basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Sahabat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Sahabat. Tampilkan semua postingan

Pertengkaran Tanah di Era Sahabat  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Aisyah berkata, "Ketika terjadi pertengkaran antara Abu Salam...

Pertengkaran Tanah di Era Sahabat 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Aisyah berkata, "Ketika terjadi pertengkaran antara Abu Salamah dengan beberapa orang mengenai tanah, maka Abu Salamah mengadu kepada Aisyah."

"Lalu Aisyah berkata, 'Hai Abu Salamah, hindarilah pertengkaran mengenai Tanah.'"

"'Sebab Nabi saw bersabda, 'Siapa yang mengambil hak orang (secara zalim) walaupun hanya sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya sejauh tujuh lipat bumi.'"

Said bin Zaid ketika diadukan kepada Marwan oleh Arwa berkenan dengan haknya, maka Said berkata, "Aku dikatakan mengambil sebagian haknya (tanahnya),"

"Aku bersaksi telah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Siapa yang mengambil walaupun sejengkal tanah orang lain secara paksa (zalim), maka ia akan dikalungi tanah itu pada hari Kiamat sampai tujuh lipat bumi.'"

Saat terjadi perselisihan tentang luas jalan, dimana pemilik tanah tidak mau memberikan tanahnya untuk jalan. Rasulullah saw memberikan solusinya.

Maka, Abu Hurairah berkata, "Rasulullah saw telah memutuskan tujuh hasta untuk jalan (kampung) jika terjadi pertengkaran."

Sumber:
Muhammad Fuad, Hadist Shahih Bukhari Muslim, Fathan

Hadits yang Membuat Abu Hurairah Menangis dan Pingsan Dalam buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, di d...

Hadits yang Membuat Abu Hurairah Menangis dan Pingsan


Dalam buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, di dalam Sunan Tirmidzi diriwayatkan dari Syafi’ Al-Ashbuhi, ”Aku mendatangi Abu Hurairah ketika beliau sedang berada di Masjid Nabawi di Madinah.

Lalu aku berkata, ‘Aku meminta kepadamu, untuk memberitahukan kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah ﷺ, wahai Abu Hurairah!’

Beliau kemudian berkata, ‘Demi Allah, aku akan memberitahumu sebuah hadits yang benar-benar aku dengar dari Rasulullah ﷺ’ Belum sempat memberitahuku, beliau menangis sampai pingsan. 

Setelah sadar, beliau berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling dahulu terlalap api neraka ada tiga golongan, orang alim atau orang yang suka membaca Alquran, pedagang, dan orang yang berjihad. Mereka melakukan amalan mereka dengan riya’ dan sum‘ah, tidak memurnikan niatnya kepada Allah. Maka Allah memasukkan mereka ke dalam neraka sebelum orang lain masuk neraka.” 


Melanjutkan kisahnya, Syafi’ Al-Ashbuhi berkata, “Kemudian aku menghadap Muawiyah dan menceritakan hadits tadi kepadanya. Beliau waktu itu sedang duduk di atas kursi khalifah. Kemudian beliau terjatuh sambil menangis, dan berkata, “Mahabenar Allah yang berfirman, 

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan.” (Alquran surat Hud ayat 15-16) 

Ungkapan Rindu Umar bin Khatab kepada Rasulullah saw dan Abu Bakar Peristiwa ini terjadi setelah Rasulullah saw dan Abu Bakar wa...

Ungkapan Rindu Umar bin Khatab kepada Rasulullah saw dan Abu Bakar


Peristiwa ini terjadi setelah Rasulullah saw dan Abu Bakar wafat. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah.

Suatu hari Hafsah binti Umar, yang juga merupakan istri Rasulullah saw, mendatangi ayahnya, Umar bin Khatab. Sang putri pun mengamati rumah dan fasilitas yang ada di dalam dan luar rumah ayahnya.

"Sesungguhnya Allah telah memberikan banyak kebaikan kepadamu dan melapangkan rezekimu. Maka, apakah tidak sebaiknya kamu makan yang lebih enak dan berpakaian yang lebih bagus.l?" Tanya Hafsah binti Umar

"Aku ingin mengajakmu untuk introspeksi diri." Jawab Umar kepada putrinya.

Umar bin Khatab terus menerus menceritakan dan menyebutkan keadaan Rasulullah saw yang pernah diceritakan sendiri oleh putrinya kepadanya.

Hafsah pun menangis mendengarkan cerita ayahnya yang mengingatkan kembali kehidupan dirinya bersama Rasulullah saw saat menjalin kehidupan rumah tangga.

"Aku mempunyai dua orang teman yang telah menempuh jalan yang benar." Jawab Umar bin Khatab.

"Bila aku menempuh jalan yang lain, berarti aku menempuh jalan yang bukan jalan kedua temanku."

"Demi Allah, sungguh aku akan sabar mengikuti cara hidup kedua teman ku itu."

"Semoga aku dapat mencapai kehidupan seperti kehidupan kedua temanku yang hidup sejahtera."

Itulah Umar bin Khatab yang terus mengkhawatirkan dirinya saat berkuasa, apakah tetap bisa bersama kedua sahabatnya di akhirat kelak? Bagaimana agar tetap beristqamah seperti kedua sahabatnya?


Sumber:
Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani

Retret Kepala Daerah, Membentuk Karakter Seperti Era Umar bin Khatab? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengacu pada Kamus Besar Bahas...

Retret Kepala Daerah, Membentuk Karakter Seperti Era Umar bin Khatab?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), retret mempunyai makna khalwat mengundurkan diri dari dunia ramai untuk mencari ketenangan batin. Dengan demikian, retret merupakan istilah yang berkaitan dengan makna religius. 

Dalam konteks pemerintahan, retret adalah kegiatan orientasi, pembekalan, hingga pelatihan bagi kepala daerah terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Presiden Prabowo Subianto mengagendakan retret bagi kepala daerah yang terpilih dan sudah dilantik pada 20 Februari 2025. Kepala daerah akan melaksanakan retret di Magelang, Jawa Tengah mulai 21-28 Februari 2025.

Apakah agenda ini bisa menumbuhkan karakter para Kepala Daerah seperti di era Umar bin Khatab? Sejarah telah mencatat kesamaan karakternya.

1. Uang Pribadinya untuk Rakyatnya 

Suatu ketika utusan dari Himsh menghadap Khalifah Umar untuk menyampaikan daftar orang-orang fakir dan miskin di kota tersebut. Setelah membaca daftar tersebut, sang khalifah mendapati nama Said bin Amir Al Jumahi.

Khalifah Umar memeriksa dengan seksama dan melakukan konfirmasi kepada utusan dari Himsh tersebut. Ketika mendapat kepastian bahwa nama tersebut adalah benar Gubernur Said bin Amir, maka Khalifah Umar menangis seraya memerintahkan utusan dari Himsh membawa uang sejumlah 1.000 dinar darinya untuk diberikan kepada Said bin Umar agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sang gubernur beserta keluarganya.

Saat sang gubernur menerima uang itu dari utusan Khalifah Umar, ia justru berkata: “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”.

Baginya dengan menerima uang itu berarti ia mendapatkan musibah yang lebih besar dibandingkan dengan wafatnya Khalifah Umar bin Khattab atau kalahnya kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang kafir.

Maka agar kenikmatan di dunia tidak menghancurkan kenikmatannya kelak di akhirat, ia dan istrinya segera membagikan uang dinar tersebut kepada para fakir miskin di wilayah kekuasaannya.

Said bin Amir, walaupun sebagai gubernur, tidak memiliki pembantu. Ia sendiri yang mengaduk tepung dan memasak roti untuk keluarganya.

Ia juga hanya memiliki beberapa helai pakaian yang bagus untuk dipakai bekerja. Ia sendiri juga yang mencuci pakaian di rumah. Terkadang ia memakai pakaian yang lusuh untuk bekerja, karena pakaian yang bagus belum kering saat baru dicuci.


2. Rumahnya Tak Ada Barang Apapun

Abu Ubaidah menjabat sebagai Gubernur Syam. Suatu ketika Umar bin Khattab yang menjadi Khalifah mendatangi negeri Syam. Kedatangannya tersebut disambut oleh para pemimpin dan pejabat negara. 

Khalifah Umar bertanya, "Di manakah saudaraku?" Mereka menjawab, "Siapakah dia?"

Umar menjawab lagi, "Abu Ubaidah." Lalu mereka menjawab, "Dia akan datang kepadamu sekarang."

Dalam waktu yang tidak lama, datanglah Abu Ubaidah sambil menaiki seekor unta yang hidungnya diikat oleh tali. Dia mengucapkan salam kepada Umar bin Khattab, kemudian berkata kepada orang-orang, "Tinggalkanlah kami."

 Maka Umar bin Khattab berjalan bersama Abu Ubaidah hingga tiba di rumahnya. Ternyata di dalam rumah Abu Ubaidah tersebut, Umar bin Khattab tidak mendapati barang apapun kecuali pedang, perisai, dan pelana kuda. 

Maka Umar bin Khattab yang menjabat sebagai Khalifah berkata, "Mengapa kamu tidak mengumpulkan harta?"

Abu Ubaidah menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya barang-barang ini yang bisa mengantarkan kami ke akhirat dengan selamat."


3. Memikul Rumputnya Sendiri

Saat Ammar bin Yasir diangkat menjadi gubernur Kufah, suatu hari, ia keluar untuk membeli makanan ternak. Kemudian si penjual itu mengikatkan rumput, di mana si penjual memegang ujung tali yang satu dan Ammar memegang ujung tali satu yang lainnya.

Lantas si penjual itu meletakkan rumput ke atas bahu Ammar dan Ammar pulang dengan memikul rumput itu ke rumahnya.


4. Datang dengan Keledai

Abu Hurairah ketika diangkat sebagai gubernur di Bahrain, mendatangi Bahrain dengan kendaraan keledai. Penduduk Bahrain tidak menyangka bahwa dia adalah gubernur mereka.

Setelah mengetahui yang datang adalah gubernurnya, para penduduk pun berkata, "Berilah jalan untuk gubernur, berilah jalan untuk gubernur!"


5. Memikul Barang Milik Rakyatnya

Salman Al-Farisi menjadi gubernur di Madain. Saat ia tengah berjalan di pasar. Seorang yang kaya memerintahkannya untuk mengangkat barang belanjaannya, karena disangkanya seorang kuli panggul. Salam Al-Farisi pun memanggul barang tersebut.

Selama perjalanan, karena melihat Salman memanggul barang, banyak rakyat yang berkata, "Mari kami bawakan barang ini?" Namun, Salman menolaknya. Akhirnya, orang kaya ini sadar bahwa yang memanggul barang tersebut adalah gubernurnya sendiri.

Orang kaya tersebut meminta maaf. Lalu meminta Salman untuk meletakan barang dari punggungnya. Namun, Salam menolaknya, tetap membawa barang tersebut hingga ke rumah orang tersebut. Sejak itu, orang tersebut tak lagi menghinakan orang lain.


Mengapa Umar bin Khatab mampu mendidik Kepala Daerahnya? Salah satu prinsip, yang diungkapkannya saat pembebasan Baitul Maqdis, ketika penduduknya menyaksikan Umar datang dengan memegang tali pelana keledai, dengan pembantunya menaikinya, Umar bin Khatab berkata, "Allah telah memuliakan kami dengan Islam."

"Apakah Pernah Melihat Ada Orang yang Mengirimkan Hadiah kepada Raja hanya Separuh Keranjang?" Suatu hari Malik bin Di...

"Apakah Pernah Melihat Ada Orang yang Mengirimkan Hadiah kepada Raja hanya Separuh Keranjang?"



Suatu hari Malik bin Dinar sedang duduk-duduk, tiba-tiba datang pengemis. Saat itu, Malik bin Dinar mempunyai sekeranjang kurma.

"Ambilkan kurma itu." Kata Malik bin Dinar kepada istrinya. Kemudian Malik mengambil dan memberikan setengah keranjang kepada pengemis dan mengembalikan yang separuhnya kepada istrinya.

"Apakah orang seperti kamu dapat dikatakan sebagai orang zuhud?"

"Apakah kamu pernah melihat ada orang yang mengirimkan hadiah kepada raja hanya separuh keranjang?" Istri Malik bin Dinar memberondong dengan pertanyaan tersebut.

Malik bin Dinar tersadar, lalu meminta sisa kurma yang separuh keranjang itu dan diberikannya kepada pengemis tadi.

Lalu, Malik bin Dinar mendekat kepada istrinya seraya berkata, "Wahai Istriku, rajin-rajinlah dan bersungguh-sungguhlah, karena Allah swt berfirman, “Tangkap dia lalu belenggu tangannya ke lehernya.
(Al-Ḥāqqah [69]:30)

Kemudian, masukkan dia ke dalam (neraka) Jahim.
(Al-Ḥāqqah [69]:31)

Kemudian, belit dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
(Al-Ḥāqqah [69]:32)


"Mengapa sedemikian beratnya?" Tanya istrinya. Lalu, Malik bin Dinar menjawabnya,"

Sesungguhnya dia tidak beriman kepada Allah Yang Maha Agung.
(Al-Ḥāqqah [69]:33)

Dia juga tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
(Al-Ḥāqqah [69]:34)

"Ketahuilah wahai Istriku, sesungguhnya kita telah melepaskan rantai dari separuh leher kita dengan iman, maka seyogyanya kita melepaskan separuh yang lainnya dengan sedekah."

Sumber:
Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani

Ijtihad Abdullah bin Jahsy yang Diabadikan dalam Surat Al-Baqarah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Rasulullah saw pernah mengutus dele...

Ijtihad Abdullah bin Jahsy yang Diabadikan dalam Surat Al-Baqarah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Rasulullah saw pernah mengutus delegasi dengan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai pemimpinnya. Namun, dia terasa berat untuk meninggalkan Rasulullah saw. Akhirnya, delegasi tersebut dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy. Apa misinya? Tak ada seorang pun tahu.

Misinya sangat rahasia. Rasulullah saw hanya menitipkan surat yang boleh dibaca bila sampai ke sebuah tempat tertentu. Setelah dibaca, mereka pun mengintai pergerakan Musyrikin Mekah.

Tiba-tiba, mereka bertemu dengan kafilah Quraisy yang terdiri atas Amru bin Hadhrami, Utsman bin Mughirah, dan Naufal serta al-Hakam bin Kisan. Lalu, mereka bermusyawarah, apa yang akan dilakukan? Diputuskan untuk menyerangnya. Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mereka tidak tahu bahwa hari itu  masih bulan Rajab.

Mereka berhasil membunuh Ibnu Hadhrami, Utsman bin Mughirah menjadi tawanan, sedangkan Naufal dan al-Hakam melarikan diri ke Makkah. Harta rampasannya dibawa ke Madinah untuk ditunjukkan kepada Rasulullah saw.

Tersiar kabar dari Musyrikin, bahwa mereka menyerangnya di bulan Rajab yang merupakan waktu dilarangnya perang. Untuk  menjawab desas desus tersebut, Allah swt menurunkan firman-Nya:

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Namun, menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Fitnah (pemusyrikan dan penindasan) lebih kejam daripada pembunuhan.” Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu jika mereka sanggup. Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia mati dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
(Al-Baqarah [2]:217)

Abdullah bin Jahsy sangat bahagia dengan ayat tersebut. Setelah itu berkata kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah saw, bolehkah kami mengharapkan ada peperangan?  Hingga kami memperoleh pahala syahid dalam perang?" Maka, Allah swt menurunkan ayat berikutnya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:218)

Betapa bahagianya Abdullah bin Jahsy karena termasuk golongan mereka yang mengharapkan rahmat Allah.

Umar bin Khatab Mewujudkan Janji Allah swt Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu...

Umar bin Khatab Mewujudkan Janji Allah swt


Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), (Al-Qasas: 5)


Janji tersebut bukan hanya diberikan kepada Bani Israel di era Nabi Musa, tetapi juga diberikan kepada Sahabat yang mulia, Ammar bin Yasir. Bagaimana bisa demikian?

Pada suatu ketika, Umar bin Khatab berkata kepada Ammar bin Yasir, " Berangkatlah, sungguh aku telah mengangkatmu sebagai gubernur Irak."

Umar bin Khatab memahami bahwa Ammar bin Yasir kurang mampu dalam kemampuan manajerialnya untuk menjadi gubernur, maka Umar mengirimkan juga bersamanya seseorang asisten yang akan membantunya menjalankan pemerintahan. Ammar bin Yasir berhasil memimpin Irak.

Setelah sebulan, Ammar bin Yasir dipanggil oleh Umar bin Khatab ke Madinah. Ketika Umar ditanya mengenai sebab pemanggilannya itu, ia berkata, "Aku memperhatikan kitab Allah dan mendapati seluruh janji Allah swt terbukti pada umat Rasulullah saw."

"Dan, engkau wahai Ammar, termasuk orang-orang yang tertindas di muka bumi ini. Maka, aku ingin memperlihatkan kepada manusia bahwa janji Allah tersebut benar-benar terbukti."

"Oleh karena itu, aku menyuruhmu berangkat ke Irak untuk memimpinnya selama satu bulan. Dengan begitu manusia bisa melihat janji Allah tersebut di depan mata kepala mereka."

Di era Mekkah, Ammar bin Yasir adalah seorang budak. Dia disiksa oleh Abu Jahal untuk melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy.

Sumber:
Amru Khalid, Khowathir Qur'aniyah, al-I'tisham 

Saat Para Sahabat Menangis Melihat Rumah Rasulullah saw di Era Umar bin Khatab  Keyakinan Rasulullah saw terhadap janji Allah te...

Saat Para Sahabat Menangis Melihat Rumah Rasulullah saw di Era Umar bin Khatab 


Keyakinan Rasulullah saw terhadap janji Allah terlihat jelas pada peristiwa Hijrah. Ketika beliau terusir dan Suraqah bin Malik mencari beliau untuk dibunuh atau ditawan guna mendapatkan imbalan 100 ekor unta dari kaum Quraisy.

Namun setiap kali Suraqah berusaha mendekati beliau, ia terjatuh dari punggung kudanya tanpa sebab yang jelas. Padahal dia penunggang kuda yang handal.

Suraqah pun menyimpulkan, "Aku baru tahu bahwa beliau manusia terjaga." Maksudnya, bahwa ada yang menjaganya.

Lalu Suraqah berseru, "Wahai Muhammad, berilah aku jaminan keamanan."

"Kamu mendapat jaminan keamanan." Jawab Rasulullah saw.

"Wahai Muhammad, aku bermaksud untuk membunuhmu, namun aku tidak mampu melakukannya, padahal aku menginginkan hadiah, maka berilah sesuatu kepadaku." Suraqah berkata.

"Aku berjanji akan memberimu gelang-gelang Kaisar." Jawab Rasulullah saw.

"Kaisar siapa?" Tanya Suraqah

"Kaisar raja Persia." Jawab Rasulullah saw

"Sudikah engkau menuliskan hal tersebut untukku?" Kata Suraqah

Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, Buatkanlah tulisan untuknya."

Mungkin kita bertanya, mengapa Rasulullah saw tidak menjanjikan satu Uqiyah kurma Madinah yang masih muda, atau dengan sejumlah uang? Mengapa menjanjikan perhiasan Kisra? Sungguh, ini merupakan keyakinan Rasulullah saw terhadap janji Allah swt.

Suraqah bin Malik menjaga tulisan tersebut, semenjak ia masih kafir hingga masuk Islam dan sampai pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab.

Ketika terjadi pembebasan Persia, kaum muslimin memasuki ibu kota Persia, Madain, dan mengumpulkan seluruh harta rampasan perang di masjid.

Umar bin Khatab menaiki mimbar seraya berseru, "Mana Suraqah bin Malik?" Seseorang tua mendatanginya dan berkata, "Ada apa wahai Amirul Mukminin!"

"Wahai Suraqah! Inilah perhiasan kaisar yang pernah dijanjikan Rasulullah saw untukmu sebelum beliau wafat." Kata Umar

Mendengar hal itu, maka semua orang  yang berada di dalam masjid langsung menangis dan semuanya melihat rumah Rasulullah saw seraya berkata, "Sungguh benar penghuni tempat ini (Rasulullah saw)."

Wahai muslimin, bacalah shalawat untuk Muhammad saw dan yakinlah pada janji Allah swt, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

Sumber:
Amru Khalid, Khowathir Qur'aniyah, al-I'tisham

Strategi Abu Ubaidah bin Zarrah yang Diterapkan Hamas dan Hizbullah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Penjajah Zionis Israel mengepung ...

Strategi Abu Ubaidah bin Zarrah yang Diterapkan Hamas dan Hizbullah


Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Penjajah Zionis Israel mengepung Gaza lebih dari setahun. Padahal targetnya hanya beberapa hari saja. Padahal sudah memanggil seluruh tentara reguler dan cadangan dari seluruh dunia hingga jumlahnya mencapai 500.000-650.000 pasukan. Padahal taktik ini pernah dilakukan untuk memukul balik pasukan Mesir dalam perang Yom Kippur 1973.

Penjajah Zionis Israel hampir sebulan melakukan pengepungan atas pengungsian Jabalia dengan strategi bumi hangus. Menghancurkan semua tempat pengungsian, sekolah, fasilitas PBB dan rumah sakit. Panjang Jabalia yang hanya 1,5 Km tidak bisa ditaklukan oleh 50.000 pasukan, ratusan tank dan dukungan angkatan udara yang massif.

Tentara penjajah Zionis Israel (IDF) telah mengerahkan lebih dari 50 ribu personel ke Lebanon Selatan. Meski begitu, IDF melaporkan tidak bisa menguasai satu desa pun. Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth  mencatat bahwa setelah sebulan operasi yang melibatkan lima divisi—tiga kali lipat kekuatan yang digunakan dalam perang 2006— Israel telah gagal mengamankan pijakan di perbatasan Lebanon.

Kolonel Jack Neriya, mantan penasihat Perdana Menteri pendudukan Israel Yitzhak Rabin, menyampaikan taktik Hizbullah. Neriya menjelaskan bahwa para pejuang sengaja membiarkan pasukan pendudukan Israel maju sebelum mempengaruhi mereka dalam penyergapan, yang menjadi tantangan signifikan bahkan bagi unit elit seperti Golani.

Neriya memperingatkan bahwa pendekatan ini dapat menyebabkan lebih banyak korban bagi pasukan Israel daripada dalam perang mana pun sejak akhir 1940-an.

Hamas dan Hizbullah membiarkan pasukan Penjajah Zionis Israel memasuki wilayahnya. Setelah masuk  ke dalam, baru disergap dengan pertempuran yang rumit dan memotong jalur pasukan penolong. Strategi ini telah dilakukan oleh pasukan Muslimin saat membebaskan Masjidil Aqsha yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Zarrah.

Dalam perjalanannya menuju Konstantinopel kepada tentaranya yang pernah ditawan oleh pasukan Muslimin, tetapi kemudian dibebaskan   lagi.  Heraklius bertanya, "Beritahukanlah kepadaku mengapa pasukan Muslimin bisa mengalahkan kita?"

Tentaranya menjawab, "Aku akan memberitahukanmu seolah-olah engkau benar-benar melihat mereka. Mereka adalah pejuang-pejuang hebat  pada siang hari, tetapi mereka adalah pelaku ibadah pada malam hari."

"Mereka tidak makan, kecuali dengan bayar. Mereka tidak akan memasuki suatu negri, kecuali dengan membawa kedamaian. Mereka akan diam dalam menghadapi kaum mereka yang mereka perangi sampai mereka benar-benar mendatanginya."

Lalu Kaisar Heraklius berkata, "Jika engkau benar, niscaya mereka akan berhasil merebut kekuasaanku ini (hingga ke Konstantinopel)."

Prinsip Siti Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz dalam Memerangi Bid'ah Inilah langkah perbaikan diri dan masyarakat dengan metod...

Prinsip Siti Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz dalam Memerangi Bid'ah


Inilah langkah perbaikan diri dan masyarakat dengan metode Tadarruj (bertahap) dalam berislah (perbaikan). 

Saat jiwa telah terbiasa dengan penyimpangan dalam waktu lama. Hatinya keras dengan keseharisan yang penuh maksiat. Apakah langsung melakukan perubahan secara tiba-tiba dan cepat? Siti Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz membimbing kita.

Siti Aisyah berkata. "Yang pertama kali turun dari Al-Qur'an adalah surat-surat yang merinci keterangan tentang surga dan neraka. Hingga ketika orang-orang telah gandrung pada Islam, maka turunlah halal dan haram."

"Seandainya ayat yang pertama turun: Janganlah kalian minum khamer, niscaya mereka berkata: Kami tidak mau meninggalkan khamer selama-lamanya."

"Seandainya turun: Janganlah berzina, niscaya mereka berkata: Kami tidak mau meninggalkan zina selama-lamanya." 

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun, yang juga ahli fiqh, teguh pada prinsip ini, setelah khalifah sebelumnya mengelola kekuasaan dengan campuran kezaliman. 

Anaknya Umar bin Khatab, Abdul Malik, berkata, "Ayah, apa yang menghalangimu untuk segera menegakkan keadilan yang kau inginkan? Demi Allah, aku tidak peduli seandainya kuali-kuali mendidih karena aku dan dirimu.:

"Anakku, sesungguhnya aku melihat orang seperti melatih unta jalang. Sesungguhnya aku ingin menghidupkan kekhalifahan dengan keadilan, hingga aku menunda itu, sampai aku mengeluarkan ambisi dunia, lalu mereka lari dari ketamakan duniawi dan menerima keadilan dengan tenang." Ujar Umar bin Abdul Aziz.

"Wahai Ayah, apa yang kau katakan kepada Rabb-mu besok, ketika Dia bertanya kepadamu, "Kamu melihat bid'ah namun tidak mematikannya, atau Sunnah namun tidak menghidupkannya?" Tanya sang anak.

"Anakku, sesungguhnya kaummu telah mengikat masalah ini dengan tali demi tali, simpul demi simpul. Ketika aku ingin memaksa mereka untuk melepaskan apa yang ada di tangan mereka, maka bisa saja mereka menentangku sehingga banyak darah yang tumpah."

"Demi Allah, hilangnya dunia itu lebih ringan bagiku daripada menetesnya darah lantaran aku. Tidakkah kau senang sekiranya setiap hari diantara hari-hari dunia ini ayahmu mematikan bid'ah dan menghidupkan Sunnah?" Ujar Umar bin Abdul Aziz.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press

Agar Kemenangan dalam Genggaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar Adakah kekalahan? Adakah kerugian? Adakah kebangkrutan? Adakah pukula...

Agar Kemenangan dalam Genggaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Adakah kekalahan? Adakah kerugian? Adakah kebangkrutan? Adakah pukulan telak? Adakah kehilangan? Tidak pernah ada. Semuanya hanya sandiwara.

Kekalahan, kerugian, kebangkrutan dan pukulan telak, hanya bagi para pecinta dan pemburu dunia. Hanya bagi  yang obsesi tertinggi dari hidup dan ilmunya adalah dunia. Hanya bagi yang parameternya dunia.

Kemenangan itu selalu dalam genggaman, bagi siapa? Mukmin, yang mendengar, taat, takut dan bertakwa pada Allah. Bila karakter ini hilang dari hati, itulah kekalahan dan kebangkrutan.

Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat." Dan merekalah orang-orang yang beruntung. (An-Nur: 51)

Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (An-Nur: 52)

Para Nabi dan Rasul terus berdakwah dan berjihad. Para pengikut dan sahabatnya, tak pernah gentar menghadapi liku-liku perjuangan. Tak ada yang surut. Tak ada yang lari dari medan pertempuran. Tak ada yang lemah dan risau. Mengapa?

Sebab mereka senantiasa merasakan kemenangan. Dikepung oleh 10.000 pasukan di Madinah, yang diucapkan justru inilah yang janji-Nya. Inilah bukti kebenaran di jalan-Nya.

Bila senantiasa bersama Rasul-Nya. Bila senantiasa dalam bimbingan Firman-Nya. Itulah kemenangan yang sesungguhnya.

Romawi Runtuh Sebab Shalat Malamnya Pasukan Muslimin Tatkala tentara Romawi kalah dari Muslimin, kaisar Romawi, Heraklius berkat...

Romawi Runtuh Sebab Shalat Malamnya Pasukan Muslimin


Tatkala tentara Romawi kalah dari Muslimin, kaisar Romawi, Heraklius berkata kepada para tentaranya, "Apa yang membuat kalian kalah dari pasukan Muslimin, padahal jumlah mereka lebih sedikit daripada kita?"

Lalu salah seorang Romawi berkata, "Pasukan Muslim menang karena mereka selalu mengerjakan shalat malam dan berpuasa pada siang hari."

Ketika pasukan Romawi kalah di negri Syam, dan Kaisar Heraklius melarikan diri dari Syam ke Istana kerajaannya, Konstantinopel, dia diam sejenak dan berdiri memandang Syam dengan tatapan terakhirnya.

Kaisar Heraklius berkata, "Semoga kesejahteraan mendatangimu, wahai negri Syam. Aku takkan bertemu lagi dengan mu setelah ini."

Dalam perjalanannya menuju Konstantinopel kepada tentaranya yang pernag ditawan oleh pasukan Muslimin, tetapi kemudian dibebaskan   lagi.  Heraklius bertanya, "Beritahukanlah kepadaku mengapa pasukan Muslimin bisa mengalahkan kita?"

Tentaranya menjawab, "Aku akan memberitahukanmu seolah-olah engkau benar-benar melihat mereka. Mereka adalah pejuang-pejuang hebat  pada siang hari, tetapi mereka adalah pelaku ibadah pada malam hari."

"Mereka tidak makan, kecuali dengan bayar. Mereka tidak akan memasuki suatu negri, kecuali dengan membawa kedamaian. Mereka akan diam dalam menghadapi kaum mereka yang mereka perangi sampai mereka benar-benar mendatanginya."

Lalu Kaisar Heraklius berkata, "Jika engkau benar, niscaya mereka akan berhasil merebut kekuasaanku ini (hingga ke Konstantinopel)."


Sumber:
Abu Al-Qa'qa Muhammad ibnu Shalih, Mudahnya Shalat Malam, Mizania

Akan Dipancung mati pun Tetap Berdakwah Saat terindah bertemu Allah adalah saat tengah menunaikan amanah Allah.  Khubaib bin Adi...

Akan Dipancung mati pun Tetap Berdakwah


Saat terindah bertemu Allah adalah saat tengah menunaikan amanah Allah. 

Khubaib bin Adi tertangkap oleh musuh, lalu dibawa ke Makkah dan dijual sebagai budak. Sementara itu, Bani Harits yang selama ini menyimpan dendam kesumat terhadap Khubaib, mendengar berita tertangkapnya Khubaib. Rupanya nama Khubaib telah mereka hapal luar kepala, karena Khubaiblah yang membunuh Harits bin Amir, seorang pemuka Makkah, pada perang Badar. Maka dengan penuh antusias Khubaib pun mereka beli.

Maka jadilah Khubaib bulan-bulanan seluruh anggota Al-Harits. Setiap hari sahabat Anshar yang dikenal bersifat bersih, pemaaf, teguh keimanan dan taat beribadah ini harus menerima siksaan. Hingga suatu hari salah seorang putri keluarga tersebut berteriak terkejut, memberitakan bahwa budak sekaligus tawanan mereka sedang santai dan tenang-tenang memakan buah anggur. Padahal buah tersebut sedang tidak musim di Makkah dan Khubaib pun diikat tangannya dengan rantai besi.

Keluarga Al-Harits menakut-nakuti Khubaib, bahwa saudara sekaligus sahabatnya, Zaid yang juga dibeli keluarga Makkah lainnya, telah dieksekusi. Ia telah dibunuh dengan cara ditusuk tombak dari lubang dubur hingga tembus ke dadanya!

Namun berita kejam nan sadis ini ternyata tidak berhasil membuat hati Khubaib ketakutan apalagi berpaling dari keimanannya. Sebaliknya, hal ini justru membuat dirinya lebih pasrah terhadap ketentuan-Nya. Akhirnya keluarga Al-Harits pun putus asa. Mereka memutuskan untuk segera mengeksekusi tawanan yang tegar itu.

Namun sebelum eksekusi dijalankan, Khubaib memohon agar diperbolehkan melakukan shalat terlebih dahulu. Maka Khubaib mendirikan shalat dua rakaat. Usai shalat, Khubaib menoleh kepada para algojo yang mengawasinya sambil berkata, "Seandainya bukan karena dikira takut mati, maka aku akan menambah jumlah rakaat shalatku."

Inilah shalat sunnah pertama yang dilakukan seorang Muslim ketika akan menghadapi kematian. Inilah shalat dihadapan musuh-musuh Allah yang menunjukkan keteguhan dan keberanian dalam mengenggam dakwah di jalan Allah.

Tengah Dihukum oleh Qiyadah pun Tetap Berdakwah Di saat banyak yang tersakiti hatinya oleh sebuah hukuman dari qiyadah. Namun, d...

Tengah Dihukum oleh Qiyadah pun Tetap Berdakwah


Di saat banyak yang tersakiti hatinya oleh sebuah hukuman dari qiyadah. Namun, dia tetap berjuang bersama qiyadah. Inilah bentuk nyata dakwah bersama Allah, untuk Allah dan di jalan Allah. 

Saad bin Abi Waqqas datang menemui Abu Mihjan pada perang Qadisiyah, sementara ia gemar minum khamr. Saad memerintahkan untuk menghukumnya dengan mengikat Abu Mihjan.

Maka, tatkala berjumpa dengan orang-orang di sekelilingnya, Abu Mihjan berkata, "Cukuplah kesedihan bagiku, jika kuda itu dilepas dari kendalinya sedang aku ditinggalkan dalam keadaan terbelenggu."

Ia kemudian berkata kepada putri Hafsah, istrinya Saad, "Lepaskan aku, Allah jaminannya. Apabila Allah berkenan menyelamatkan aku sampai akhir pertempuran ini, tentu aku akan kembali ke penjara ini dan akan aku ikat kakiku."

"Namun, apabila Aku syahid, kau akan bisa lega tidak lagi disibukan untuk mengurusku." Maka, istri Saad pun melepaskan belenggunya, ia pun bergabung dengan pasukan lain.

Suatu saat Saad terluka sehingga tidak bisa memimpin pasukan. Saad naik ke atas benteng untuk melihat pasukan yang tengah bertempur.  Saat itu Abu Mihjan menaiki kuda Saad yang terkenal, "Al-Balqaa".

Abu Mihjan pun mengambil tombak lalu keluar untuk bertempur. Hampir semua lawan dihancurkan. Orang-orang terperangkap, "Wah ini raja."

Atas keberanian tersebut, Saad berkata, "Kesabaran berada di kuda "Al-Balqaa" dan kemenangan itu adalah kemenangan Abu Mihjan, padahal dia berada dalam ikatan"

Ketika musuh berhasil ditaklukan, Abu Mihjan kembali ke penjara dan mengikat kakinya kembali.

Sumber:
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah, Era Intermedia

Karakter Ahli Qur'an Rasulullah saw bersabda, "Di antara manusia ada orang-orang khusus di sisi Allah?" Beliau dit...

Karakter Ahli Qur'an


Rasulullah saw bersabda, "Di antara manusia ada orang-orang khusus di sisi Allah?" Beliau ditanya, "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah saw?" 

"Mereka adalah ahli Qur'an. Mereka itulah yang menjadi orang-orang khusus dan istimewa di sisi Allah." Jawab Rasulullah saw.

Karena sangat khususnya, maka ahli Qur'an memiliki beberapa karakter yang disebutkan oleh Ibnu Masud, "Seharusnya seseorang penghafal Al-Qur'an itu dikenal berbeda."

"Ia berbeda dilihat pada malam hari, ketika orang-orang tidur lelap. Ia berbeda dilihat dilihat pada siang hari, ketika orang-orang menikmati makanan."

"Ia berbeda dilihat dari tetesan air matanya, ketika orang-orang berbahagia. Ia berbeda dilihat dari tangisannya, saat orang-orang tertawa."

"Ia berbeda dari diamnya, saat orang-orang berbicara. Ia berbeda dilihat dari ketundukannya, saat orang-orang berjalan dengan keangkuhannya."

Abdullah bin Amru bin Ash juga berkata, "Tidak pantas bagi penghafal Al-Qur'an, berlama-lama mengobrol bersama mereka yang senang mengobrol, bersikap bodoh bersama orang-orang yang bodoh, dan lebih sering memberi maaf dan memaafkan, karena di dalam kalbunya terdapat Kalam Allah."

Sumber:
Badar Bin Nashir, Kisah Kaum Salaf Bersama Al-Qur'an, Al-Kautsar

Dai adalah Pengembara Imam para dai dari golongan salafus shaleh, mereka berlayar untuk menyebarkan dan menyampaikan dakwah, mer...

Dai adalah Pengembara


Imam para dai dari golongan salafus shaleh, mereka berlayar untuk menyebarkan dan menyampaikan dakwah, mereka memulai pembicaraan dengan orang-orang, berinteraksi dengan aktif, dan tidak menunggu kedatangan orang untuk bertanya. Demikianlah kondisi dai selamanya.

Dai hari ini harus mengembara dan berlayar ke berbagai tempat untuk menyampaikan dakwah. Lihatlah, bagaimana para utusan Rasulullah saw mengembara ke berbagai pedalaman. Tidak menunggu kedatangan mereka ke Madinah.

Orang Badwi bertanya kepada Rasulullah saw tentang rukun Islam, ketika diberi tahu, ia berkata, "Aku tidak menambah dan tidak mengurangi." Bagaimana orang Badwi memulai pertanyaan? "Wahai Rasulullah saw, utusanmu mendatangi kami, lalu menyampaikan bahwa kamu mendakwahkan bahwa Allah telah mengutusmu."

Utusan Rasulullah saw datang kepada mereka sebagai dai. Barangsiapa menunggu didatangi orang, maka ia bukan dai.

Para Sahabat meningkatkan Madinah, ketika Rasulullah saw mengutusnya ke  kaum Badwi tersebut. Meninggalkan rumah, keluarga dan anak. Mengarungi gurun demi gurun, panas dan dingin untuk menyampaikan dakwah.

Inilah kondisi dakwah yang anda ingin sampai kepada tujuan. Harus ada pergerakan, proaktif, inisiatif, perjalanan panjang, dan ucapan.

Duduk dan berkhayal bukan jalan kesuksesan. Jadi, pahamilah riwayat hidup pendahulu kita dan ikuti mereka, niscaya akan sampai.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya  Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah denga...


Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya 


Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah dengan menghancurkan reputasi, kedudukan, nama baik, dan kharisma para pemimpin Islam itu sendiri di dalam diri kaum muslimin.

Strategi ini terlihat sangat  jelas terlihat pada fitnah yang terjadi di era khalifah Utsman bin Affan. Taktiknya, hanya berputar di satu poros. Yaitu, merusak ketaatan para prajurit kepada  para pemimpin mereka sendiri.

Sebelum terjadi fitnah, Utsman bin Affan mengeluarkan kebijakan (ijtihad) dalam beberapa persoalan yang sederhana, kemudian kebijakan tersebut dieksploitasi oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu, lalu menyerang, memburuk-burukan dan menuduh Utsman bin Affan sudah melakukan bid'ah dalam agama.

Salah satu ijtihad di era Utsman bin Affan adalah masalah shalat Tamam, tidak mengqashar dan menjama', selama di Mina selama musim haji, membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf yang disusun oleh para tokoh Sahabat di bawah pengawasannya, mengakhiri masa pembuangan Al-Hakam ibnu Abi Ash dan mengembalikannya ke Madinah, pada Rasulullah saw telah membuangnya.

Ranah ijtihad ini, perbedaan pendapat ini, dikembangkan menjadi fitnah besar. Strateginya, "Bangkitlah dalam masalah ini, lalu bergeraklah. Mulailah misinya dengan menyerang para pemimpinnya, dan perlihatkan seolah-olah dalam misi Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, niscaya kalian dapat menarik perhatian publik, lalu tariklah dan serulah mereka pada misi ini."

Bagaimana ranah ijtihad justru diubah menjadi fitnah besar? Para propagandisnya menyebar ke setiap pelosok negri. Mengirimkan surat hasutan ke setiap pembangkang.  Menulis risalah dan buku yang berisi fitnah tentang ijtihad Utsman bin Affan dengan ungkapan, "Kita sungguh menyayangkan sikap penguasa ini."

Hasilnya, rusaklah jiwa manusia, datanglah masa pembangkangan. Kemudian mereka mengepung rumah Utsman bin Affan, lalu menerobos rumahnya untuk membunuh pemimpinnya sendiri.

Mereka memotong para pemimpin jamaah dan mematahkan tulang rusuk organisasi mereka sendiri, lalu menyebarkan slogan pembenaran, "Semuanya ini kami lakukan, tulus ikhlas karena Allah." 

Bagaimana penolakan terhadap ranah ijtihad berkembang menjadi pembunuhan terhadap karakter pemimpin dan pematahan tulang rusuk organisasi? Perselisihan pendapat  secara terbuka dan permusuhan akan berakhir dengan fitnah dan bahaya yang besar. Tabiat fitnah ini selalu berkembang dan tidak akan dapat dikendalikan.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press 

Jalan Kemenangan yang Dicampakkan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Orang kafir dan munafik pasti hancur, namun mereka melawan agar tid...

Jalan Kemenangan yang Dicampakkan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Orang kafir dan munafik pasti hancur, namun mereka melawan agar tidak hancur. Maka, pengerahan sumber daya, infrastruktur, ilmu dan teknologinya agar tidak hancur, akan berakhir sia-sia. Mereka tetap akan hancur.

Umat Islam pasti dimenangkan Allah. Anehnya, justru tidak mempercayainya.  Tidak teguh pada agama dan perjuangannya. Membuang sumber kekuatan dan kemenangannya. Malah justru, memilih jalan-jalan kekafiran.

Umat islam sangat aneh, dianugerahkan agama yang pasti menang, justru memilih dan berkomitmen pada ideologi yang pasti hancur. Diberi jalan perjuangan yang pasti menang, justru memilih yang pasti hancur.

Rasulullah saw selalu memberikan berita kemenangan pada kafir Quraisy bila mengikuti dakwahnya, namun mereka menolak. Orang di luar Mekah  menerima dakwahnya, lalu berkata, "Datanglah kembali setelah mendapatkan berita kemenangan."

Khalid bin Walid dan Amr bin Ash menyadari bahwa kemenangan berada di muslimin, bukan pada kekafiran. Maka, setelah perjanjian Hudaibiyah mereka berhijrah ke Madinah.

Sekarang, mengapa muslimin tidak meyakini ajarannya? Padahal sejarah dari Nabi Adam hingga hari ini telah membuktikan kemenangan yang nyata? Mengapa tidak berjuang bersama dakwahnya? Padahal sudah pasti kemenangannya?

Jangan pernah silau dengan kekuatan kekafiran. Kelak, nasibnya seperti Firaun, Haman dan Qarun. Melangkahlah seperti Nabi Musa, tetap teguh dengan langkahnya. Kelak, kemenangan itu tiba.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (332) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (245) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (498) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (362) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (472) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (206) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (140) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)