basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

"Jamuran" Permainan Anak Karya Sunan Giri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sejak kecil anak ...

"Jamuran" Permainan Anak Karya Sunan Giri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Sejak kecil anak harus dididik. Cara mendidik yang terbaik dengan permainan. Pendidikan yang terbaik pada saat anak memasuki usia Golden Age. Untuk itulah Sunan Giri menciptakan beragam permainan anak. Salah satunya permainan Jamuran.

Jamuran bisa dimainkan anak-anak yang berjumlah 4-12. Jamuran biasanya diadakan di waktu sore dan malam saat Bulan Purnama.

Anak-anak yang ikut bermain umurnya diantaranya 6 sampai 13 tahun. Bermain jamuran bisa dimainkan oleh anak lelaki, anak perempuan atau campuran. Bermain jamuran hanya membutuhkan tanah lapang yang luas.

Contohnya yang bermain berjumlah 10 orang (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J), lalu diundi dengan (bahasa Jawa: Pingsut), siapa yang kalah akan jadi. Contohnya yang jadi J, lalu A, B, C, D, E, F, G, H, I membentuk barisan yang berbentuk lingkaran, memutari J yang ada di tengah. Lalu A sampai I tadi berjalan berputar memutari J, sambil menyanyikan lagu jamuran.

Jamuran
Jamuran ya gégé thok
Jamur apa ya gégé thok
Jamur gajih mbejijih sa ara-ara
Sira mbadhé jamur
Sira badhe jamur opo?

Tiba pada kalimat ‘siro badhe jamur opo?’, si anak yang berada di tengah lingkaran lantas berteriak menyebut sebuah gerakan pura-pura yang wajib kami perbuat.
Anak-anak lain yang semula bergandengan tangan membentuk lingkaran, kontan berhamburan. Untuk menirukan seperti apa yang di ucapkan si anak yang kalah tadi. Misal seperti ini…
'Jamur motor!’

Ketika di ucapkan ‘jamur motor!’, anak-anak yang berhamburan untuk berubah menjadi berbagai kendaraan beroda. Ada yang menjadi mobil polisi. Ada yang menjadi dokar. Ada yang menjadi sepeda motor. Ada yang menjadi kereta. Masing-masing kami bergumam menirukan suara tiap-tiapnya sembari berjalan mondar-mandir. Hingga terdengar lagi sebuah suara. Ketika ada anak yang tidak bisa menirukannya, itu artinya ia yang JADI.

1. https://gpswisataindonesia.info/sejarah-permainan-tradisional-jamuran/

2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jamuran#:~:text=Jamuran%20adalah%20permainan%20yang%20berasal,diantaranya%206%20sampai%2013%20tahun.
3. Atlas Wali Sanga, Agus Sunyoto, IIMaN 2017

"Umpetan", Mainan Anak Karya Sunan Giri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Masa kecil memang i...

"Umpetan", Mainan Anak Karya Sunan Giri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Masa kecil memang indah. Salah satunya dengan banyak bermain. Salah satu yang digemari adalah permainan "tak umpet", umpetan atau jelungan.

Cara bermainnya, pemain pemenang bersembunyi, sementara pemain kalah atau ?dadi? berusaha mencari pemain lain tanpa harus meninggalkan terlalu jauh pangkalan sebagai tempat bermain.

Ada juga polanya, dari beberapa pemain diambil 1 orang yang jaga tempat. Yang jaga ditutup matanya sambil menghitung sampai angka yang ditentukan. Pemain yang lain, sembunyi di wilayah tempat yang sudah disepakati. Sampai hitungan selesai, si penjaga mencari temannya sampai semua ditemukan, yang akan jaga selanjutnya yaitu teman yang pertama kali ditemukan

Model permainan lainnya, 
salah satu diantara anak-anak yang bermain ada yang menjadi pemburu, dan yang lainnya menjadi obyek buruan. Mereka akan selamat dari kejaran pemburu bila telah berpegang pada batang pohon yang telah di tentukan lebih dulu. Inilah permainan yang disebut jelungan.

Tak disangka bahwa permainan ini diciptakan oleh Sunan Giri agar anak-anak dapat memahami tauhid dengan permainan. Belajar sambil mengokohkan keimanan. Apa makna permainan tersebut?

Arti permainan tersebut adalah seorang yang sedah berpegang teguh pada agama Islam Tauhid maka ia akan selamat dari ajakan setan atau iblis yang di lambangkan sebagai pemburu.

1.https://ctzahra.wordpress.com/2013/06/15/dolanan-permainan-jaman-masih-kecil/amp/
2.https://sen1budaya.blogspot.com/2014/03/jelungan.html?m=1
3.https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=203
4. Atlas Wali Sanga, Agus Sunyoto, Pustaka IIMaN 2017

Prabu Satmata, Raja Islam Pertama di Tanah Jawa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kesultanan Demak buka...

Prabu Satmata, Raja Islam Pertama di Tanah Jawa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kesultanan Demak bukan kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Fattah bukan pula Raja Islam pertama di Jawa. Sebelumnya sudah ada seorang raja Islam, yaitu  seorang Walisanga yang masih keturunan raja Majapahit Bhre Wirabhumi. Ibunya dari kerajaan Blambangan dan Bapaknya Maulana Ishak pelopor Walisanga pertama. Dialah Sunan Giri, Raden Paku atau Prabu Satmata.

Menurut Buya Hamka, sebelum Demak berdiri, Raden Paku sudah mendirikan kerajaan agama. Giri telah menjadi pusat keagamaan yang besar. Raja Majapahit pun tidak memiliki kesanggupan untuk menghapuskan kekuasaan agama.

Saat Kerajaan Majapahit beranjak redup dengan lepasnya satu per satu negeri taklukannya. Majapahit kemudian bahkan memberikan status otonom untuk daerah Giri. Situasi ini membuat Raden Paku alias Sunan Giri berpeluang mendirikan pemerintahan kecil di pesantrennya, atau yang nantinya dikenal dengan nama Giri Kedaton, Kedatuan Giri, atau Kerajaan Giri.

Dikutip dari buku Mengenal Sejarah dan Budaya Masyarakat Gresik (2005) karya Mustakim, Kedatuan Giri pada akhirnya memisahkan diri dari Majapahit yang pengaruhnya semakin melemah. Sunan Giri tampil sebagai penguasa Giri dengan gelar Prabu Satmata atau Sultan Abdul Faqih yang memimpin sejak tahun 1487 hingga 1506 Masehi.

Setelah Sunan Ampel wafat, kekuasaan Giri menjadi lebih besar karena wilayahnya meliputi Ampel, Gresik, Tuban, dan Jalaratan lama. Sebelum Demak berdiri, para bupati atau adipatinya kebanyakan telah Islam.

Sunan Giri oleh bangsa Barat disebut sebagai Paus dari Timur bahkan sering disebut sebagai guru suci atau pandhita ratu. Dengan kewibawaan inilah yang memberikan gelar sultan kepada raja-raja Demak dan Mataram harus dapat pengakuan dari Giri.

Giri bukanlah semata tempat tinggal dan pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri, tetapi sebuah istana kerajaan. Susunan gedungnya terdiri dari Bangsal dan Puri.

Bangsal merupakan pusat kekuasaan raja. Yaitu, sebuah kompleks perkantoran tempat raja bekerja sebagai kepala negara, pemegang otoritas hukum dan keagamaan. Di sini pula, Raja menerima tamu, memimpin rapat para menteri, dan menetapkan hukum.

Sedangkan Puri, merupakan kediaman pribadi raja dan keluarga raja. Disini pula, raja menjalankan fungsinya sebagai pemimpin keluarga sekaligus pemimpin adat dan tradisi. Disamping sebagai Raja, Sunan Giri juga sebagai saudagar. Dengan perannya sebagai Raja, Pandhita Ratu dan Saudagar, maka kontribusinya sangat besar dalam menyebarkan Islam ke luar Jawa.

Sebelum Demak berperan di Nusantara, Sunan Giri dengan jaringan perdagangan sudah merintis Islamisasi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Kehadiran Demak hanya tinggal menyempurnakan apa yang telah dilakukan oleh Sunan Giri.

Sumber:
1. Atlas Wali Sanga, Agus Sunyoto, IIMaN 2017
2. Walisanga, Rachmad Abdullah, Wafi 2015
3. Sejarah Umat Islam,  Buya Hamka, GIP 2016 4.https://tirto.id/sejarah-giri-kedaton-kerajaan-ulama-merdeka-dari-majapahit-gclk

Efek Buruk Prokes tanpa Analisa  




Efek Buruk Prokes tanpa Analisa


 

Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana (Bagian-2) (Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka, oleh Na...


Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana
(Bagian-2)

(Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka, oleh Nasrulloh Baksolahar)

Di zaman sekarang, tuduhan Islam anti Pancasila, bukanlah sepi, bahkan tambah santer. Walaupun sudah dijelaskan bahwa mukadimah UUD 1945 dirancang oleh ulama dan pemimpin Islam, tetapi keterangan tersebut tetap tak dipedulikan.

Walaupun 1001 dijelaskan bahwa kelima sila Pancasila adalah bagian ajaran Islam, namun kebencian yang telah merasuk ke alam sadar, hasil indoktrinasi, tak mungkin dihilangkan.

Ada nasihat, supaya para ulama, mubaligh, khatib, dan ahli dakwah terlepas dari bahaya, urusi agama saja, jangan campur dengan politik dan hendaklah membantu pemerintah. Sediakan waktu untuk melancarkan program pemerintah.

Alangkah herannya, orang yang sudah terbentuk oleh Al-Qur'an harus memisahkan agama dan politik. Islam tak mengenal pembatasan tersebut. Alangkah bingungnya Muslim jika dilarang mengurus dunia dan hanya mengurus akhirat saja. Padahal nasib di akhirat ditentukan oleh amalnya di dunia.

Membantu pemerintah itu, "Membenarkan yang benar dan membatalkan mana yang salah." Bukankah manusia itu tidak terbebas dari khilaf dan lupa? Sedangkan hukum Allah mutlak kebenarannya.

Padahal, meskipun terlihat kekocar-kaciran umat Islam, orang tetap mengharapkan bantuannya. Jadi, tak ada satu pemerintah pun yang berani berdiri kalau di dalamnya tidak ada dari kalangan Islam.

(Bersambung)

Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana (Bagian-3, habis) (Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka, ...


Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana
(Bagian-3, habis)

(Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka, oleh Nasrulloh Baksolahar)

Bila membantu pemerintah bukan hal yang mudah, fitnah pun akan muncul. Difitnah, hendak menukar haluan negara dengan Islam. Bagi mereka Islam lebih besar dari segala bahaya. Bila diam saja, maka berdosa karena agama mengajarkan jihad.

Meninggalkan jihad, artinya vonis kematian bagi Islam.

Di era sekarang, kita wajib aktif menegakkan agama di negri ini. Tidak menganggu Pancasila, Pancasila tak perlu diganggu. Bila ini benar-benar diperjuangkan, tidak sedikit kemenangan Islam di negri ini.

Kita difitnah hendak merombak Pancasila, padahal yang memfitnah itu sendiri tidak berani menjalankan Pancasila dengan sungguh-sungguh.

Kita mempunyai tugas khusus dari Allah untuk bekerja keras, berjihad, beramal menegakkan Islam hingga di dalam negara kita. Ini merupakan pekerjaan berat dan banyak halangannya.

Imam Al-Ghazali berkata, "Apabila suatu tujuan teramat suci dan mulia, sukarlah jalan yang harus ditempuh, dan banyaklah penderitaan yang akan ditemui di tengah jalan."

Namun tetaplah berbesar hati sebab tempat bertanggungjawab bukan pada manusia, tetapi langsung kepada Allah. Asal sadar, tidak ada seorang manusia pun yang akan dapat memperalat kita, baik untuk kepentingan kedudukannya maupun kekuasaannya.

Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana (Bagian-1) (Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka) Tekanan...

Islam Dalam Bahaya, Semuanya Ngantri ke Istana
(Bagian-1)

(Diringkas dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Buya Hamka)

Tekanan jiwa belum pulih, indoktrinasi terus dipompakan dengan paksaan ke dalam jiwa dan mental dengan menghamburkan uang berjuta-juta (sekarang milyaran). Yang paling menderita adalah umat Islam.

Di tahun 1960, saya katakan  "Islam dalam Bahaya". Komunis kian hari kian diberi hati oleh Presiden. Kristenisasi berkali lipat daripada di masa Belanda. Ulama yang berani berterus terang menyatakan Islam dalam aqidah sejati kian dipersempit langkahnya.

Pondok pesantren terus ditinggalkan. Ulama berduyun mencari pangkat dan kebesaran ke kota. Organisasi Islam supaya tidak dibubarkan tidak segan menjual keyakinannya pada Istana atau pihak berkuasa. Kekuatan Islam telah habis, meskipun orang masih ramai shalat Jumat.

Antara satu golongan Islam dengan yang lainnya dipecah belah, dimunculkan fitnah. Ada yang dirangkul, ada yang disepak. Yang satu dipuji, yang lain dibenci. Akhirnya, semua berduyun-duyun mendekati Istana, takut ke Istana. Bila ketinggalan, nanti difitnah oleh kawannya sendiri.

Bila sekiranya mau mengatakan Islam bisa bekerjasama dengan komunis. Bila mau mengatakan Nasakom itu perasaan dari Pancasila. Bila menyitir ayat Al-Qur'an dan Hadist sesuai kemauan negara. Bila mau memuja perbuatan mungkar dengan ayat Al-Qur'an dan Hadist. Maka selamatlah jiwanya, tetapi mendustai diri sendiri.

Seorang pejuang penegak Al-Qur'an pada hakikatnya adalah seorang yang terpaksa berani karena dia penakut. Ia berani menempuh bahaya di dunia, karena takut bahaya di akhirat.

Saat Belanda menjajah negri ini sampai 350 tahun, yang diajarkan Islam itu bahaya. Islam itu pemberontak melawan kekuasaan. Setelah merdeka, ajaran membenci Islam lebih diaktifkan lagi. Ditekankan dalam doktrin komunis, Islam itu kontra revolusi, subversi, Islam itu anti Pancasila. Orang Islam hendak mendirikan negara Islam dengan kekerasan dan akan melakukan kudeta.

(Bersambung)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)