

Semua orang bisa melihat dan memandang. Namun mengapa ada yang memandang alam hanya sebatas melihat keindahan dan merekam kenyataan, namun Muhammad bin Wasi bisa berkata, "Aku tidak pernah melihat sesuatu tanpa melihat Tuhan di dalamnya." Apa yang membedakan kita dengan Muhammad bin Wasi?

Semua orang memiliki hutang. Namun mengapa ketika Khalifah Harun Alrasyid bertanya pada Fudhail bin Iyad tentang hutangnya kepada orang lain dijawab, "Ya, hutang kepada Allah, yakni ketaatan kepada Allah, celakalah aku, bila Allah memanggilku untuk mempertanggungjawabkannya?" Mengapa jawaban hutang kita tidak sama dengan Fudhail bin Iyad?

Dzun Nun Al Mishri memperhatikan seorang nenek yang sedang berjalan sendiri. Sang nenek memakai tongkat dan memakai jubah bulu domba. Dzun Nun mendekati sang nenek, lalu bertanya, " Dari mana dan akan kemana nek?" Sang nenek menjawab, "Dari Allah dan menuju kepada Allah." Dzun Nun terperangah. Ditampar dengan jawaban sang nenek. Padahal Dzun Nun seorang ulama sufi yang terkenal. Mengapa jawaban perjalanan hidup kita tidak seperti sang nenek?

Setiap orang merasakan kebahagiaan dan kesedihan. Apa penyebab kebahagiaan dan kesedihan? Itulah yang perlu diinsafi. Kualitas kebahagiaan dan kesedihan tergantung dari penyebabnya. Ahmad bin Masruq memilik definisi tersendiri tentang bahagia dan sedih. Dia berkata, "Jika seseorang mendapatkan kegembiraan dalam selain Allah, kegembiraannya membuahkan kesusahan." Dia pun memiliki definisi sendiri tentang kesepian, "Jika seseorang tidak akrab dengan pengabdian dengan Allah, keakrabannya membuahkan kesepian." Seperti itukah definisi kita?

Ya, itulah perbedaan mereka dan kita. Apa penyebabnya? Ahmad bin Muhammad bin Sahl Al-Amuli membedah penyebabnya. Dia berkata, "Terlena dalam kebiasaan alamiah mencegah seseorang dari menjangkau derajat ruhani yang terpuji." Kecendrungan alamiah adalah alat dan organ sisi hawa nafsu yang merupakan pusat tabir antara diri dengan Allah. Mengikuti kecendrungan alamiah manusia, itulah penghalang lompatan jiwa yang berlipat.


Membedah Hakikat Ilmu Laduni Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Khaidir mendapatkan ilmu Laduni karena r...

Membedah Hakikat Ilmu Laduni

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Khaidir mendapatkan ilmu Laduni karena rahmat dari Allah.  Ilmu Laduni diberikan Allah kepada yang dikehendaki-Nya.

Saat Khaidir bertemu Nabi Musa, dia sudah tahu karakter detail Nabi Musa. Dia mengajukan syarat yang sulit dipenuhi Nabi Musa.

Ilmu Laduni di luar logika dan akal manusia di zamannya. Sebab itulah,  Nabi Musa terus menentang dan bertanya yang dilakukan Khaidir.

Ilmu Laduni sebenarnya nyata, sesuai dengan logika dan akal di masa depan, namun masih rahasia dan aneh di zaman ini. Ini yang belum dipahami Nabi Musa.

Saat Khaidir membongkar  yang akan terjadi di masa depan, barulah Nabi Musa membenarkan tindakan Khaidir saat ini.

Sabda Rasulullah saw adalah ilmu Laduni. Al-Qur'an adalah ilmu Laduni. Semuanya datang dari sisi Allah tanpa perantara.

Sabda Rasulullah saw dan Firman Allah banyak mengabarkan apa yang akan terjadi agar bisa bersikap yang tepat dan benar di hari ini.

Sabda Rasulullah saw dan Firman Allah mengkisahkan yang akan pasti terjadi dan akibat dari perbuatan hari ini. Inilah hakikat ilmu Laduni.

Rasulullah saw mengkabarkan  prestasi luar biasa muslimin. Juga keburukan yang akan menimpanya bila melakukan sesuatu. Masa depan itu sangat jelas.

Ibnu Katsir di kitab Bidayah wa Nihayah, setelah menceritakan yang telah terjadi, juga menuliskan yang akan terjadi. Itulah uniknya sejarawan muslim.

Merekayasa masa depan dengan mengikuti Syariat Allah dan Sunnah Rasulullah saw di hari ini. Itulah aplikasi ilmu Laduni.

Nabi Musa tak bisa bersabar dengan keanehan prilaku Khaidir. Dia selalu bertanya mengapa melakukan hal Ini? Khaidir hanya menjawab, " bersabarlah."

Bersabarlah, beristiqamahlah dengan syariat Allah dan Sunnah Rasulullah saw di hari ini. Karena masa depan sudah digariskan Allah.

Solusi perjalanan hidup sudah dilakukan di hari ini. Persoalannya sudah dituntaskan di hari ini. Itulah ilmu Laduni. Sehingga semua keburukan tak pernah terjadi.

Dengan mentaati Allah dan Rasulullah saw, itulah aplikasinya ilmu Laduni.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)