Degradasi Pemahaman Terhadap Persoalan Palestina
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Awalnya, persoalan Palestina adalah persoalan umat Islam di seluruh dunia. Buktinya, Nahdlatul Ulama (NU) telah menaruh perhatian kepada masalah ini sejak dahulu kala, yakni semenjak Indonesia belum merdeka.
Ulama NU, Kiai Mahfudz Shiddiq, mengajak seluruh ormas Islam di Indonesia untuk peduli pada Palestina. Seruan ini tertuang melalui suratnya tertanggal tertanggal 12 November 1938 M (19 Ramadhan 1357 H) yang mengajak PB al-Hidayah al-Islamiyah, PB Wartawan Muslimin Indonesia, PB al-Islam, PB Muhammadiyah, PB Musyawaratut Thalibin, PB al-Jam'iyyatul Washiliyah , PB al-lrsyad, PB ar-Rabithah al-AJawiyah, PB Perserikatan Ulama Indonesia, Lajnah Tanfidziyah PSII, Pucuk Pimpinan PSII Penyadar, dan Dewan Pimpinan Majelis Islam a'la Indonesia untuk menyikapi suasana Palestina saat itu.
Kemudian terjadi degradasi, persoalan Palestina menjadi persoalan bangsa Arab saja. Menjadi persoalan kawasan Timur Tengah saja. Degradasi ini dimulai sejak Perang Arab-Israel 1967, yaitu perang antara Israel dan tiga negara Arab tetangganya, yakni Mesir, Yordania, dan Suriah, yang berlangsung dari tanggal 5–10 Juni 1967.
Degradasi ke tiga, sejak sejumlah negara Arab melakukan kerjasama sendiri-sendiri untuk melindungi dirinya karena tekanan khususnya Amerika. Persoalan Palestina menjadi persoalan bangsa Palestina sendiri.
Degradasi ini dimulai sejak Mesir menandatangani Persetujuan Camp David di Gedung Putih Washington pada 26 Maret 1979. Isinya kesepakatan Mesir dan Israel mengakhiri permusuhan. Kedua negara akan memulai era yang baru perdamaian dan kerja sama.
Degradasi ke empat dimana sekelompok pemimpin Palestina tidak lagi menganggap Zionis Israel sebagai penjajah. Era ini dimulai sejak Perjanjian Oslo. Sebuah kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintah Zionis Israel dan pimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Perjanjian Oslo I diratifikasi pada 13 September 1993 di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Sedangkan Perjanjian Oslo II ditandatangani di Taba, Mesir, pada September 1995. Perjanjian ini untuk
mengakhiri konflik Israel dan Palestina, sehingga kedua belah pihak dapat berdiri berdampingan secara damai. Walaupun dalam realisasinya, penjajah Zionis Israel terus melakukan penjajahan di Palestina.
Degradasi ke lima, Palestina dianggap sudah tidak ada lagi. Era ini dimulai sejak Abraham Accords. Sebuah rangkaian perjanjian antara Israel dengan sejumlah negara Arab, antara lain Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko.
Perjanjian-perjanjian ini diperantarai oleh Amerika Serikat di era DonaldTrump. Maksudnya untuk menormalisasi hubungan diplomatik dan ekonomi antara Israel dan negara-negara Arab.
Kelemahan dari Abraham Accords adalah bahwa perjanjian itu mengabaikan nasib Negara Palestina. Abraham Accord diketahui mengakui keberadaan Israel tanpa persyaratan yang secara langsung terkait dengan permasalahan Palestina.
Puncaknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memamerkan peta "Timur Tengah Baru" tanpa keberadaan Palestina saat pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Jumat (22/9/2023).
Apakah degradasi ini terus berlanjut hingga lenyapnya Palestina dari peta dunia? Rakyat Palestina terus berjuang hingga terlahirlah gerakan Badai Al-Aqsa di Oktober 2023.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif