Surat Asy-Syams, Cakrawala Tadabur dan Tafakur yang Sempurna
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Syekh Nawawi al-Bantani menulis kitab Maraqi al-'Ubudiyyah, yang merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali.
Kitab ini membahas tentang ibadah dan perjalanan rohani seorang hamba kepada Allah SWT. Syekh Nawawi menyelesaikan penulisan kitab ini pada malam Ahad, 13 Zulqaidah 1280 H/1872 M.
Dalam kitab tersebut, dijelaskan bahwa barangsiapa yang mewiridkan surat As-Syam maka akan dianugerahi ilmu dan kecerdasan yang meliputi segala sesuatu. Mengapa bisa seperti itu?
Surat Asy-Syams dimulai agar manusia memperhatikan matahari dan waktu. Apa buah memperhatikan matahari dan waktu? Apa buah memperhatikan bulan? Apa buah memperhatikan siang dan malam? Apa buah memperhatikan langit dan bumi?
Apakah ada komponen alam semesta yang tidak diperhatikan dari ayat ini? Apakah ada yang terlewatkan dan terabaikan? Semua yang dipandang oleh mata, harus ditafakuri oleh manusia.
Buahnya, bisa jadi sains dan teknologi. Bisa jadi sistem manajemen dan kepemimpinan. Bisa jadi filosofi hidup dan ideologi. Bisa jadi beragam terobosan yang memudahkan kehidupan.
Setelah terpuaskan dengan alam semesta, apa lagi yang harus diperhatikan? Yang terkadang luput dari pandangan mata? Dirinya sendiri. Apa saja yang harus diperhatikan?
Jiwa dan penciptaannya. Ilham-ilham yang silih berganti memasuki relung jiwa manusia. Perhatikankanlah. Waspadalah. Sebab ada ilham takwa, juga kejahatan.
Bagaimana agar yang direspon, diikuti dan dijalankan adalah ilham takwa? Juga, mengabaikan ilham jahat? Bersihkan jiwa. Sucikanlah jiwa. Apakah sudah cukup?
Surat Asy-Syams diakhiri dengan kisah kaum Tsamud. Kisah tentang pendustaan terhadap Nabi Shaleh, menelantarkan dan membunuh mukjizatnya. Apa akibatnya? Sebuah kehancuran total.
Maka, perhatikan sejarah peradaban manusia agar peradaban yang dibangun tidak menghancurkan dan membinasakan manusia. Perhatikan yang mengokohkan dan menghancurkan peradaban. Itulah kesempurnaan cakrawala berfikir manusia.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ
Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),
(Asy-Syams [91]:1)
وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ
demi bulan saat mengiringinya,
(Asy-Syams [91]:2)
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ
demi siang saat menampakkannya,
(Asy-Syams [91]:3)
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ
demi malam saat menutupinya (gelap gulita),
(Asy-Syams [91]:4)
وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ
demi langit serta pembuatannya,
(Asy-Syams [91]:5)
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ
demi bumi serta penghamparannya,
(Asy-Syams [91]:6)
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ
dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya,
(Asy-Syams [91]:7)
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
(Asy-Syams [91]:8)
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)
(Asy-Syams [91]:9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
(Asy-Syams [91]:10)
اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ
ketika orang yang paling celaka di antara mereka bangkit (untuk menyembelih unta betina Allah).
(Asy-Syams [91]:12)
فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ وَسُقْيٰهَاۗ
Rasul Allah (Saleh) lalu berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina Allah ini beserta minumannya.”
(Asy-Syams [91]:13)
فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ
Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).
(Asy-Syams [91]:14)
وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا ࣖ
Dia tidak takut terhadap akibatnya.
(Asy-Syams [91]:15)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif