basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Ulama

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Ulama. Tampilkan semua postingan

Adab Berploitik Imam Al Ghazali Qaf Media Kreativa, 19 Okt 2020 Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah ...

Adab Berploitik

Imam Al Ghazali
Qaf Media Kreativa, 19 Okt 2020

Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah aku nasihat,” pinta sang raja.

Lantas sang alim bercerita, "Di sebuah negeri nun jauh hidup seorang raja adil dan mencintai rakyatnya. Suatu ketika ia sakit telinga hingga tuli, lalu ia menangis."

 Sang penasihat bertanya, “Mengapa engkau menangis, Paduka?” “Aku menangis bukan karena sakitku, tapi karena aku tidak mampu lagi mendengarkan keluhan rakyatku yang meminta pertolongan di depan singgasanaku.”

Mendengar hal itu, sang penasihat memerintahkan rakyatnya agar memakai baju merah untuk memberitahu sang raja bahwa orang tersebut sedang kesulitan.”

Begitulah kisah demi kisah mengalir dalam buku ini yang diperkuat dengan petuah yang menggugah akal dan menggedor hati. 

Meski bukan rujukan ilmu politik bagi para penguasa, namun kandungan kitab klasik ini sarat dengan etika berpolitik yang berharga, seperti tersirat dalam judul aslinya al-Tibru al-Masbuk fi Nashihat al-Muluk (Emas yang Didesain untuk Nasihat bagi Para Penguasa).

Mulanya ditujukan kepada Sultan Muhammad ibn Malik Syah dari Dinasti Saljuk, tapi isinya terus menginspirasi lintas generasi. Diulas luas dua poin utama: pertama, kekuatan akidah tauhid bagi pemimpin; kedua, keindahan moral, keadilan, keutamaan ilmu dan ulama. 

Krisis penguasa berakar dari krisis ulama. Ulama bisa jadi agen perubahan dalam perbaikan pemerintahan. Lewat buku ini, Imam al-Ghazali mengambil peran itu, tampil untuk reformasi moral kekuasaan pada masanya.

Baginya, penguasa dan ulama merupakan dua pilar penting untuk memakmurkan masyarakat. “Seorang pemimpin adil,” kutipnya, “lebih utama daripada ahli ibadah seratus tahun.” Sebab, keadilan pemimpin merupakan prasyarat untuk kesejahteraan masyarakat, di dunia dan akhirat.

Seorang Mukmin dengan Dirinya Seorang juru dakwah diharuskan mensucikan dirinya, meluruskan tingkah lakunya, mempersiapkan akal,...

Seorang Mukmin dengan Dirinya


Seorang juru dakwah diharuskan mensucikan dirinya, meluruskan tingkah lakunya, mempersiapkan akal, jiwa dan rasanya untuk berjihad dan perjuangan panjang di masa yang akan datang.

Kemudian dituntut untuk menyebarkan hukum Islam kepada keluarga, teman dan masyarakat. Seorang muslim belum dikatakan sebagian juru dakwah hingga menerapkan hukum dan akhlak Islam pada dirinya, serta menjaga batas-batas perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya.

Telah tiba waktunya seorang mukmin harus mengetahui tujuannya, menentukan arahnya, dan bekerja ke arah tersebut hingga mencapai tujuan.

Setiap zaman akan mengeluarkan banyak peristiwa besar dan kesempatan akan terbuka untuk sebuah kerja besar.

Dunia menanti dakwah kita, dakwah hidayah, dakwah keberuntungan dan kedamaian untuk membebaskan manusia dari semua penderitaan yang dialami. Segala gilirannya untuk memimpin manusia dan bangsa-bangsa.

Yang malas, hendaknya segera bangkit dan berbuat. Tak ada bersama jihad waktu untuk bersantai,

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut: 69)

Maju terus ke depan.

Sumber: Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Bismillah Mengobati Penyakit Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, "Aku memuliakan umat Muhammad saw dengan tiga nama-Ku."...

Bismillah Mengobati Penyakit


Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, "Aku memuliakan umat Muhammad saw dengan tiga nama-Ku."

"Ya Rabb, apa itu?" Nabi Musa bertanya.

"Bismillahirrahman nirrahim," Allah berfirman.

Saat itu, Nabi Musa memiliki pengikut orang buta.

"Ya Rabb, kembalikanlah penglihatanku dengan keagungan nama-nama itu." Orang itu berkata. Seketika itu pula, Allah swt mengembalikan penglihatan orang itu.

Rasulullah saw bersabda, "Ketika lafal Bismillahirrahman nirrahim diturunkan, awan lari dari timur ke barat, angin berhenti bertiup, hewan mendengarkan, setan dirajam dengan awan hitam, dan Allah swt bersumpah dengan kemuliaan-Nya. Jika, nama-Nya disebutkan pada orang sakit, maka Dia akan menyembuhkannya."

Sumber: 
Abdurahman Syafii, Amalul Kubra, Sahara Publisher 

Pesan Hasan Al-Banna: Akhlak Juru Dakwah dalam Aqidah dan Ibadah 1. Tercapainya hubungan hati dan perasaan yang terus menerus te...

Pesan Hasan Al-Banna: Akhlak Juru Dakwah dalam Aqidah dan Ibadah


1. Tercapainya hubungan hati dan perasaan yang terus menerus terhadap Allah, menjaga dzikir dan bermunajat kepada Allah.

2. Membangun keimanan kepada Allah, rukun-rukunnya, serta bangga dengan mengenal dan berafiliasi dengan-Nya (Robbaniyah)

3. Terwujudnya ketergantungan dan menyandarkan diri kepada Allah, tidak takut kepada selain-Nya dan tidak gentar selain kepada-Nya

4. Tercapainya keimanan terhadap keagungan risalah, merasa bangga memeluknya, serta bangga dengan keagungan Islam dan keindahan Al-Qur'an

5. Mengenal Allah, mengesakan dan mensucikan-Nya, dan ini merupakan keyakinan Islam yang tertinggi

6. Mengetahui dasar pentingnya kekuatan aqidah dan cakupannya terhadap semua aspek

7. Mengetahui pentingnya rukun iman dan mengingat akhirat

8. Mempelajari risalah ushul aqidah, itiba manhaj salaf dalam pemahaman dan pengamalan, serta kembali dengan Islam pada sumbernya yang murni

9. Mempelajari risalah dengan ikhlas

10. Melaksanakan kewajiban Islam, tidak melalaikannya, menunaikan rukunnya, serta mengutamakan hal yang terdapat pada sunah yang suci demi mewujudkan shaihul Ibadah

11. Tergantung dan terikat dengan Al-Qur'an 

12. Hidup bersama Rasulullah saw dalam petunjuk dan hadist-hadistnya

13. Bertakarub kepada Allah dengan Ibadah sunnah, senantiasa melakukan ketaatan, dan memperbanyak bekal berupa, shalat malam, bermunajat, berdoa, berpuasa, zikir, membaca doa matsur, tadabur dan menghayati ayat-ayat dan sunah-sunah-Nya, bersedekah, menyisihkan harta untuk fakir miskin berapa pun penghasilannya

14. Bermunajat kepada Allah sebelum  tidur

15. Senantiasa memperbaharui tobat dan istighfar

16. Selalu merasakan pengawasan Allah dan senantiasa mengingat akhirat

Sumber: 
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Introspeksi Bagi Para Juru Dakwah Dalam Mentarbiyah Diri Tanda kemenangan semakin dekat adalah saat akhlak imani yang utama meny...

Introspeksi Bagi Para Juru Dakwah Dalam Mentarbiyah Diri


Tanda kemenangan semakin dekat adalah saat akhlak imani yang utama menyeruak di tengah kita, tingkat kejernihan hati meningkat, istighfar semakin bertambah, dan taubat dilakukan terus menerus.

Umar bin Khatab saat melepaskan pasukannya menasihati agar bertaubat sebelum bertempur. Sebab, senjata perang yang terbaik adalah amal-amal shaleh.

Fudhail bin Iya berkata kepada pasukan yang hendak berperang, "Bertaubatlah, karena taubat mampu menolak dari kalian sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh pedang."

Refleksi terhadap diri sendiri. Sebab, kita bisa mengarahkan orang lain bila telah berhasil mengarahkan diri sendiri. Imam Mesir, Abdullah bin Wahb berkata, "Yang pandai berbuat baik untuk orang lain hanyalah orang yang pandai berbuat baik kepada diri sendiri."

Seorang dai tidak bisa menpengaruhi orang lain, selama ia belum terpengaruh dan diwarnai oleh apa yang dia dakwahi. Sesungguhnya masyarakat akan membangun sendiri pemikiran dan kepribadiannya, menentukan berbagai bentuk perilakunya dengan mengikuti para dai, dan segera memahami dakwah apabila para dai terlebih dahulu telah memahaminya.

Wara seperti gelombang yang akan menciptakan penggerak bagi manusia. Yahya bin Muaz berkata, "Sebesar apa kesibukanmu dengan Allah, sebesar itu pula kesibukan makhluk dengan dirimu." Taufiq Allah swt kepada para dai dalam aktivitas rekrutmennya sejalan dengan perhatian para dai kepada Allah.

Krisis ketidakpedulian manusia kepada para dai merupakan dari krisis kurangnya perhatian para dai terhadap apa yang diwajibkan Allah. Barangsiapa siapa yang menghadapkan hatinya pada Allah, maka ia telah menghadapkan hati manusia kepada dirinya.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press

Mentaati Arah Kebijakan Pergerakan  Mereka yang benar-benar menginginkan kemaslahatan dakwah tanpa tercampur oleh hawa nafsu ter...

Mentaati Arah Kebijakan Pergerakan 


Mereka yang benar-benar menginginkan kemaslahatan dakwah tanpa tercampur oleh hawa nafsu tersembunyi, niscaya mereka akan mempersiapkan gerakannya secara bersama atas dasar musyawarah, dan akan setia dalam mentaati arah kebijakan pergerakan. Akan tetapi, mereka adalah orang-orang yang suka terburu-buru sehingga terjatuh pada bergerak sendiri.

Seorang ahli fiqih generasi Tabiin, Nafi maula Ibnu Umar, pernah ditanya tentang pengorbanan seseorang yang tindakannya tidak berdasarkan perintah pemimpin dan tidak berdasarkan kebijakan jamaah,

"Apakah seseorang yang berada dalam pasukan boleh menyerang (musuh) tanpa ijin pimpinan?"

"Ia tidak boleh menyerang pasukan musuh kecuali dengan izin panglimanya." Ujar Nafi.

Imam Ibnu Qudamah juga memberikan panduan bagi para dai dalam berjuang dan menjadi dasar pergerakan, 

"Para pasukan tersebut tidak boleh menyerang kecuali izin panglimanya, karena urusan perang diserahkan kepadanya, sedangkan ia lebih tahu tentang banyak dan sedikitnya musuh, tempat persembunyiannya, dan tipu daya mereka. Karena itu, diharuskan merujuk pada pendapatnya."

Jadi bagi para dai, tidak boleh bergerak menuruti ijtihad dan pendapat mereka sendiri. Karena hal itu akan menimbulkan bahaya yang menimpa muslimin secara umum.

Para dai diperbolehkan untuk mengambil inisiatif, apabila ada halangan untuk meminta izin, seperti datangnya serangan mendadak, sehingga dalam kondisi ini menyerang musuh suatu maslahat.

Seperti Salamah bin Akwa yang dipuji oleh Rasulullah saw, karena ketika sedang keluar dari Madinah lalu berpapasan dengan pasukan kafir yang sedang menyerang unta-unta Rasulullah saw, beliau menyerang orang kafir tanpa ijin Rasulullah saw.

Pahamilah dan tungulah, wahai orang-orang yang bersemangat. Karena engkau akan mendapatkan pahala berjaga-jaga sebesar pahala yang akan kamu dapatkan ketika menyerbu.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai...

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah


Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai kebaikan dan membenci kemungkaran. Agar menjadi pembela keadilan dan berkorban untuk mewujudkannya. Bagaimana agar semakin banyak manusia yang memiliki karakter ini?

Ada beberapa kaidah dari Ushul Fiqh yang menjadi pegangan dalam berdakwah agar manusia secara sukarela menjadi bagian gerakan dakwah,

1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah 

2. Mengikat hati sebelum menjelaskan 

3. Mengenalkan sebelum Memberi beban

4. Bertahap dalam membebankan

5. Memudahkan, bukan menyulitkan

6. Yang pokok, sebelum yang cabang

7. Membesarkan hati, sebelum memberi ancaman

8. Memahamkan, bukan mendikte

9. Mendidik, bukan menelanjangi

10. Muridnya guru, bukan muridnya buku

Berdasarkan kaidah inilah beragam strategi dan pendekatan dakwah dibangun. Beragam sarana dan prasarana dikembangkan. Beragam kurikulum dan pembinaan disusun. Tanpa memahami kaidah ini, akan semakin banyak yang menjauhi gerakan dakwah.


Sumber:
Jum'ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah,  Era Intermedia

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar da...

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar dan kuat di Mesir. Di setiap daerah bermunculan kantor cabangnya. Pengaruhnya hingga ke Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania, Sudan dan beberapa negara Islam lainnya. Beragam delegasi dari beberapa negara juga mendatanginya.

Dalam suasana seperti itu, di sebuah acara besar, saat beliau menghadirinya, beliau diminta untuk memberikan sambutan. Saat melangkahkan kaki ke podium, salah seorang hadirin memekikan, "Hidup Hasan Al-Banna."

Ini merupakan hal lumrah dilakukan kepada para tokoh besar. Namun, saat di panggung, Hasan Al-Banna menolak pekikan tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya hari di mana dipekikan Hasan Al-Banna tidak ada lagi."

"Pekikan kita adalah, Allah tujuan kami. Rasulullah saw pemimpin kami. Al-Qur'an pedoman kami. Jihad adalah jalan kami. Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi."

Di tengah melanglang buananya berdakwah, berhasil menyadarkan jutaan manusia dari kelalaian, saat mereka siap bergerak di bawah pimpinannya, seseorang bertanya kepada Hasan Al-Banna, "Apakah anda akan melihat buah kemenangan?"

"Tidak di generasiku atau di generasimu, tetapi pada generasi-generasi sesudah itu." Itulah jawaban Hasan Al-Banna dengan tenang dan penuh keyakinan.

Di saat raja Mesir dan penjajah Inggris ingin berupaya membunuh Hasan Al-Banna. Dua pekan sebelum pembunuhannya, seseorang bertanya, "Wahai ustadz, banyak isu-isu tentang engkau dan apa yang akan terjadi terhadap engkau."

"Apa yang akan terjadi? Apakah pembunuhan? Sesungguhnya kita tahu bahwa itu syahid, dan itu adalah cita-cita kita." Ungkap Hasan Al-Banna.

"Bagaimana dengan dakwah?" Ungkap  orang itu.

"Aku telah menyelesaikan tugasku dan aku telah meninggalkan rijal (pejuang) dan aku melihat mereka dengan mata kepalaku bahwa mereka benar-benar rijal. Aku akan mati sekarang dengan tenang dan yang aku inginkan adalah aku mati syahid."

Dua pekan setelah perbincangan tersebut. Ada undangan dari pejabat Mesir untuk bertemu. Di malam hari sebelum pertemuan tersebut, Hasan Al-Banna bermimpi  bertemu  dan disambut oleh Ali bin Abi Thalib. Di pagi harinya, banyak yang menghalanginya agar tidak bertemu dengan pejabat Mesir tersebut. Namun dia tetap menepati janjinya.

Di saat sedang menunggu tersebut, seseorang dari dalam mobil memberondong dirinya dengan senjata. Darahnya pun bersimbah. Itulah cita-cita yang diridukannya.


Sumber:
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia 

Seandainya Punya Banyak Pembela Keprihatinan Ibnu Qayyim tertulis dalam kitab Miftahu Daris Sa'adah, "Oh, agama yang he...

Seandainya Punya Banyak Pembela


Keprihatinan Ibnu Qayyim tertulis dalam kitab Miftahu Daris Sa'adah, "Oh, agama yang hebat, seandainya ia punya banyak pembela." Mengapa keprihatinan ini bergolak pada jiwanya? 

Dihadapan sang Ibnu Qayyim, banyak tokoh fuqaha tentang masalah-masalah furu dan para zahid, namun mereka tidak memenuhi  sosok ideal menurut kriteria sang Ibnu Qayyim.

Ia menginginkan yang lain, bukan hanya memiliki pemahaman fiqh dan zuhud, tetapi mereka pergi ke fase yang lebih jauh lagi.

Ia menginginkan dari mereka muncul para dai yang bersemangat tinggi menunjuki umat manusia, melaksanakan hukum Allah, dan menentang orang yang memerintahkan manusia dengan hawa nafsunya.

Itulah fase yang tidak dicapai selain orang yang dianugerahi akhlak tokoh. Ia menolak orang yang tidak mencapai tingkatan ini, baik karena berdamai atau cukup dengan melakukan sindiran. Karena itu, ketika dikatakan kepada salah seorang tokoh, "Kami ada kebutuhan kecil," (bukan urusan dakwah) maka ia menolak dan berkata, "Carilah lelaki kecil."

Jiwa lelaki kecil puas dengan amal yang ringan. Sedangkan lelaki besar punya semangat yang tinggi, sehingga ia mengincar amal-amal besar. Demi Allah, dakwah ini merupakan tugas laki-laki sebenarnya. Kawanannya terdiri dari para pelopor dan pemberani.

Sedangkan orang penakut terhadap benturan dan akibat-akibatnya, hanya lelaki kecil.


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Seruan Berdakwah dan Sosok Dai dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dialah yang mendidik generasi untuk b...

Seruan Berdakwah dan Sosok Dai dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani


Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dialah yang mendidik generasi untuk berani melawan tentara salib di era Bani Zanky. Dia senantiasa membuka halaqah pekanan di Baghdad yang pesan-pesannya diabadikan dalam kitab Fathur Rabbani.

Siapakah dai itu? Syeikh Abdul Qadir Jaelani mengatakan, "Mereka yang berdiri pada derajat dakwah, menyeru manusia untuk mengetahui Yang Haq 'Azza wa Jalla. Mereka senantiasa menyeru hati."

Berdakwah sebagai bentuk mengikuti jejak Rasulullah saw, beliau berkata, "Siapa yang benar iitibanya kepada Rasulullah saw, maka beliau mengenakan baju perang dan topi bajanya kepadanya, menyandangkan pedangnya, dan menyempatkan adab dan akhlaknya, mengenakan jubahnya, dan beliau sangat bahagia karenanya"

"Ia bersyukur kepada Allah atas semua itu, kemudian menjadikannya wakil atas umatnya, pemberi petunjuk dan menyeru mereka kepada pintu Yang Haq Azza wa Jalla."

"Nabi saw adalah dai dan pemberi petunjuk. Ketika beliau wafat, beliau digantikan oleh para khalifahnya. Mereka adalah individu-individu  dari setiap satu juta ada satu orang."

"Mereka memberi petunjuk kepada manusia, sabar atas penganiayaan mereka, terus menerus menasihati mereka, senyum di hadapan orang munafik dan fasik, berstrategi terhadap mereka dengan strategi hingga mengentaskan mereka dari keyakinan mereka, dan membawa mereka ke pintu Tuhan 'Azza wa Jalla."

Jiwa para penyeru dakwah digambarkan oleh Syeikh Abdul Qadir Jaelani, "Dai menjadi seakan-akan tidak punya jiwa, tabiat dan hawa nafsu. Ia melupakan makanan, minuman dan pakaiannya. Ia menjadi lupa dirinya karena mengingatkan makhluk Tuhannya 'Azza wa Jalla. Ia keluar dengan hatinya dari dirinya dan makhluk, dan tetap bersama Tuhannya 'Azza wa Jalla. Seluruh tujuannya adalah manfaat bagi makhluk. Ia tetap menyerahkan diri kepada tangan qadha Tuhannya 'Azza wa Jalla."

Inilah gambaran ideal para juru dakwah. Inilah sifat orang yang ingin menjadi bagian pondasi kuat yang menjadi landasan bangunan Islam sekarang.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Sosok Pemberi Nasihat pada Ahli Qur'an  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Maimun bin Mihram seorang ulama salaf yang terkenal denga...

Sosok Pemberi Nasihat pada Ahli Qur'an 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Maimun bin Mihram seorang ulama salaf yang terkenal dengan keilmuannya, kezuhudannya, ahli ibadah dan perhatian terhadap pendidikan Al-Qur'an. Dia mengambil ilmu periwayatan dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Abu Hurairah.

Maimun seorang yang tekun membaca Al-Qur'an di sepanjang siang dan malam, dengan pengaruh yang dirasakan berupa kelembutan hati dan mudah menangis.

Sahabatnya berkisah, "Suatu hari Maimun membaca surat Yasin ayat 58, "Berpisahlah kamu (dari orang mukmin) pada hari ini wahai orang-orang yang berdosa." Maka tersentuhlah hatinya hingga menangis. Aku tak pernah melihat ada seorang pun yang lebih merasa ditegur dengan sebuah ayat melebihi Maimun."

Maimun bin Mahram selalu berusaha memberi nasihat pada Ahli Qur'an, karena mereka diberikan karunia dan dimuliakan Allah dengan menghafalkan Kalam suci-Nya, selalu membacanya, mengetahui makna ayat-ayatnya dan mempelajari hukumnya.

Mengapa dia sibuk menasihati ahli Qur'an? Dia menjawab, "Kalau seandainya ahli Qur'an itu sudah lurus, maka orang-orang lainnya juga akan lurus karenanya." Sebab, banyak pula ahli Qur'an yang menyimpang. Apa sebabnya?

Maimun bin Mihram berkata, "Ada diantara ahli Qur'an yang menuntut ilmu hanya dijadikan komoditas untuk meraih keduniaan saja. Hanya ingin dihormati dan dimintai petuahnya. Hanya dipergunakan untuk berdebat saja. Namun yang terbaik adalah mempelajarinya dan menggunakan ilmunya untuk taat kepada Allah."

Nasihatnya diterima dengan lapang dada oleh ahli Qur'an di zamannya, karena dia memiliki kepribadian kuat, rendah hati, tidak merasa lebih pintar, tidak mencari pujian, sanjungan dan reputasi.

Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Murabi yang Dikerumuni Mutarabinya Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ayub As-Sakhtiyani berkisah tentang kein...

Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Murabi yang Dikerumuni Mutarabinya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ayub As-Sakhtiyani berkisah tentang keinginan untuk belajar pada Ikrimah," Aku sudah memiliki niat untuk melakukan perjalanan guna bertemu dengan Ikrimah di mana pun ia berada."

"Namun ketika aku di suatu hari pergi ke pasar kota Basrah, ternyata aku mendapati ada seorang pria duduk di atas keledainya dan banyak orang mengerumuninya. Setelah itu aku bertanya-tanya, akhirnya aku pun tahu bahwa pria tersebut adalah ikrimah."

"Maka, aku pun segera menghampirinya, namun aku tidak mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan karena banyaknya orang yang bertanya. Akhirnya, aku segera merapat lebih dekat untuk mendengarkan suaranya lebih jelas agar bisa menghafalkan jawabannya."

Para penuntut ilmu datang dari negri-negri yang jauh untuk mengambil manfaat ilmu darinya. Masyarakat sekitarnya sangat tekun belajar padanya pula. Mengapa bisa seperti itu? Padahal Ikrimah hanya budaknya Ibnu Abbas dari suku Barbar di Afrika? Perjalanan ilmunya yang membuatnya sangat cemerlang.

Ikrimah mendedikasikan hidupnya untuk belajar kepada Ibnu Abbas. Mendatangi ratusan sahabat Nabi. Juga, mengambil periwayatan hadist dari Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Abdullah bin Amru dan Abu Said Al-Khudri.

Kehidupan itu seperti atom, proton yang mengitari netron. Seperti tata surya, matahari dikelilingi planet. Mengapa bisa dikelilingi? Sebab memiliki energi kehidupan. Menyuntikan energi hidup pada hati, jiwa dan akal. 

Murabi itu seperti dokter. Masyarakat mendatangi agar penyakit hati, jiwa dan akalnya disembuhkan. Sekarang, mengapa para dai tak lagi dikerumuni, didatangi dan diburu oleh masyarakat?  Bisa jadi karena dirinyalah yang menjauhi Allah dan ilmu. 

Kiat Rekrutmen dan Membina  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah SWT...

Kiat Rekrutmen dan Membina 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah SWT jika mencintai seorang hamba maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata, `Wahai Jibril, Aku mencintai orang ini, maka cintailah dia!'

Maka, Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata, `Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua.' Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian, orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini." (HR Bukhari).

Mujahid berkata, "Sesungguhnya seorang hamba jika ia hadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan hadapkan hati orang-orang beriman kepada dirinya."

"Para waliyullah dicintai penghuni langit dan bumi. Kecuali orang-orang munafik dan musyrik saja yang tidak mencintainya,” tegas KH Luqman Hakim, pakar tasawuf.

Mengapa orang bergabung dengan dakwah? Bukan karena kepiawaian dalam ilmu merekrut dan membina. Bukan karena keluasan ilmu pengetahuandan wawasan serta luasnya jaringan pergaulan. Tetapi Allah yang menggerakkan hatinya. Mengapa sulit merekrut dan membina? Karena dari kacamata Allah, kita tidak pantas untuk merekrut dan membina.

Bagaimana agar bisa merekrut dan membina? Bagaimana agar manusia berbondong-bondong dalam dakwah ini? Jadilah manusia bumi yang dicintai penduduk langit. Maka Allah akan memerintahkan Jibril agar manusia bumi mendekati dan bersama dengan sosok yang dicintai penduduk langit.

Bagaimana agar manusia melingkar bersama kita? Hadapkan hati sepenuhnya kepada Allah, maka hati orang yang beriman akan menghadapkan hatinya padanya. 

Tugasku Hanya Melangkahkan Kaki Syeikh Fathul Mushili bercerita, Suatu hari, ketika sedang berjalan di Padang Sahara, seorang pe...

Tugasku Hanya Melangkahkan Kaki


Syeikh Fathul Mushili bercerita,

Suatu hari, ketika sedang berjalan di Padang Sahara, seorang pemuda berjalan didekatku dan lisannya tak henti berdzikir, padahal ia belum genap berusia baligh.

Aku pun mengucapkan salam kepadanya dan ia menjawab salamku. Lantas aku bertanya kepadanya,

"Hendak kemana engkau, wahai anak muda?"

"Ke Baitullah," jawabnya.

"Apa yang sedang engkau baca?" tanyaku.

"Al-Qur'an," jawabnya.

'Bukankah engkau belum baligh dan belum mendapat catatan dosa?" Ucapku.

"Kusaksikan kematian merenggut nyawa orang yang jauh lebih muda dariku, maka kusiapkan bekal untuk menyambutnya," jawabnya.

"Langkamu pendek, sedangkan jalan yang akan engkau tempuh sangat jauh," ujarku.

"Tugasku hanya melangkahkan kaki, Allah-lah yang akan menyampaikannya," ujarnya.

"Mana bekalmu dan kendaraanmu?" Tanyaku.

"Bekalku adalah keyakinanku, adapun kendaraanku adalah harapanku," jawabnya.

Setelah itu, pemuda itu mempercepat langkah kakinya dan tak lama kemudian dia lenyap dari pandanganku dan aku baru melihatnya kembali setibanya di Mekah.


Sumber:
Habib Novel Alaydrus, Manusia Langit, Raudah Publishing 

Yang Tak Pernah Meninggalkan Hizib Al-Qur'an Abu Isa Abdurahman adalah sosok yang sangat mencintai dan menghormati para Saha...

Yang Tak Pernah Meninggalkan Hizib Al-Qur'an


Abu Isa Abdurahman adalah sosok yang sangat mencintai dan menghormati para Sahabat. Saat terjadi fitnah di era Utsman bin Affan, beliau menjauhi cacing maki terhadap para Sahabat. 

Abu Isa Abdurahman bertemu dengan 120 Sahabat Nabi. Uniknya, bila ada sekumpulan sahabat yang ditanyakan sesuatu, mereka lebih senang sahabat yang lainnya yang menjawabnya. Beliau belajar ilmu qiraat dengan Ali bin Abi Thalib sehingga menjadi ulama yang berilmu luas.

Ibnu Sirin menjelaskan bahwa murid-muridnya menghormati Abu Isa  seperti layaknya seorang amir. Tsabit Al-Bunani berkata, "Bila seseorang membacakan ayat Al-Qur'an, beliau menjelaskan tempat, keadaan, dan situasi saat turunnya."

Mujahid berkata, "Bila muridnya sedang belajar padanya, tak ada seorang pun yang meninggalkannya, kecuali bila sangat kelaparan."

Abu Isa Abdurahman tidak pernah meninggalkan membaca hizib Al-Qur'annya. Setiap kali selesai shalat Subuh, dia selalu mengambil mushaf dan membacanya hingga matahari sudah terang menyala. Lalu, melakukan shalat dua rakaat.


Sumber:
Badar Bin Nashir, Kisah Kaum Salaf Bersama Al-Qur'an, Al-Kautsar

Makan yang Benar-Benar Halal Dahulu kala ada seorang ulama yang setiap harinya hanya memakan kurma. Seseorang pun bertanya kepad...

Makan yang Benar-Benar Halal


Dahulu kala ada seorang ulama yang setiap harinya hanya memakan kurma. Seseorang pun bertanya kepada beliau.

"Mengapa engkau tidak menjual kurmamu dan membeli yang layak untuk dimakan sehari-hari."

"Kurma ini jelas kehalalannya karena ia warisan dari orang tuaku. Di samping itu, bukanlah tujuan utama dari makan untuk menghapus rasa lapar? Bukan untuk mencari kenikmatan makan," jawabnya.

Makanan yang halal adalah sumber semua kebaikan. Oleh karena itu, orang-orang saleh senantiasa memperhatikan apa yang dimakannya.


Sumber:
Habib Novel Alaydrus, Manusia Langit,  Raudah Publishing 

Diamnya, Mengawasi Hati Seorang yang saleh bercerita: Suatu hari aku berada di gunung Lukam untuk mencari ahli ibadah dan para z...

Diamnya, Mengawasi Hati


Seorang yang saleh bercerita:

Suatu hari aku berada di gunung Lukam untuk mencari ahli ibadah dan para zahid. Aku melihat seseorang yang mengenakan pakaian penuh dengan tambahan sedang duduk di atas sebuah batu dan menundukkan kepala memandang ke tanah.

Aku menghampirinya dan berkata kepadanya, " Orang tua, apa yang engkau lakukan di sini?"

"Aku sedang mengawasi dan mengembala." Ujarnya.

"Aku tidak melihat apa pun di hadapanmu selain batu, lantas apa uang engkau awasi?" Tanyaku.

"Aku mengawasi bisikan-bisikan hatiku dan mengembalakan perintah-perintah Tuhanku. Demi Allah yang telah menampakkanmu di hadapanku, tolong engkau segera menyingkirkan dariku."

Aku meminta sebuah nasihat kepadanya dan berjanji untuk segera meninggalkannya. Ia pun memberikan suatu nasihat yang indah kepadaku, setelah itu ia pergi meninggalkanku."


Sumber:
Habib Novel Alaydrus, Manusia Langit,  Raudah Publishing

Menulislah Agar Jadi Amal Jariyah  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dzin Nun Al-Misri, sufi besar Mesir, membuat syair,  "Setiap ...

Menulislah Agar Jadi Amal Jariyah 


Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dzin Nun Al-Misri, sufi besar Mesir, membuat syair, 

"Setiap penulis pasti binasa namun yang ditulis kedua tangannya akan tetap ada sepanjang masa

Maka janganlah engkau menulis sesuatu dengan jari-jarimu

Selain sesuatu yang kelak di hari kiamat akan membahagiakanmu saat kau melihatnya"

Setiap membaca Al-Qur'an, kita akan mengenang para Sahabat yang menuliskannya pada tulang dan dedaunan. Mengenang Abu Bakar yang mengumpulkannya. Mengenang Utsman bin Affan yang menjadikan dalam sebuah mushaf.

Bila saat ini, milyaran muslimin membaca Al-Qur'an, semuanya menjadi amal jariyah yang tak terhingga untuk mereka.

Setiap membaca hadist, kita akan mengenang para Sahabat yang menuliskannya. Imam Zuhri mulai mengumpulkannya. Imam Bukhari yang menyeleksinya. Imam Nawawi yang meringkasnya. Imam Ibnu Hajar yang mensyarahnya.

Bila saat ini, milyaran muslimin membaca hadist, semuanya menjadi amal jariyah yang tak terhingga untuk mereka.

Menulis itu sangat mudah. Hanya menuliskan letupan hati dan yang ditangkap panca indra. Hanya meringkas dan menyimpulkan yang dibaca. Hanya menyalin yang dibaca.

Menulislah untuk memenuhi dunia maya dengan tulisan yang mulia. Menulislah untuk mengepung manusia dengan data dan informasi yang mulia.


Syaqiq bin Salamah Berpesan kepada Pembelajar Al-Qur'an Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Syaqiq bin Salamah hidup di era Rasulull...

Syaqiq bin Salamah Berpesan kepada Pembelajar Al-Qur'an

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Syaqiq bin Salamah hidup di era Rasulullah saw namun tidak pernah bertemu dengan Rasulullah saw. Dia berkisah, "Aku masih ingat ketika jaman jahiliyah dulu, saat usia 10 tahun, ketika itu saya sedang mengembala kambing milik keluargaku, pada saat itulah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul."

Dikisahkan tentang Syaqiq bin Salamah, "Syaqiq selalu menangis tersedu hanya ketika ia melaksanakan  shalatnya di rumah sendiri. Kalaupun seandainya ia ditawarkan seluruh dunia beserta isinya untuk melakukan hal ini dengan dilihat oleh orang lain, maka ia tidak akan melakukannya."

Syaqiq bin Salamah berdoa dishalatnya, "Tuhanku, ampunilah aku. Tuhanku, maafkan aku. Jika Engkau maafkan aku, itu semata karena rahmat-Mu yang begitu luas. Tapi jikapun Engkau menghukumku, maka itu pasti bukan karena kezaliman dari-Mu."

Syaqiq bin Salamah sangat fokus belajar Al-Qur'an, dia belajar kepada Abdullah bin Masud. Dia teringat pesan gurunya, "Apabila telah telah belajar sepuluh ayat Al-Qur'an, maka ia masih belum boleh melangkah lebih jauh hingga mengerti benar dari kesepuluh ayat tersebut dan menjalankannya."

Syaqiq bin Salamah memberikan pesan kepada muridnya, agar benar menjadi sosok yang berkepribadian Qurani. "Apakah kamu tahu seperti apa para pembelajar Al-Qur'an di zaman ini?"

"Mereka laksana seorang pria yang mengemukakan kambingnya, namun ketika ia menyembelihnya, ternyata kambing itu penuh kotoran yang tidak bisa dibersihkan."

"Atau laksana pria yang mengumpulkan uang Dirham dan Dinar, lalu dia membawa pulang semua uang tersebut, namun ketika diletakkan di air raksa, ternyata semuanya luntur dan hanya berupa tembaga saja."

Bila di era Syaqiq bin Salamah seperti itu, bagaimana dengan pembelajar Al-Qur'an di masa sekarang?

Sumber:
Badar Bin Nashir, Kisah Kaum Salaf Bersama Al-Qur'an, Al-Kautsar

Peta Kesibukan Manusia, Dalam Perspektif Syeikh Nawawi Al-Bantani  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bila fajar telah menyingsing, apa ...

Peta Kesibukan Manusia,
Dalam Perspektif Syeikh Nawawi Al-Bantani 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bila fajar telah menyingsing, apa yang terbaik untuk dilakukan? Pertama, jika engkau seorang alim, maka pergunakan waktu untuk banyak memberikan kemanfaatan kepada manusia dengan ilmumu. Seperti, memberi fatwa, mengajar, menulis, mempelajari dan menelaah kitab. Jika memungkinkan, hendaknya senantiasa menyibukkan diri dalam bidang ini.

Kedua, sibukan diri dengan beragam ibadah, seperti zikir, tasbih, membaca Al-Qur'an dan shalat. Menyibukkan hal ini termasuk derajat para ahli ibadah, prilaku orang shaleh, dan orang  beruntung yang meraih kemenangan.

Ketiga, sibukkan diri dengan sesuatu yang membawa kebaikan bagi muslim dan menyenangkan hati orang mukmin dengan memenuhi hajat dan menolong mereka dalam kebajikan dan takwa. Seperti, mengabdi kepada ahli ilmu, memberi makan fakir miskin, menjenguk orang sakit, melayat jenazah, dan sebagainya. Semua itu lebih utama daripada praktek  ibadah sunah.

Keempat, sibukkan dengan mencari nafkah untuk keluarga. Bekerja termasuk ibadah, tak mungkin menelantarkan keluarga, sementara diri sendiri tenggelam dalam beribadah kepada-Nya.

Karena itu, wiridmu adalah memasuki pasar dan bekerja mencari nafkah. Dengan demikian, kaum muslimin telah selamat darimu, aman dari lisan dan tanganmu, serta selamat pula agamamu selama tidak melakukan maksiat.

Jika dalam mencari nafkah tidak lupa zikir, tasbih, membaca Al-Qur'an dan bersedekah dari kelebihan hasil yang didapatkan untuk memenuhi keperluanmu, itu lebih baik daripada fokus berdzikir sendirian. Sebab, ibadah yang dampaknya ikut dirasakan orang lain lebih bermanfaat daripada dampaknya pada diri sendiri.

Selain keempat kesibukan tersebut, adalah tempat para setan berkeliaran. Setan akan menggoda sehingga sibuk melakukan amalan yang akan merobohkan agamamu.


Sumber:
Syeikh Nawawi Al-Bantani, Maraqi Al-Ubudiyah, Wali Pustaka 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (174) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)