basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Mekkah kepada Sultan Mataram (bagian 1) Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani seorang ulama besar ...

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Mekkah kepada Sultan Mataram (bagian 1)


Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani seorang ulama besar Mekah yang berasal dari Nusantara. Informasi terkini tentang penjajahan di Nusantara selalu diterimanya dari para jamaah haji dan muridnya. Ini mendorongnya untuk terus menempa muridnya menjadi pejuang. Menulis buku tentang jihad dan surat kepada raja-raja Nusantara.

Surat-surat yang berhasil disita oleh penjajahan Belanda adalah surat yang ditujukan kepada sultan Mataram, Sri Sultan Hamengkubuwono I. Beberapa petikannya sebagai berikut:

"...Suatu contoh dari kebaikan Allah adalah bahwa Dia telah menggerakkan hati penulis (Palimbani) untuk mengirimkan sepucuk surat dari Mekkah.

.".. Allah telah menjanjikan bahwa para Sultan akan masuk surga karena keluhuran budi, kebajikan, dan keberanian mereka yang tiada tara melawan musuh dari agama lain."

"Di antara mereka ini adalah raja Jawa, yang mempertahankan agama Islam dan berjaya di atas semua raja lain, dan menonjol dalam amal dalam peperangan melawan orang-orang agama lain."

"Allah meyakinkan kembali orang-orang yang bertindak di jalan ini dengan firman: "Jangan mengira bahwa mereka yang mati dalam perang suci itu benar-benar mati, jelas tidak mereka sesungguhnya masih hidup." (2:154)."

"Nabi Muhammad bersabda: "Aku diperintahkan membunuh setiap orang kecuali mereka yang mengenal Tuhan dan diriku, Nabi-Nya." Orang yang terbunuh dalam perang suci diliputi oleh keharuman kudus yang tak terlukiskan. Jadi ini merupakan peringatan untuk seluruh pengikut Muhammad..."

Surat disertai sejumlah kecil air zam-zam untuk Sultan. Dua surat yang dikirimkan oleh Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani berhasil ditahan oleh penjajah Belanda. Surat berbahasa Arab, lalu diterjemahkan ke bahasa Jawa lalu ke Belanda.

Surat pertama diterjemahkan ke bahasa Belanda di Semarang pada 22 Mei 1772.

Sumber: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17-18, karya Prof Dr Azyumardi Azra, MA, Kencana, 2004 hal 360-361.

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Makkah kepada Sultan Mataram (bagian 2) Surat pertama dan kedua Syeikh Abdul Shamad al-Palimb...

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Makkah kepada Sultan Mataram (bagian 2)

Surat pertama dan kedua Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani ditujukan ke Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sedangkan surat ke tiga ditujukan ke Pangeran Paku Negara. Isi surat ketiganya sebagai berikut:

"Allah akan mengampuni dosa orang yang shaleh seperti Pangeran Mangkunegara, yang telah diciptakan-Nya untuk mendapatkan nama harum di dunia ini, dan juga karena Yang Mulia adalah seorang keturunan kerajaan Mataram, yang kepadanya Allah telah melimpahkan karunia-Nya disamping Muhammad sang Nabi, mengingat bahwa rasa keadilan Yang Mulia sudah umum dikenal."

"Selanjutnya Yang Mulia hendaknya selalu ingat akan ayat Al-Qur'an bahwa sebuah kelompok kecil akan mampu mencapai kemenangan melawan kekuatan besar. Hendaknya Yang Mulia juga selalu ingat bahwa dalam Al-Qur'an difirmankan: "Janganlah mengira bahwa yang gugur dalam perang suci itu mati."(2:154).""

 "Allah telah menyatakan bahwa jiwa orang yang gugur itu akan masuk ke dalam seekor merpati besar dan naik langsung ke Surga. Ini merupakan hal yang pasti diyakini semua orang dalam hati mereka, dan terutama beginilah yang akan jadinya dengan Yang Mulia."

"Yang dapat ditampilkan sebagai sekuntum bunga yang menyebarkan wewangiannya sejak matahari terbit hingga tenggelam, seluruh Makkah dan Madinah serta negeri Melayu akan bertanya-tanya tentang keharuman ini, dan memohon kepada Allah, agar Yang Mulia menang melawan semua musuh."

"...Yakinlah akan nasib baik yang abadi dan berusahalah sekuatmu karena takut akan Allah, jangan takut akan nasib buruk dan elakanlah segala kejahatan. Orang yang melakukan hal itu akan melihat langit tanpa awan dan bumi tanpa noda."

"Tumbuhkanlah keyakinan hati dari ayat-ayat Al-Qur'an: "Barangsiapa beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, akan mendapatkan karunia Allah (di surga). (2:25)"

Menurut Ricklefs, surat ini bukti kesejarahan penting tentang perjuangan Muslim Melayu-Indonesia melawan Belanda. Juga, peran Dunia Islam Internasional untuk mengobarkan jihad di Jawa.

Surat-surat ini memang tidak sampai ke Sultan Mataram karena disita lalu dihancurkan Belanda. Namun jiwa surat ini terus memancar di keturunan Sultan Mataram dengan hadirnya Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II.

Sumber: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17-18, karya Prof Dr Azyumardi Azra, MA, Kencana, 2004 hal 361-363.

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Makkah kepada Sultan Mataram (bagian 3-Habis) Syeikh Al-Palimbani di Timur Tengah terlibat da...

Surat-Surat Syeikh Al-Palimbani di Makkah kepada Sultan Mataram (bagian 3-Habis)

Syeikh Al-Palimbani di Timur Tengah terlibat dalam komunitas Jawi. Keterlibatan ini membuatnya tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara.

Syeikh Al-Palimbani, ulama Melayu Indonesia paling menonjol dalam jaringan ulama abad ke-18, tulisannya pun tersebar luas di wilayah Melayu-Indonesia. Dalam tulisannya, selalu menuliskan pembaharuan tentang ajaran tasawuf juga mendorong kaum Muslimin melancarkan jihad melawan Belanda.

Dalam periode ini, ditandai masa transisi tersulit dalam sejarah Melayu-Indonesia, satu per satu kerajaan Muslim Melayu jatuh ke tangan para penjajah Eropa.

Potongan surat ke tiga Syeikh Palimbani yang ditujukan kepada Pangeran Paku Negara sebagai berikut:

"Ini adalah untuk memberitahu Yang Mulia bahwa saya diperintahkan.... untuk mengirimkan kepad Yang Mulia jimat (berbentuk panji-panji), yang kekuatannya akan terasa bila digunakan oleh Yang Mulia... Ketika berhadapan dengan musuh Anda... (Dengan rahmat Allah) akan selalu meraih kemenangan, yang akan memungkinkan terlindungi iman kaum Muslimin dan terbasminya semua musuh yang dengki."

"Alasan panji ini dikirimkan kepada Anda adalah bahwa kami di Makkah telah mendengar bahwa Yang Mulia, sebagai pemimpin raja sejati, sangat ditakuti di medan perang.  Hargailah dan manfaatkanlah, insya Allah, untuk menumpas musuh Anda dan semua orang kafir."

Surat ini memang tidak sampai ke Pangeran Paku Negara. Namun kelak, salah satu keturunan sultan Mataram bisa menghancurkan sumber permodalan penjajahan Belanda. Inilah jangkauan ilham para ulama.


Sumber: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17-18, karya Prof Dr Azyumardi Azra, MA, Kencana, 2004 hal 361-363.

Jendral Perang Dunia Kagum Dengan Pasukan Muslimin Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bosnia Herzegovina...


Jendral Perang Dunia Kagum Dengan Pasukan Muslimin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bosnia Herzegovina mampu mengalahkan pasukan Yugoslavia. Padahal Bosnia baru merdeka, sedangkan Yugoslavia salah satu negara yang memiliki pasukan tempur yang hebat di Eropa Timur saat itu. Saat itu Yugoslavia melakukan pembantaian terhadap muslim Bosnia. Ini terjadi antara 1992-1995.

Uni Soviet negara adi daya harus hengkang dari Afghanistan. Pasukannya terkuat. Peralatannya paling canggih. Yang bisa menyamai kekuatannya hanya Amerika Serikat. Akhirnya, tersingkir oleh sebuah negara yang miskin.

Amerika Serikat pun harus tersingkir dari Afganistan setelah melakukan penyerbuan yang membabi buta atas nama perang terhadap terorisme karena tragedi 11 September 2001. 20 tahun terjun ke perang Afghanistan akhirnya tertunduk malu. Dua adi daya dunia takluk di pasukan muslimin. Apa rahasianya?

Saat terjadi perang Arab-Israel 1948. Seorang Jendral Perang Inggris yang membela Israel melakukan gencatan senjata dengan relawan Mesir yang berjuang membebaskan Palestina. Terjadi pertukaran korban perang di antara mereka. Saat itu relawan Arab di pimpinan oleh Yusuf Thal"at. 

Saat korban dari relawan Mesir diperiksa oleh Jendral Perang Inggris. Sang Jendral berkata, "Seandainya saya memiliki 3.000 orang dari mereka, niscaya saya dapat menaklukkan dunia." Apa sebabnya?

Hasil pemeriksaan menunjukan pasukan muslimin mati dengan bekas tembakan dibagian dada depan bukan punggung belakang. Ini menunjukkan keberanian yang luar biasa.

Saat terjadi Perang Korea 1950. Pasukan Turki menjadi bagi pasukan perdamaian. Inilah cikal bakal masukannya Islam ke Korea. Dalam perang ini Jendral Mc Arthur menyatakan kekagumannya pada mereka. Apa penyebabnya?

Pasukan muslim dari Turki, tidak tergila-gila pada perempuan malam yang disediakan untuk mereka. Saat Istirahat yang terdengar hanya  ayat-ayat Al-Qur'an, bukan tarian gila. Di tempat tidur mereka hanya sajadah dan tasbih, bukan bugilnya foto Marylin Monroe. Sehabis perang, peninggalannya berupa masjid dari kayu yang lengkap dengan menaranya.

Sumber:
1. Mereka Yang Telah Pergi, Abdullah Al-Aqli, Al-Itishom 2010
2. Dari Hati Ke Hati, Buya Hamka, GIP 2016

Berinteraksi dengan "Dajjal" Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Uniknya surat Al-Kahfi, tidak ...

Berinteraksi dengan "Dajjal"

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Uniknya surat Al-Kahfi, tidak fokus berkisah para Nabi tetapi tentang hamba-Nya yang Shaleh. Apa kaitannya dengan keselamatan dari Dajjal?

Kisah Ashabul Kahfi, Khaidir, Zulkarnain dan pemilik kebun yang shaleh, berkaitan interaksi dengan masa depan. Itulah empat kisah di Al-Kahfi.

Ashabul Kahfi, Kezaliman pasti tergantikan dengan keadilan. Itulah hukum alamiah  kehidupan. Andai juru dakwah berdiam diri, keadilan akan tetap tegak.

Kita yang butuh memperjuangkan keadilan. Agar mendapatkan ampunan, rahmat dan ridha Allah. Allah memberikan medan perjuangan berupa kezaliman.

Menjaga kader dakwah lebih penting dari menghancurkan kezaliman yang berefek hancurnya juru dakwahnya. Karena dakwah harus berkelanjutan.

Pemilik kebun mukmin, menasihati pemilik kebun lainnya yang merasa selamat dari azab Allah karena kekayaan dan pengikutnya lebih banyak.

Kekayaan dan kekuasaan yang berpondasikan kebanggaan dan kesombongan akan hancur dengan sendirinya. Itu hukum alami kehidupan.

Nabi Khaidir melakukan sesuatu yang tak bisa dimengerti oleh Nabi Musa, karena Khaidir paham yang akan terjadi di masa depan.

Menarik masa depan  dengan aksi di masa sekarang. Mengubah arah masa depan. Intervensi masa depan. Itulah aksi Nabi Khaidir.

Zulkarnain penguasa timur dan barat. Terus mengembara menemui berbagai bangsa di penjuru dunia.

Kekuasaannya kokoh karena rahmat Allah. Itu yang menghujam di jiwanya. Ini kerendahan yang membawanya pada puncak kelanggengan kekuasaan yang tak dimiliki oleh manusia lainnya.

Kekuasaannya kokoh karena memangkas kezaliman dan  kerusakan masa kini juga masa depan, berupa Yajuj dan Makjuj. Kelak kerusakan ini akan muncul lagi.

Dajjal, gambaran kezaliman dan kerusakan yang parah. Serpihan kerusakannya dijelaskan oleh Rasulullah saw. Bersikaplah dengan 4 kisah di surat Al-Kahfi.

Sosok Dajjal bisa berupa sosok penguasa, konglomerasi pengenggam kekayaan dan pengendali banyak pengikut, juga kaum yang merusak.

Sosok Dajjal dihadirkan bukan agar pasrah dengan keadaan, tetapi memunculkan sosok yang teguh berjuang menghadapi beragam kerusakan. Seperti 4 kisah di surat Al-Kahfi.

Dajjal itu pasti hancur. Tugas kita merealisasikan kehancurannya demi meraih ridha Allah.

Telah lama ‘Nusantara’ menjadi sebutan yang popular untuk menunjukan kawasan Indonesia saat ini. Sebuah kawasan yang terdiri dar...



Telah lama ‘Nusantara’ menjadi sebutan yang popular untuk menunjukan kawasan Indonesia saat ini. Sebuah kawasan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihubungkan dengan laut dan sejak berabad-abad silam telah menjadi jalur perdagangan laut internasioanl. Sebab posisinya sebagai bagian jalur perdagangan ini, Nusantara memiliki akses yang mudah dengan dunia luar serta tentu terlibat dalam interaksi internasional sehingga mendapat banyak pengaruh dari peradaban sekitarnya.
    Segenap peradaban yang berdiri kokoh di luar akan masuk dan mengubah sistem kehidupan di Nusantara. Tak terkecuali dengan peradaban Islam yang sejak abad ke 6 M tengah tumbuh  di Timur Tengah tepatnya di sebelah sisi barat Nusantara. Interaksi Nusantara dengan kawasan Timur Tengah sudah pernah ada sejak Islam pertama kali muncul. Pada awalnya interaksi tersebut lebih berbentuk relasi ekonomi dan perdagangan, namun pada saat Timur Tengah telah berada dalam kekuasaan Khilafah Islam, relasi tersebut meluas menjadi relasi politik-keagamaan dan intelektual.
    Tulisan ini akan membahas relasi politik-keagamaan antara penguasa pribumi Nusantara dan penguasa Khilafah Islam ditinjau dari sudut Indonesia sentris dan mengikuti pembabakan (kronologi) sejarah Indonesia. Pembahasan tersebut akan dikupas sejauh sumber sejarah yang telah penulis temukan dalam bentuk buku sekunder maupun jurnal ilmiah. Melalui pembahasan ini diharapkan akan tergambar eksistensi dan pengaruh Khilafah Islam dalam sejarah Indonesia, mengingat hal ini penting untuk selalu diungkap pada saat ini untuk menghadang arus de-Islamisasi sejarah Indonesia.
Korespondensi dan Pengakuan
    Hubungan antara Nusantara dengan Timur Tengah melibatkan sejarah yang panjang. Kontak paling awal antara kedua wilyah ini, khususnya berkaitan dengan perdagangan, bermula sejak masa Phunisia dan Saba’. Kehadiran Muslim Timur Tengah ke Nusantara pada masa-masa awal pertama kali disebutkan oleh agawan dan pengembara terkenal Cina, I-Tsing yang pada 51 H/617 M.  sampai ke Palembang yang merupakan ibu kota kerajaan Buddha Sriwijaya. Mereka yang berada di Nusantara merupakan para pedagang yang kaya dan memiliki kekuatan ekonomi. Dalam padangan Azyumardi Azra, interaksi mereka di Palembang  ini yang merupakan salah satu factor penting pendorong raja Sriwijaya mengirim surat kepada Khalifah Bani Abasiyah.
    Ketika Khilafah diperintah Bani Umayyah (660-749 M), sejumlah wilayah di Nusantara masih berada dalam kekuasaan Kerajaan Hindu-Budha . Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha di Nusantara yang tercatat memberikan pengakuan terhadap kebesaran Khalifah. Pengakuan ini dibuktikan dengan adanya dua pucuk surat yang dikirim oleh raja Sriwijaya kepada Khalifah di zaman Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Mu’awiyah, dan surat kedua dikirim kepada ‘Umar bin “Abd al-‘Aziz.
Surat pertama ditemui dalam sebuah diwan (sekretaris) Mua’awiyah dan memiliki gaya tipikal surat-surat resmi penguasa Nusantara. Diriwayatkan pembukaan surat tersebut:
(Dari Raja al-Hind – atau tepatnya Kepulauan India) yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani seribu putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar (Batanghari dan Musi), yang mengairi pohon gahana (aloes), kepada Mu’awiyah…”
Surat kedua, yang mempunyai nada yang sama, jauh lebih lengkap. Surat yang ditunjukan kepada Khalifah ‘Umar bin “Abd al-‘Aziz itu menunjukkan betapa hebatnya Maharaja dan kerajaannya:
“Nu’aym bin Hammad menulis: “Raja al-Hind (Kepulauan) mengirim sepucuk surat kepada ‘Umar bin “Abd al-‘Aziz, yang berbunyi sebagai berikut: “Dari Raja Diraja (Malik al-Malik = maharaja); yang adalah keturunan seribu raja; yang istrinya juga adalah anak cucu seribu raja; yang dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wewangiannya sampai menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab (‘Umar bin “Abd al-‘Aziz), yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya (atau di dalam versi lain, yang akan menjelaskan Islam dan menjelaskannya kepada saya).”
    Dari pemaparan di atas dapat dipahami Khilafah Islam telah menunjukan eksistensinya di Nusantara sejak masa Kerajaan Hindu-Budha atau sejak Khilafah itu sendiri kokoh menjadi Negara yang menaungi berbagai bangsa di dunia. Khilafah pun mendapatkan pengakuan dari raja Nusantara sehingga muncul ketertarikan mereka kepada dakwah Islam. Hal ini yang pada perkembangan selanjutnya menjadi faktor  yang mengkonversi masyarakat di Nusantara terutama di para penguasanya menjadi masyarkat Muslim dan muncul pemerintahan baru bercorak kesultanan.
Bahasa Politik Islam
    Meskipun wilayah Muslim Asia Tenggara scara kultural kurang ter-arabisasi, bahasa Arab memainkan peran penting dalam kehidupan social keagamaan kaum Muslim. Berbagai suku di Nusantara mengadupsi peritilahan Arab ke dalam kehidupan mereka. Sejumlah kosakata Arab yang ‘diadopsi masyarakat Nusantara berkaitan dengan permasalahan politik. Untuk menyebut contoh misalkan, daulatsultankhalifahbaiat, tadbir, harb, jihad, aman, majlis, musyawarah, hukum, qanun, dsb. Penggunaan kosakata politik Islam dapat dipastikan menjadi meluas ketika institusi politik Islam mulai berdiri pada akhir abad’ ke-13. Dengan konversi penguasa ke Islam, entitas politik yang selama ini dikenal sebagai ‘kerajaan” kini secara resmi disebut “kesultanan”.
    Sejumlah penguasa Muslim di Nusantara mengusahakan legitimasi gelar sultan mereka dari penguasa politik dan keagamaan di Timur Tengah. Penguasa Banten, Abd al-Qadir (berkuasa 1625-1651), pada 1638 menerima anugerah gelar sultan dari Syarif Mekkah. Pangeran Rangsang, penguasa Mataram, pada 1641 mengirimkan utusan ke Hijaz menghadap Syarif Mekkah, tanpa banyak tanya Syarif langsung memberikan gelar sultan kepada Pangeran Rangsang, yang selanjutnya lebih terkenal sebagai Sultan Agung. Begitu pula Kesultanan Aceh, lalu Kesultanan Palembang dan Makassar, yang juga menjalin hubungan khusus dengan penguasa Mekkah.
    Berbagai sumber telah menyebutkan tentang kegigihan sebagian penguasa Muslim Nusantara untuk mendapatkan gelar sultan dari Kekhilafahan Islam di Timur Tengah, yang diwakili oleh Syarif Mekkah. Hal ini bukan saja menunjukan  hasrat kuat mereka agar mendapatkan legitimasi tetapi juga mengisyaratkan keinginan untuk mengasosiasikan diri dengan kekuasaan Khilafah Islam. Dengan kata lain, entitas dan Muslim polities di kawasan Nusantara ingin diakui sebagai bagian integral dari Daulah Islam. Contoh paling konkret adalah Aceh yang secara resmi menyatakan kepada penguasa Turki Usmani sebagai sebuah vassal state Kesultanan Utsmani.
    Oleh karena itu konsep politik dan kekuasaan di Nusantara pada periode ini terkait erat dengan perkembangan Khilafah Islam di Timur Tengah. Konsep ini segera menemukan tempat yang signifikan dalam tradisi dan kultural politik di Nusantara. Untuk beberapa waktu kondisi ini tetap bertahan hingga kemudian paradigma politik Islam di kawasan Nusantara merosot setelah muncul periode kolonialisme di Nusantara yang diiringi penyebaran gagasan-gagasan dan konsep politik alaBarat, seperti Nasionalisme dan nation-state.
Penjaga Perjalanan Haji Nusantara
    Keberadaan Turki Utsmani sebagai khilafah Islam, terutama setelah berhasil melakukan futuhat atas Konstantinopel, ibu kota Romawi Timur, pada 857 H/1453 M, menyebabkan nama Turki melekat di hati umat Islam Nusantara. Nama yang terkenal bagi Turki di Nusantara ialah “Sultan Rum.” Istilah “Rum” tersebar untuk menyebut Kesultanan Turki Utsmani. Mulai masa ini, supremasi politik dan kultural Rum (Turki Utsmani) menyebar ke berbagai wilayah Dunia Muslim, termasuk ke Nusantara.
    Kekuatan politik dan militer Khilafah Utsmaniyah mulai terasa di kawasan lautan India pada awal abad ke-16. Sebagai khalifah kaum Muslim, Turki Utsmani memiliki posisi sebagai khadimul haramayn (penjaga dua tanah haram, yakni Makkah dan Madinah). Pada posisi ini, para Sultan Utsmani mengambil langkah-langkah khusus untuk menjamin keamanan bagi perjalanan haji. Turki Utsmani mengamankan rute haji dari wilayah sebelah Barat Sumatera dengan menempatkan angkatan lautnya di Samudra Hindia. Kehadiran angkataan laut Utsmani di Lautan Hindia setelah 904 H/1498 M tidak hanya mengamankan perjalanan haji bagi umat Islam Nusantara, tetapi juga mengakibatkan semakin besarnya saham Turki dalam perdagangan di kawasan ini.
Bantuan Militer
    Ketika Sultan Ala Al-Din Riayat Syah Al-Qahhar naik tahta di Aceh pada tahun 943 H/1537 M, ia kelihatan menyadari kebutuhan Aceh untuk meminta bantuan militer kepada Turki. Bukan hanya untuk mengusir Portugis di Malaka, tetapi juga untuk melakukan futuhat ke wilayah-wilayah yang lain, khususnya daerah pedalaman Sumatera, seperti daerah Batak. Al-Kahar menggunakan pasukan Turki, Arab dan Abesinia. Pasukan Turki sebanyak 160 orang ditambah 200 orang tentara dari Malabar, mereka membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Selanjutnya dikerahkan Al-Kahhar untuk menaklukkan wilayah Batak di pedalaman Sumatera pada tahun 946 H/1539 M. Mendez Pinto, yang mengamati perang antara pasukan Aceh dengan Batak, melaporkan kembalinya armada Aceh di bawah komando seorang Turki bernama Hamid Khan, keponakan Pasya Utsmani di Kairo.
    Nur Al-Din Al-Raniri dalam Bustan Al-Salathin meriwayatkan, Sultan Ala Al-Din Riayat Syah Al-Qahhar mengirim utusan ke Istanbul untuk menghadap “Sultan Rum”. Utusan ini bernama Huseyn Effendi yang fasih berbahasa Arab. Pada Juni 1562 M, utusan Aceh tersebut tiba di Istanbul untuk meminta bantuan militer Utsmani guna menghadapi Portugis. Ketika duta itu berhasil lolos dari serangan Portugis dan sampai di Istanbul, ia berhasil mendapat bantuan Turki, yang menolong Aceh membangkitkan kebesaran militernya sehingga memadai untuk menaklukkan Aru dan Johor pada 973 H/1564 M.
    Hubungan Aceh dengan Turki Utsmani terus berlanjut, terutama untuk menjaga keamanan Aceh dari serangan Portugis. Penguasa Aceh berikutnya, Sultan Ala Al-Din Riayat Syah (988-1013 H/1588-1604 M) juga dilaporkan telah melanjutkan pula hubunghan politik dengan Turki. Dikatakan, Khilafah Utsmaniyah bahkan telah mengirimkan sebuah bintang kehormatan kepada Sultan Aceh, dan memberikan izin kepada kapal-kapal Aceh untuk mengibarkan bendera Turki.
Pan-Islamisme di Nusantara
    Di saat Khilafah Islamiyah berada pada masa sulit, di mana beberapa daerahnya mulai hendak diduduki oleh kaum penjajah, munculah upaya untuk terus mengokohkan persatuan Islam yang dimotori oleh Sultan Abdul Hamid II. Beliau menyatakan, “Kita wajib menguatkan ikatan kita dengan kaum Muslim di belahan bumi yang lain. Kita wajib saling mendekat dan merapat dalam intensitas yang sangat kuat. Sebab, tidak ada harapan lagi di masa depan kecuali dengan kesatuan ini.” Inilah gagasan yang kelak dikenal sebagai Pan-Islamisme. Upaya penguatan kesatuan Islam pun sampai ke Indonesia (Hindia Belanda).
    Upaya pengokohan penyatuan ini terus dilakukan. Hingga tahun 1904 telah ada 7 sampai 8 konsul (‘utusan’ pen.) yang pernah ditempatkan Khilafah Utsmaniyah di Hindia Belanda. Diantara aktivitas para konsul ini adalah membagi-bagikan mushaf al-Quran atas nama sultan, dan pencetakan karya-karya theologi Islam dalam bahasa Melayu yang dicetak di Istambul. Di antara kitab tersebut adalah tafsir al-Quran yang di halaman judulnya menyebut “Sultan Turki Raja semua orang Islam”. Istilah Raja di sini sebenarnya mengacu pada kata al-Malik yang berarti penguasa, dan semua orang Islam mengacu pada istilah Muslimin. Jadi, sebutan tersebut menunjukkan deklarasi dari sang Khalifah bahwa beliau adalah penguasa kaum Muslim sedunia. Hal ini menunjukkan bahwa khilafah Utsmaniyah terus berupaya untuk menyatukan kesultanan Melayu ke dalamnya, termasuk melalui penyebaran al-Quran.
    Sebagai respon terhadap gerakan penyatuan Islam oleh Khilafah Utsmaniyah ini, di Hindia Belanda terdapat beberapa organisasi pergerakan Islam di Hindia Belanda yang mendukung gerakan tersebut. Abu Bakar Atjeh menyebutkan di antara organisasi tersebut adalah Jam’iyat Khoir yang didirikan pada 17 Juli 1905 oleh keturunan Arab. Karangan-karangan pergerakan Islam ini di Hindia Belanda dimuat dalam surat-surat kabar dan majalah di Istambul, di antaranya majalah Al-Manar. Khalifah Abdul Hamid II yang tinggal di Istambul pun pernah mengirimkan utusannya ke Indonesia, bernama Ahmed Amin Bey, atas permintaan dari perkumpulan tersebut untuk menyelidiki keadaan kaum Muslim di Indonesia. Akibatnya, pemerintah kolonial Hindia Belanda menetapkan pelarangan bagi orang-orang Arab mendatangi beberapa daerah tertentu.
    Organisasi pergerakan Islam lain yang muncul sebagai respon positif terhadap penyatuan ini adalah Sarikat Islam. Peristiwa dikibarkannya bendera Turki Utsmani pada Kongres Nasional Sarikat Islam di Bandung pada tahun 1916, sebagai simbol solidaritas sesama muslim dan penentangan terhadap penjajahan, menunjukkan hal tersebut. Pada masa itu, salah satu usaha yang dilakukan Khilafah Ustmaniyah adalah menyebarkan seruan jihad dengan mengatasnamakan khalifah kepada segenap umat Islam, termasuk Indonesia, yang dikenal sebagai Jawa.
Respon atas Keruntuhan Khilafah
    Pada permulaan tahun 1920 Khilafah Usmani menemui babak baru. Setelah Turki dikuasai Musatafa Kemal, Turki diubah menjadi sebuah negara republic yang sekuler dan tidak hanya itu bahkan ia mengumumkan penghapusan kekhilafahan Islam di Turki. Peristiwa tersebut segera mengejutkan dunia Islam dan  membawa respon sejumlah umat Islam  untuk mewujudkan kembali Khilafah Islam yang akan menyatukan mereka dan menerapkan hukum-hukum Islam. Oleh karenanya di berbagai tempat, termasuk di Nusantara, mulai dibicarakan ide pernegakkan khilafah kembali.
    Eksistensi sejarah umat Islam Nusantara dalam memperjuangkan khilafah telah diamini oleh para sejarawan Indonesia maupun Barat. Diantaranya adalah apa yang dinyatakan oleh Prof. Deliar Noer, Prof. Aqib Suminto, dan Martin van Bruinessen dalam tulisan akademis mereka. Deliar Noer dalam disertasinya, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 (Cornell University, 1962), menyatakan bahwa umat Islam di Indonesia tidak hanya berminat dalam masalah khilafah, tetapi juga merasa berkewajiban memperbincangkan dan mencari penyelesaiannya. Lalu Aqib Suminto dalam disertasinya, Politik Islam Hindia Belanda (IAIN Jakarta, 1985), menuturkan tentang pengaruh Pan-Islamisme di Indonesia dalam perjuangan khilafah saat itu. Dia menyatakan ada kaitan yang erat antara paham Pan-Islamisme dan jabatan Khalifah karena Khalifah merupakan simbol persatuan ummat Islam di seluruh belahan dunia. Hal senada juga diungkapkan oleh seorang orientalis Belanda, Martin van Bruinessen, dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Muslim of Dutch East Indies and The Caliphate Question (Studia Islamika, 1995). Peristiwa penghapusan Turki Usmani yang kemudian disusul seruan ulama al-Azhar untuk memilih khalifah baru, dan penaklukan Hijaz oleh Ibn Sa’ud, mendapatkan antusiasme yang sangat besar dari umat Islam Indonesia sehingga menimbulkan pergerakan yang masif di Indonesia. Menurut arsip Pemerintah Kerajaan Belanda, seperti dikutip van Bruinessen, hal itu bahkan dianggap sebagai “sebuah tonggak bersejarah dalam pergerakan umat Islam di negeri ini”.
    Dalam  dinamika sejarah umat Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-20, terlihat bahwa perjuangan khilafah merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Tidak lama setelah Khilafah Turki Usmani diruntuhkan, sejumlah besar dari bangsa Indonesia yang terdiri  dari para ulama, tokoh pergerakan Islam, serta elemen ummat Islam lainnya terlibat dalam perjuangan ini. Mereka merasa berkewajiban untuk memperbincangkan dan mencari penyelesaian dalam rangka membentuk khilafah baru.
    Pada Desember 1924 di Surabaya diadakan sebuah pertemuan yang dikenal dengan Kongres Al-Islam Luar Biasa. Kongres ini memang sangat luar biasa karena dihadiri oleh 68 organisasi Islam yang mewakili pusat maupun cabang juga dihadiri ulama-ulama dan ribuan umat Islam yang lain. Mereka yang hadir menyepakati sebuah rumusan khilafah yang baru. Rumusan tersebut yakni:
1. Agar dibentuk suatu Majelis Khilafah yang melaksanakan kekuasaan dan kewajiban khalifah atas dasar hukum-hukum Qur’an dan Hadits
2. Kepala Majelis mengatur, menjaga, dan mengupayakan terlaksananya keputusan-keputusan Majelis
3. Kepala Majelis dipilih oleh Majelis berdasrkan Syari’ah yang disetujui atasnya dalam permusyawaratan khilafah kemudian pemilihan tersebut diumumkan agar mendapat pengakuan dari seluruh umat Islam di dunia
4. Majelis Khilafah mengupayakan persamaan paham dan peraturan bagi segala perkara hukum Islam
5. Majelis Khilafah hendaklah berada di Mekkah
6. Tentang biaya untuk Majelis Khilafah bersama-sama perlu ditemukan kesepakatan dengan umat Islam yang lain atas hal ini.
    Sikap mereka ini tidak terlepas dari pengaruh Pan-Islamisme. Cita-cita persatuan Islam dalam satu pemerintahan Islam yang merdeka menjadi sebuah harapan besar bagi mereka yang saat itu hidup dibawah penjajahan bangsa asing dan kafir. Untuk beberapa waktu cita-cita internasional ini masih tetap bertahan hingga kemudian mereka melupakannya dan mengalihkan perhatian mereka kepada cita-cita nasionalisme yakni menuju negara bangsa yang merdeka. Sejak saat itu perjuangan khilafah berangsur-angsur hilang tergantikan oleh perjuangan nasionalisme.
    Dilupakannya persoalan khilafah oleh ummat Islam Indonesia dikarenakan terjadinya perubahan orientasi perjuangan sejumlah pergerakan pada masa itu. NU, Muhammadiyyah, dan Al-Irsyad lebih memfokus perjuangan mereka ke bidang sosial dan pendidikan. Selain itu, perselisihan paham yang telah lama terjadi di antara kelompok pembaharu yang diwakili Muhamadiyyah dan Al-Irsyad, dengan kelompok tradisional (NU), kian meruncing sehingga persoalan khilafah yang semula menjadi perjuangan bersama pada akhirnya ditinggalkan.
    Penyebab yang lain, Sarekat Islam yang paling konsen dalam menjaga persatuan umat Islam di Indonesia sudah tidak berkharisma lagi dihadapan umat Islam yang lain setelah Sarekat Islam justru ikut terjerat dalam perselisihan internal umat Islam. Sejak saat itu perjuangan Sarekat Islam sudah tidak lagi mewakili aspirasi politik umat Islam di Indonesia. Mereka juga tidak bisa lagi mengklaim sebagai pelopor gerakan nasional setelah ada PNI yang menggantikan posisi mereka dengan gagasan nasionalismenya. Selain itu sokongan dunia Islam terhadap persoalan khilafah yang menghilang, akibat konspirasi Barat, mengakibatkan Sarekat Islam meninggalkan perjuangan khilafah dan mengalihkannya pada perjuangan Islam dalam konteks kebangsaan.

Sumber:
 http://catatan-sijacky.blogspot.com/2015/04/hubungan-nusantara-dan-daulah-khilafah.html?m=1

Konsistensi Karakter Muslimin Nusantara Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Saat rakyat menikmati syariat...


Konsistensi Karakter Muslimin Nusantara

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Saat rakyat menikmati syariat Islam di Nusantara. Penjajah menghapusnya. Saat merdeka, harapan ini memuncak. Dengan lapang dada  ditunda demi toleransi.

Jiwa raga telah dipersembahkan. Kekayaan dan air mata telah dikorbankan. Balasannya, dicap teroris dan radikal

Sejak Pasai, Mataram, Diponegoro, Padri. Semua terhubung ke Khalifahan Islam. Saat ingin kembali ke syariat Islam dicap gerakan trans-nasional.

Saat Portugis, Belanda dan Spanyol datang berdagang, diterima dengan senyuman. Saat berniat menjajah, dilakukan perlawanan. Ini karakter Umat Islam.

Ada pembela penjajahan. Saat merdeka, berteriak cinta Nusantara. Mereka ingin dinomorsatukan. Ini bukan karakter Umat Islam.

Saat penjajah menginjak bumi Nusantara. Mereka berada dibalik bentengnya. Menjalankan misi penjajah. Saat merdeka, paling lantang meminta penghargaan.

Alam semesta masih kokoh berdiri karena keberadaan umat Islam yang menjalankan perannya. Teruslah beristiqamah demi seluruh manusia.

Teruslah menjadi umat wasathan, amar makruf nahi munkar dan berjihad. Itulah cara membangun  alam semesta.

Teruslah berlapang dada, menegakkan keadilan dan kemaslahatan. Itulah tiang pemeliharaan alam semesta.

Siklus naik dan turun, hanya untuk membuktikan bahwa peran umat Islam konsisten dengan karakter dalam semua keadaan.

Ada Nabi atau tidak. Ada khalifah atau tidak. Memiliki kekuatan atau saat lemah. Karakter Umat Islam tetaplah konsisten.

Balasan terbesar bagi umat Islam bukan menggenggam kekuatan dan kekhalifahan, tetapi saat beristiqamah dalam seluruh keadaan. Inilah kemukijzatan yang abadi.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (177) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)