basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Sahabat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Sahabat. Tampilkan semua postingan

Karakter Ahli Qur'an Rasulullah saw bersabda, "Di antara manusia ada orang-orang khusus di sisi Allah?" Beliau dit...

Karakter Ahli Qur'an


Rasulullah saw bersabda, "Di antara manusia ada orang-orang khusus di sisi Allah?" Beliau ditanya, "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah saw?" 

"Mereka adalah ahli Qur'an. Mereka itulah yang menjadi orang-orang khusus dan istimewa di sisi Allah." Jawab Rasulullah saw.

Karena sangat khususnya, maka ahli Qur'an memiliki beberapa karakter yang disebutkan oleh Ibnu Masud, "Seharusnya seseorang penghafal Al-Qur'an itu dikenal berbeda."

"Ia berbeda dilihat pada malam hari, ketika orang-orang tidur lelap. Ia berbeda dilihat dilihat pada siang hari, ketika orang-orang menikmati makanan."

"Ia berbeda dilihat dari tetesan air matanya, ketika orang-orang berbahagia. Ia berbeda dilihat dari tangisannya, saat orang-orang tertawa."

"Ia berbeda dari diamnya, saat orang-orang berbicara. Ia berbeda dilihat dari ketundukannya, saat orang-orang berjalan dengan keangkuhannya."

Abdullah bin Amru bin Ash juga berkata, "Tidak pantas bagi penghafal Al-Qur'an, berlama-lama mengobrol bersama mereka yang senang mengobrol, bersikap bodoh bersama orang-orang yang bodoh, dan lebih sering memberi maaf dan memaafkan, karena di dalam kalbunya terdapat Kalam Allah."

Sumber:
Badar Bin Nashir, Kisah Kaum Salaf Bersama Al-Qur'an, Al-Kautsar

Dai adalah Pengembara Imam para dai dari golongan salafus shaleh, mereka berlayar untuk menyebarkan dan menyampaikan dakwah, mer...

Dai adalah Pengembara


Imam para dai dari golongan salafus shaleh, mereka berlayar untuk menyebarkan dan menyampaikan dakwah, mereka memulai pembicaraan dengan orang-orang, berinteraksi dengan aktif, dan tidak menunggu kedatangan orang untuk bertanya. Demikianlah kondisi dai selamanya.

Dai hari ini harus mengembara dan berlayar ke berbagai tempat untuk menyampaikan dakwah. Lihatlah, bagaimana para utusan Rasulullah saw mengembara ke berbagai pedalaman. Tidak menunggu kedatangan mereka ke Madinah.

Orang Badwi bertanya kepada Rasulullah saw tentang rukun Islam, ketika diberi tahu, ia berkata, "Aku tidak menambah dan tidak mengurangi." Bagaimana orang Badwi memulai pertanyaan? "Wahai Rasulullah saw, utusanmu mendatangi kami, lalu menyampaikan bahwa kamu mendakwahkan bahwa Allah telah mengutusmu."

Utusan Rasulullah saw datang kepada mereka sebagai dai. Barangsiapa menunggu didatangi orang, maka ia bukan dai.

Para Sahabat meningkatkan Madinah, ketika Rasulullah saw mengutusnya ke  kaum Badwi tersebut. Meninggalkan rumah, keluarga dan anak. Mengarungi gurun demi gurun, panas dan dingin untuk menyampaikan dakwah.

Inilah kondisi dakwah yang anda ingin sampai kepada tujuan. Harus ada pergerakan, proaktif, inisiatif, perjalanan panjang, dan ucapan.

Duduk dan berkhayal bukan jalan kesuksesan. Jadi, pahamilah riwayat hidup pendahulu kita dan ikuti mereka, niscaya akan sampai.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya  Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah denga...


Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya 


Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah dengan menghancurkan reputasi, kedudukan, nama baik, dan kharisma para pemimpin Islam itu sendiri di dalam diri kaum muslimin.

Strategi ini terlihat sangat  jelas terlihat pada fitnah yang terjadi di era khalifah Utsman bin Affan. Taktiknya, hanya berputar di satu poros. Yaitu, merusak ketaatan para prajurit kepada  para pemimpin mereka sendiri.

Sebelum terjadi fitnah, Utsman bin Affan mengeluarkan kebijakan (ijtihad) dalam beberapa persoalan yang sederhana, kemudian kebijakan tersebut dieksploitasi oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu, lalu menyerang, memburuk-burukan dan menuduh Utsman bin Affan sudah melakukan bid'ah dalam agama.

Salah satu ijtihad di era Utsman bin Affan adalah masalah shalat Tamam, tidak mengqashar dan menjama', selama di Mina selama musim haji, membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf yang disusun oleh para tokoh Sahabat di bawah pengawasannya, mengakhiri masa pembuangan Al-Hakam ibnu Abi Ash dan mengembalikannya ke Madinah, pada Rasulullah saw telah membuangnya.

Ranah ijtihad ini, perbedaan pendapat ini, dikembangkan menjadi fitnah besar. Strateginya, "Bangkitlah dalam masalah ini, lalu bergeraklah. Mulailah misinya dengan menyerang para pemimpinnya, dan perlihatkan seolah-olah dalam misi Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, niscaya kalian dapat menarik perhatian publik, lalu tariklah dan serulah mereka pada misi ini."

Bagaimana ranah ijtihad justru diubah menjadi fitnah besar? Para propagandisnya menyebar ke setiap pelosok negri. Mengirimkan surat hasutan ke setiap pembangkang.  Menulis risalah dan buku yang berisi fitnah tentang ijtihad Utsman bin Affan dengan ungkapan, "Kita sungguh menyayangkan sikap penguasa ini."

Hasilnya, rusaklah jiwa manusia, datanglah masa pembangkangan. Kemudian mereka mengepung rumah Utsman bin Affan, lalu menerobos rumahnya untuk membunuh pemimpinnya sendiri.

Mereka memotong para pemimpin jamaah dan mematahkan tulang rusuk organisasi mereka sendiri, lalu menyebarkan slogan pembenaran, "Semuanya ini kami lakukan, tulus ikhlas karena Allah." 

Bagaimana penolakan terhadap ranah ijtihad berkembang menjadi pembunuhan terhadap karakter pemimpin dan pematahan tulang rusuk organisasi? Perselisihan pendapat  secara terbuka dan permusuhan akan berakhir dengan fitnah dan bahaya yang besar. Tabiat fitnah ini selalu berkembang dan tidak akan dapat dikendalikan.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press 

Jalan Kemenangan yang Dicampakkan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Orang kafir dan munafik pasti hancur, namun mereka melawan agar tid...

Jalan Kemenangan yang Dicampakkan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Orang kafir dan munafik pasti hancur, namun mereka melawan agar tidak hancur. Maka, pengerahan sumber daya, infrastruktur, ilmu dan teknologinya agar tidak hancur, akan berakhir sia-sia. Mereka tetap akan hancur.

Umat Islam pasti dimenangkan Allah. Anehnya, justru tidak mempercayainya.  Tidak teguh pada agama dan perjuangannya. Membuang sumber kekuatan dan kemenangannya. Malah justru, memilih jalan-jalan kekafiran.

Umat islam sangat aneh, dianugerahkan agama yang pasti menang, justru memilih dan berkomitmen pada ideologi yang pasti hancur. Diberi jalan perjuangan yang pasti menang, justru memilih yang pasti hancur.

Rasulullah saw selalu memberikan berita kemenangan pada kafir Quraisy bila mengikuti dakwahnya, namun mereka menolak. Orang di luar Mekah  menerima dakwahnya, lalu berkata, "Datanglah kembali setelah mendapatkan berita kemenangan."

Khalid bin Walid dan Amr bin Ash menyadari bahwa kemenangan berada di muslimin, bukan pada kekafiran. Maka, setelah perjanjian Hudaibiyah mereka berhijrah ke Madinah.

Sekarang, mengapa muslimin tidak meyakini ajarannya? Padahal sejarah dari Nabi Adam hingga hari ini telah membuktikan kemenangan yang nyata? Mengapa tidak berjuang bersama dakwahnya? Padahal sudah pasti kemenangannya?

Jangan pernah silau dengan kekuatan kekafiran. Kelak, nasibnya seperti Firaun, Haman dan Qarun. Melangkahlah seperti Nabi Musa, tetap teguh dengan langkahnya. Kelak, kemenangan itu tiba.

Wafatnya Ahli Wirid Surat Al-Ikhlas Al Ala' bin Muhammad Ats-Tsaqafi berkisah, suatu ketika Kami bersama Rasulullah saw di T...

Wafatnya Ahli Wirid Surat Al-Ikhlas


Al Ala' bin Muhammad Ats-Tsaqafi berkisah, suatu ketika Kami bersama Rasulullah saw di Tabuk, matahari terbit dan bersinar sangat terang, tidak  seperti biasanya.

Lalu, Jibril datang kepada Rasulullah saw, dan beliau bertanya, "Wahai Jibril, ada apa gerangan, mengapa matahari pagi ini terbit dan bersinar sangat terang, tidak seperti biasanya?"

Jibril menjawab, "Hal ini disebabkan telah wafat  Muawiyah bin Muawiyah Al-Laitsi di Madinah, dimana Allah telah mengutus 70.000 malaikat untuk  menshalatkannya."

Rasulullah saw bertanya, "Mengapa demikian?" 

Jibril menjawab, "Karena ia selalu membaca Al-Ikhlas, baik siang maupun malam, ketika duduk maupun berjalan. Sudikah engkau, bumi ini aku lipat agar engkau dapat menshalatkannya?" 

Rasulullah saw menjawab, "Iya". Lalu beliau menshalatkannya. 


Sumber:
Mushthafa Murad, 1.000 mukjizat Rasulullah saw, Pustaka Azzam

Kesyahduan Bacaan Al-Qur'an Abu Bakar Oleh: Nasrulloh Baksolahar Abu Bakar memiliki suara khas yang dominan, lembut, merdu, ...

Kesyahduan Bacaan Al-Qur'an Abu Bakar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Abu Bakar memiliki suara khas yang dominan, lembut, merdu, dan khusyuk saat membaca Al-Qur'an. Saat shalat di sekitar Kabah,  banyak anak-anak dan wanita yang mendatangi untuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an-nya. Ini terjadi di periode Mekah. 

Melihat fenomena tersebut, Abu Bakar yang bertetangga dengan Ibnu Ad-Daginah, kaum Quraisy mendatangi Ibnu Ad-Daginah lalu  berkata kepadanya , "Suruhlah Abu Bakar menyembah tuhannya di rumahnya sendiri. Ia dapat mendirikan shalat sebanyak yang ia mau."

"Dan, dia juga dapat membaca (Al-Qur'an) apa pun yang ia suka di rumahnya, tanpa menyakiti telinga kita. Jangan pernah lagi tampil di muka umum untuk mendirikan shalatnya atau melantunkan bacaannya selain di rumahnya sendiri."

Abu Bakar sama sekali tak keberatan atas permintaan itu. Ia pun melaksanakan shalat dan membaca Al-Qur'an di dalam rumahnya. Namun, apa yang terjadi? Banyak wanita Quraisy dan anak-anak mereka tetap mendatangi rumah Abu Bakar dan mengelilinginya untuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an-nya. Mereka terrenyuh dengan bacaan Abu Bakar yang lembut, halus, berwibawa dan disertai dengan tangisannya.

Kaum Quraisy pun merasa terganggu, mereka kembali memanggil Ibnu Ad-Daginah, mereka memberitahukan berita tersebut. Lalu, Ibnu Ad-Daginah mendatangi Abu Bakar seraya berkata, "Wahai Abu Bakar, aku tahu apa yang aku janjikan kepadamu sebelum ini (memberikan perlindungan), tetapi keadaannya telah berubah sekarang."

"Aku memberikanmu dua pilihan, mengurangi aktivitasmu itu (membaca Al-Qur'an), atau aku tidak bisa melindungimu lagi, karena aku tidak senang jika bangsa Arab sampai mendengar bahwa aku melanggar perjanjian yang aku buat sendiri."

Lalu, Abu Bakar berkata, "Aku memilih untuk melepaskan kebertetanggaanku denganmu, karena aku lebih senang bertetangga dengan Allah dan Rasul-nya." Abu Bakar pun terus melantunkan Al-Qur'an walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Sumber:
Badar Bin Nashir, Kisah Kaum Salaf Bersama Al-Qur'an, Al-Kautsar

Prilaku Mulia di Pasar yang Dipraktekan Ibnu Umar Oleh: Nasrulloh Baksolahar Yang menyebarkan salam memiliki posisi sangat khusu...

Prilaku Mulia di Pasar yang Dipraktekan Ibnu Umar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Yang menyebarkan salam memiliki posisi sangat khusus di sisi Allah. Rasulullah saw bersabda, "Orang yang paling dekat dengan Allah ialah yang memulai salam." 

Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah saw, ada dua orang yang bertemu, yang manakah yang memulai salam?" Rasulullah saw menjawab, "Orang yang paling dekat dengan Allah."

Apakah pengaruh salam bagi muslimin? Apa pengaruhnya bagi keutuhan muslimin? Rasulullah saw bersabda, "Maukah kalian kutunjukkan  sesuatu yang bila kalian melakukannya akan menciptakan rasa saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian."

Salah satu sahabat yang kedudukan sangat mulia di sisi Rasulullah saw adalah Abdullah bin Umar, yang oleh Siti Aisyah dijuluki sosok yang akhlaknya mirip dengan Rasulullah saw. Salah satu kebiasaannya adalah menyebarluaskan salam.

Thufail bin Ubay pernah mendatangi Abdullah bin Umar. Lalu, mereka berdua pergi ke pasar. Thufail berkata, "Ketika kami ke pasar, setiap bertemu dengan pedagang barang murah atau pedagang barang mahal, orang miskin atau siapa pun, Ibnu Umar selalu mengucapkan salam kepadanya."

Thufail berkata lagi, "Pada hari lainnya, aku mendatangi Ibnu Umar. Lalu ia mengajakku pergi ke pasar. Kemudian, aku bertanya kepadanya, "Apa yang akan engkau lakukan di pasar? Engkau tidak pernah berhenti di depan barang dagangan, tidak pernah bertanya tentang harga barang yang dijual, tidak pernah melakukan tawar menawar, dan tidak pernah berbincang-bincang dengan orang-orang di pasar."

Aku berkata, "Mari kira duduk berbicara disini!" Ibnu Umar menjawab, "Kita pergi ke pasar bertujuan mengucapkan salam, kita mengucapkan salam kepada setiap orang yang kita temui."

Sumber:
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, al-I'tisham

Berkoalisi Atau Beroposisi dalam Kekuasaan  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah ada dalil keharaman yang jelas? Itulah syarat peni...

Berkoalisi Atau Beroposisi dalam Kekuasaan 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah ada dalil keharaman yang jelas? Itulah syarat penilaian dari sisi syariat. Bila itu tidak ada, maka seluruh tindakan berdasarkan ijtihad kemaslahatan dan kemudharatan. Ali bin Abi Thalib mengambil sikap yang berbeda dengan Muawiyah bin Abu Sofyan dalam soal terbunuhnya Utsman bin Affan, begitu juga Siti Aisyah.

Apakah ada yang bermaksiat dan berdosa dari perbedaan menyikapi pembunuhan Ali bin Thalib? Tidak ada,  semuanya mendapatkan pahala. Yang benar, dua pahala. Yang salah, satu pahala. Seperti itulah sikap ulama Ahlus Sunnah. 

Hasan bin Ali justru mengambil sikap yang berbeda dengan ayahnya, Ali bin Abu Thalib. Hasan lebih memilih memberikan kekhalifahan ke pada Muawiyah. Bukankah Ali bin Abu Thalib sering berdiskusi dengan anaknya, Hasan bin Ali, tentang pengelolaan kekuasaan?


Umar bin Abdul Aziz menyerahkan kekuasaannya kepada Yazid bin Abdul Malik. Mengapa menyerahkan kekuasaannya yang sudah diprediksi kezalimannya? Mengapa tidak diserahkan kepada penggantinya yang diperkirakan akan berlaku adil? Apakah ini tindakan yang bodoh?

Abu Hanifah menilai tindakan Umar bin Abdul Aziz sebagai tindakan yang tepat. Bila tidak, maka kekuasaan baru akan dipenuhi dengan pemberontakan dari keluarga keturunan Abdul Malik. Mana kemaslahatan yang lebih besar, kestabilan kekuasaan atau pemberontakan yang terus menerus?

Abu Hanifah memilih beroposisi dengan Bani Abbasiyah. Namun Muridnya, Abu Yusuf lebih memilih berkoalisi. Imam Syafii lebih memilih berkoalisi dengan penguasa. Namun muridnya, Imam Ahmad, memilih beroposisi. Imam Ahmad tidak mau menerima jabatan apa pun, walaupun didesak oleh gurunya, Imam Syafii.

Syeikh Nawawi Al-Bantani memiliki pandangan dalam beradab pada gurunya. Walaupun sang gurunya dianggap melakukan "kemungkaran" beliau tetap berprasangka baik. Karena kita tidak tahu rahasia dari keputusan yang diambilnya.

Bagaimana sikap para Sahabat tentang "Hadistul Ifki" yang menimpa Siti Aisyah? Seperti itulah sikap kita menghadapi peristiwa yang sifatnya ijtihadi.

Hanya Meminta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Hanya meminta, itulah akhlak hamba kepada Allah Sang Pemilik Semesta Alam. Hanya memin...


Hanya Meminta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Hanya meminta, itulah akhlak hamba kepada Allah Sang Pemilik Semesta Alam. Hanya meminta, itulah yang hanya bisa dilakukan oleh seorang hamba. Mengapa manusia merasa hebat, segalanya bisa dilakukannya sendiri?

Semuanya sesat, kecuali yang Allah beri petunjuk. Semuanya lapar, kecuali yang Allah beri makan. Semuanya telanjang, kecuali yang Allah beri pakaian. Maka, mintalah semuanya kepada Allah.

Andai Allah tidak menurunkan kitab suci dan mengutus para Nabi dan Rasul, bukankah manusia sesat? Bila Allah tidak menciptakan tumbuhan dan hewan, bukankah manusia akan kelaparan dan telanjang? Allah yang menyediakan, manusia hanya meminta saja.

Saat para Nabi dan Rasul menghadapi persoalan, apa yang dilakukan pertama kali? Menunggu wahyu Allah. Setelah itu, meminta atau berdoa kepada Allah? Kekuatan penghulu para Nabi pun, Rasulullah saw, berada dibalik doa-doanya. Hanya meminta.

Seorang Sahabat dililit hutang, Rasulullah saw mengajar doa kepadanya. Siti Fatimah kelaparan di rumahnya, Rasulullah saw mengajar doa kepada putrinya. Solusi hidup hanya tinggal meminta saja pada Allah swt.

Syarat utama permintaan dikabulkan hanya rezeki yang halal yang masuk ke perut. Bila haram, maka seperti tanah yang disiram racun, tidak akan bisa ditanami apa pun.

Dikabulkannya permintaan hanya butuh keyakinan. Sebab Allah sudah menjamin keterkabulan doa. Apakah ada doa para Nabi dan Rasul yang tidak dikabulkan? Setelah itu bersabarlah.

Puasa, Benteng Kokoh Agar Fokus Ekspansi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Puasa adalah perisai. Puasa adalah benteng. Hidup adalah pe...

Puasa, Benteng Kokoh Agar Fokus Ekspansi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Puasa adalah perisai. Puasa adalah benteng. Hidup adalah pertempuran terhadap semua ujian dan godaan hidup. Hidup adalah pergumulan dengan fitnah-fitnah kehidupan. Bagaimana menangkis yang paling mudah? Bagaimana cara berlindung dalam kelemahan sebagai manusia?  Bangunlah benteng. Buatlah perisai.

Musuh menyerang dengan senjata tercanggih dan strategi yang tak terpikirkan. Dengan tipu muslihat dan kamuflase. Jangan pernah keluar dari benteng. Jangan pernah melepaskan perisai. Sekali keluar, akan mudah dihancurkan.

Khalid bin Walid mengepung kota Damaskus. Berbulan-bulan tak bisa ditundukkan. Bagaimana cara mengalahkannya? Menggoda agar pasukan lawan keluar dari benteng. 800 tahun kaum Muslimin berusaha menaklukkan Konstantinopel namun selalu gagal. Bagaimana akhirnya bisa ditaklukkan? Ada prajurit Binzantium yang lupa menutup pintu  benteng. Akhirnya kaum Muslimin berhasil menerobos masuk.

Manusia itu lemah. Agar terlindungi dari semua ancaman, bangunlah benteng. Manusia itu bodoh terhadap kelicikan syahwat dan bisikan syetan. Agar terlindungi dari kelicikannya, bangunlah benteng. Jangan sekali-kali keluar dari benteng tersebut.

Bagaimana menghadapi serbuan 10.000 gabungan pasukan Musyrikin Quraisy, kabilah Arab, Munafikin dan Yahudi di Madinah? Rasulullah saw memanfaatkan bukit-bukit bebatuan yang terjal dan menggali parit. Setelah itu memporakporandakan lawan dengan cara sederhana.  Ali bin  Abi Thalib mengalahkan Yahudi di Khaibar dengan membobol pintu benteng dengan tangannya sendiri.

Seekor semut, rayap dan cacing  menjadi sulit dijadikan mangsa saat berlindung di benteng yang di bawah tanah. Seluruh kecanggihan teknologi negara adi daya tak berguna ketika perlawanan rakyat Palestina berlindung di terowongan Gaza. Yang lemah, menjadi kuat saat berlindung di balik benteng.

Benteng bukan sekedar untuk berlindung, tetapi juga menguras habis energi lawan. Benteng bukan sekedar untuk bertahan tetapi agar fokus menyerang. Bukankah setiap serangan diawali dari perlindungan pasukan dan infrastrukturnya? Saat terlindungi dari hawa nafsu dan syetan, manusia bisa mengupgrade  kuantitas dan kualitas ketaatan kepada Allah l. 

Raganya di Dunia, Jiwanya Penjelajah Akhirat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tualah sebelum tua. Matilah sebelum mati. Di alam kuburl...

Raganya di Dunia, Jiwanya Penjelajah Akhirat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tualah sebelum tua. Matilah sebelum mati. Di alam kuburlah sebelum di kubur. Di akhiratlah sebelum di akhirat. Menyaksikan wajah Allah sebelum berhadapan langsung dengan-Nya.

Sukseslah sebelum sukses. Semuanya bisa dihadirkan saat ini tanpa perlu syarat. Bahagia tak perlu syarat. Kaya tak perlu syarat akumulasi jumlah tertentu. Menjelajah akhirat tanpa perlu syarat kematian.

Para Sahabat sudah menyaksikan penduduk surga yang hidup dalam kebahagiaan. Menyaksikan penduduk neraka yang disiksa. Menyaksikan Allah di Arsy-Nya. Akhirat itu ada disini.

Rasulullah saw sudah menyaksikan semua peristiwa yang akan terjadi, sehingga beliau bersabda, "Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan lebih banyak menangis.

Seorang sahabat membuang kurmanya saat perang Badar karena telah mencium bau surga dari sengitnya pertempuran. Terlalu lama memasuki surga walau hanya menunggu memakan dua butir kurma.

Para Tabiin melihat bara api seperti melihat kobaran api neraka. Tangannya tersentuh api, bagaimana bila dimasukan ke api neraka? Melihat keindahan alam, seolah menyaksikan surga. Raganya di dunia namun jiwanya telah sampai di akhirat.

Utsman bin Affan, sebelum kematiannya, menunggu berbuka puasa bersama Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar bin Khatab di surga. Hasan Al-Banna sebelum kematiannya bertemu dengan Ali bin Thalib yang telah menantikannya. Raganya di dunia, namun jiwanya sudah bergaul dengan para penduduk surga.

Kematian Para Panglima, Menyurutkan Daya Tempur Muslimin? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Dalam medan pertempuran kaum Muslimin, kem...

Kematian Para Panglima, Menyurutkan Daya Tempur Muslimin?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Dalam medan pertempuran kaum Muslimin, kematian panglimanya apakah menyurutkan pertempuran? Saat kritis pun, kematian sang panglima tidak pernah menyurutkan dan menghancurkan mental juang. Apalagi bila aura kemenangan sudah sangat  nyata.

Di perang Uhud, kaum Muslimin menghadapi tiga kondisi kritis. Terdesak oleh serangan memutar  Khalid bin Walud dari arah belakang karena turunan regu pemanah dari bukit. Kematian sang panglima Hamzah bin Abdul Muthalib dan isu berita kematian Rasulullah saw. Apakah membuat kaum Muslimin meninggalkan medan pertempuran?

Apakah kemenangan itu hanya ditangan sang panglima? Di saat kritis, Muslimin di perang Uhud justru berkata, "Bila mereka syahid, untuk apa kita hidup?" Seluruh pasukan Muslimin berlomba-lomba menempuh jalan kesyahidan Hamzah bin Abdul Muthalib. Kematian sang panglima menjadi model kematian prajurit-prajuritnya berikutnya. Mereka merindukan jalan kematian sang panglima. Akhirnya kaum Muslimin berhasil memukul mundur musuh. Mereka terus mengejar pasukan Kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sofyan.

Di perang Mu'tah, 3.000 pasukan Muslimin menghadapi 200.000 pasukan gabungan Romawi dan sekutunya dari bangsa Arab. Apa yang harus dilakukan? Kaum Muslimin dua hari merancang strategi. Memohon bantuan tambahan pasukan ke Rasulullah saw atau meneruskan pertempuran? Abdullah Ibnu Rahawah mengatakan, "Kita berperang karena Allah, bukan karena banyak atau sedikit pasukan." Kaum Muslimin pun menghadapi Romawi.

Kaum Muslimin bertempur di Syam, bukankah pasukan Romawi dan sekutu Arabnya lebih memahami Mu'tah yang terletak di Syam? Kaum Muslimin menghadapi lautan tentara musuh terlatih yang terkuat saat itu. Panglimanya yang ditunjuk oleh Rasulullah saw berguguran dari Zaid bin Haritsah, Jafar bin Abdul Muthalib dan Abdullah Ibnu Rahawah. Apakah bergugurannya semua panglima terbaik menghancurkan semangat tempur Muslimin?

Sekali lagi, mereka ingin meraih kesyahidan seperti para panglimanya. Daya juang Muslimin semakin menggelora.  Kaum Muslimin bermusyawarah, memilih panglima baru seperti yang diperintahkan Rasulullah saw bila ketiga panglima sebelumnya gugur. Apakah kualitas panglima yang ditunjuk oleh Rasulullah saw dengan hasil musyawarah Muslimin berbeda? Ternyata kualitasnya tetap sama. Bila Rasulullah saw memerintahkan atau mendelegasikan sesuatu, berarti hasinya tetap berkualitas yang sama.

200.000 pasukan Romawi dibuat carut marut. Khalid bin Walid yang terpilih menjadi panglima perang menghabiskan 9 pedang di perang Mu'tah. Yang gugur di pihak Muslimin hanya 16 orang. Pihak Romawi melihat setiap hari kaum Muslimin mendapatkan "bala batuan". Padahal, itu hanya "tipuan" Khalid bin Walid yang setiap hari mengganti posisi pasukan saja. Romawi pun terpukul. Banyak korban berjatuhan di pihak Romawi. Saat Muslimin mundur, dianggap ingin menjebaknya.

Di perang Talut melawan Jalut. Talut sebagai panglima Muslimin terdesak oleh Jalut yang bertubuh besar, kuat seperti raksasa. Apakah ini melemahkan Muslimin? Tampilan Daud yang mengalahkan Jalut. Apakah Talut yang tidak bisa mengalahkan Jalut menurun daya tempur Muslimin? Pertempuran adalah jihad yang merindukan kesyahidan. Hanya itu orientasinya. Jadi kondisi pertempuran apa pun tidak akan pernah melemahkan daya juang Muslimin.

Liku-liku Abdurrahman bin Auf dalam Pemilihan Khalifah  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Umar bin Khatab membentuk Majelis Syuro untuk...

Liku-liku Abdurrahman bin Auf dalam Pemilihan Khalifah 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Umar bin Khatab membentuk Majelis Syuro untuk menentukan penggantinya. Anggotanya terdiri 6 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw. Yaitu, Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Saad dan Abdurahman bin  Auf. Bila proses pemilihan terjadi deadlock, maka keputusan ada di tangan Abdurrahman bin Auf. Majelis ini hanya diberi waktu 3 hari untuk masa kerja. Mengapa Abdurrahman bin Auf dijadikan penentu bila deadlock?

Menurut Umar bin Khatab, Abdurrahman bin Auf merupakan sebaik-baiknya orang yang memiliki pendapat, dia mendapat pertolongan dan pandai, serta mendapat penjagaan dari Allah. Di lain kesempatan, Umar bin Khatab memujinya sebagai orang yang paling adil.

Proses pemilihan pun dimulai. Abdurrahman bin Auf membentuk 3 orang nominasi yang masuk ke proses pemilihan berikutnya. Abdurrahman bin Auf bertanya pada setiap anggota majelis. Utsman bin Affan mendapatkan suara dari Thalhah dan Ali. Ali bin Abi Thalib mendapatkan suara dari Zubair dan Utsman. Sedangkan Abdurrahman bin Auf mendapatkan suara dari Saad. Lalu, Abdurrahman bin Auf mengundurkan diri dari nominasi. Jadi, hanya Ali dan Utsman yang masuk ke tahap berikutnya. Bagaimana Abdurrahman bin Auf memecahkan persoalan ini, padahal Umar bin Khatab menunjuknya menjadi penentu?

Selama 3 hari, Abdurrahman bin Auf tak bisa memejamkan matanya selain hanya sesaat. Seluruh waktunya ia habiskan untuk shalat, berdoa dan beristikharah, meminta pilihan terbaik kepada Allah. Dalam kondisi ini Allah mengilhamkannya, bagaimana pendapat masyarakat umum di luar Majelis Syura? Bukankah banyak Sahabat Senior yang bermukim di Madinah?

Abdurrahman bin Auf pun mendatangi sahabat yang lainnya dan bermusyawarah dengan mereka. Ia merundingkan masalah ini dengan para pembesar sahabat, tokoh-tokoh, para pemimpin pasukan dan orang-orang yang datang ke Madinah. Abdurrahman bin Auf melakukan survei kepada kaum perempuan, anak-anak dan budak-budak. Apa hasil survei dan pertimbangan dari luar Majelis Syura?

Di malam batas akhir pemilihan khalifah, Abdurrahman bin Auf secara bergantian memanggil Zubair dan Saad. Lalu berunding bersamanya. Memanggil Ali bin Abi Thalib, lalu berunding bersamanya. Terakhir berunding dengan Utsman bin Affan. Abdurrahman bin Auf menyampaikan hasil diskusi dan survei terhadap para Sahabat dan penduduk Madinah tentang sosok siapakah yang melanjutkan tongkat kepemimpinan setelah wafatnya Umar bin Khatab.

Waktu pengumuman hasil Majelis Syura pun tiba. Ketika selesai shalat Subuh, Abdurrahman bin Auf mengumpulkan anggota Majelis Syura, kaum Muhajirin, Anshar dan para Amir pasukan. Dengan mengucapkan syahadat, diumumkan bahwa Utsman bin Affan yang diangkat menjadi khalifah melanjutkan Umar bin Khatab. Semua yang hadir berbaiat kepada Utsman bin Affan termasuk Ali bin Abi Thalib.

Dalam pemilihan khalifah, Umar bin Khatab membuat terobosan dengan membentuk Majelis Syura sebagai  lembaga pemilihan khalifah dengan tata cara pemilihan yang jelas. Abdurrahman bin Auf membuat terobosan dengan melakukan jajak pendapat dan survei terhadap penduduk Madinah tentang siapakah pengganti Umar bin Khatab diantara dua calon yaitu, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Menurut Imam adz-Dzahabi, "Peranan terbaik Abdurrahman bin Auf dalam panggung sejarah Islam adalah ketika ia mengundurkan diri dari pencalonan khalifah pada majelis syura umat ini. Juga, ketika menunjuk sesorang di antara mereka berdasarkan kesepakatan Ahlus Syura, yaitu memilih Utsman bin Affan. Seandainya dia bersikap memihak pada satu golongan tertentu, niscaya jabatan itu akan diambil olehnya, atau dia akan memberikan jabatan itu kepada sepupunya dan orang terdekatnya, Saad bin Abu Waqqash."

Penolakan Penduduk Madinah Terhadap Politik Dinasti Muawiyah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan berenca...

Penolakan Penduduk Madinah Terhadap Politik Dinasti Muawiyah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan berencana mengangkat putranya, Yazid bin Muawiyah, sebagai penggantinya. Yazid cukup kredibel mengelola kekhalifahan. Berpengalaman  memimpin penaklukan Konstantinopel. Adz-Dzahabi berkata tentangnya, "Yazid seorang laki-laki kuat pemberani, berakal, tegas, cerdik dan fasih." Ibnu Katsir berkata tentangnya, "Yazid memiliki sifat terpuji, dermawan, santun,  berlisan fasih, menguasai syair, berani dan mampu mengatur kerajaan." Namun penduduk Madinah menolaknya, ada apa?

Muawiyah bin Abu Sofyan mengirimkan duta ke berbagai daerah, termasuk ke Madinah, agar penduduk Madinah berbaiat kepada Yazid. Dutanya, Marwan bin Hakam berkata, "Ini adalah sunnah Abu Bakar yang diberi petunjuk." Karena Abu Bakar menunjuk Umar bin Khatab sebagai khalifah. Namun Abdurahman bin Abu Bakar menolaknya dengan berkata, "Abu Bakar tidak memilih dari keluarga dan kabilahnya. Beliau memilih laki-laki dari Bani Adi bin Ka'ab, karena melihatnya kapabel, maka dia membai'atnya."  Sedangkan pembai'atan kepada Yazid berarti tidak berbeda dengan bai'at Heraklius (Romawi Timur) dan Kisra (Persia).

Muawiyah bin Abu Sofyan mencoba melobi Abdullah bin Umar agar mau berbai'at kepada Yazid dengan berkata, "Wahai Ibnu Umar, dulu anda pernah menyampaikan kepadaku bahwa anda tidak suka melewati malam yang gelap tanpa ada orang yang memimpin atasmu. Aku memperingatkanmu agar anda tidak memecah tongkat Muslimin, jangan jadi biang kerusakan di antara mereka." Ibnu Umar menjawab dengan menjelaskan tata cara bai'at Khulafa Rasyidin. Juga menambahkan bahwa orang Quraisy lainnya juga memiliki putra yang lebih baik dari Yazid, namun mereka tidak berpendapat pada putranya seperti Muawiyah terhadap putranya. Ibnu Umar menolak berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah kecuali bila kaum Muslimin sudah sepakat.

Muawiyah bin Abu Sofyan mencoba melobi Abdullah bin Zubair agar berbaiat kepada Yazid putranya. Ibnu Zubair menjawab dan memintanya untuk meninggalkan kursi kekhalifahan terlebih dahulu bila memang sudah jenuh mendudukinya, lalu mengangkat Yazid sebagai khalifah penggantinya. Bila setuju, maka ibnu Zubair bersedia membaiat putranya Yazid. Sebab tidak boleh ada dua khalifah dalam waktu yang bersamaan.

Husain bin Ali menolak berbaiat kepada Yazid karena Muawiyah tidak konsisten dengan syarat perdamaian dengan kakaknya, Hasan, dimana salah satu point perdamaiannya, "Hendaknya perkara ini menjadi syura di antara kaum Muslimin." Husein bin Ali melihat bahwa upaya Muawiyah mewariskan khilafah kepada anaknya, Yazid, menyalahi manhaj Islam pemerintah.

Muawiyah bin Abu Sofyan sudah sangat paham bahwa penduduk Madinah tidak mau berbaiat kepada Yazid putranya. Saat seluruh perwakilan delegasi dari berbagai daerah datang untuk meminta persetujuan dan deklarasi baiat, delegasi dari Madinah, Amr bin Hazm ditolak atau didesain agar datangnya terlambat sehingga penolakannya tidak mengacaukan pendapat yang setuju dan menimbulkan silang pendapat akibat penentangannya.

Muawiyah mengangkat putranya Yazid sebagai khalifah dengan pertimbangan untuk menjaga keutuhan umat, sebab Yazid didukung oleh mayoritas penduduk Syam yang merupakan faktor terkuat dalam menjaga stabilitas negara. Apapun alasannya, para penduduk Madinah menolak gerakan politik dinastinya Muawiyah bin Abu Sofyan, mereka menginginkan mekanisme pemilihan khalifah seperti di era Khalifahatur Rasyidin.

Bagaimana dengan negri ini, bila sesuatu bertentangan dengan konstitusi, yang dirubah justru konstitusinya? 

Andai Gugatan Batas Usia Cawapres disidangkan di Era Ali bin Abi Thalib  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Gugatan batas usia Cawapres ...

Andai Gugatan Batas Usia Cawapres disidangkan di Era Ali bin Abi Thalib 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Gugatan batas usia Cawapres yang sebelumnya selalu ditolak, tiba-tiba gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 yang baru masuk di 13 September 2023, langsung diterima. Adanya  perlibatan Ketua MK, Paman dari Cawapres, yang sejak awal berkomitmen untuk tidak terlibat dalam mengambil keputusan, karena ada konflik kepentingan, tapi untuk putusan ini dia melibatkan diri. Apakah keputusan MK ini sah?

Mari membuka berkas perkara yang pernah terjadi di era Ali bin Abi Thalib. Apakah peristiwa hukum masa lalu ini bisa menjadi yurisprudensi untuk menilai sah atau tidak sahnya keputusan MK menerima gugatan batas usia Cawapres di era sekarang? Andai pun tidak, semoga  bisa menjadi rujukan dalam menilai kadar kualitas penegakan  hukum di negri ini.

Tatkala khalifah Ali bin Abi Thalib menuju Shiffin, dia kehilangan baju besinya. Tatkala dia pulang dari peperangan menuju Kufah, baju besi milik Ali ditemukan oleh seorang Yahudi. Ali berkata kepada Yahudi, "Baju besi itu adalah baju besiku, dan saya tidak pernah menjual dan tidak pernah menghibahkannya kepada siapa pun."

Yahudi itu berkata, "Dia adalah baju besiku, dan sekarang ada di tanganku! Mari kita menuju hakim." Mereka berdua menuju hakim yang bernama Syuraih. Hakim yang terkenal keadilan, kejujuran dan kebersihannya yang diangkat sebagai hakim sejak era Umar bin Khatab.

Syuraih berkata, Wahai Amirul Mukminin katakan apa yang akan kamu adukan!" Ali berkata, "Ya, baju besi yang ada di tangan Yahudi itu adalah baju besiku, saya belum pernah menjualnya dan tidak pula menghibahkan kepada seseorang." Lalu aoa yang akan kamu katakan wahai Yahudi?" Yahudi itu berkata, "Baju besi itu adalah baju besiku dan dia ada ditanganku."

Syuraih berkata, "Apakah kau memiliki bukti wahai Amirul Mukminin?" Ali berkata, "Ya, Qanbar (budaknya) dan al Hasan (putranya) akan memberikan kesaksian bahwa itu adalah baju besiku." Kata Ali. Seorang budak tidak boleh menjadi saksi. Berarti saksi yang tersisa tinggal putranya Hasan. Bagaimana pendapat Syuraih tentang saksi yang merupakan putranya Ali sebagai pihak yang menggugat?

Syuraih berkata, "Kesaksian seorang anak untuk orang tuanya tidak sah secara hukum." Ali melanjutkan, "Apakah seorang penduduk surga tidak boleh menyatakan kesaksian? Saya mendengar dari Rasulullah saw, "Al-Hasan dan Al-Husein adalah penghulu pemuda-pemuda di Surga." Namun Hakim Syuraih tetap menolak Hasan menjadi saksi karena beliau putra dari pihak yang menggugat, Ali bin Abi Thalib. Kasus ini pun dimenangkan oleh Yahudi.

Bila Hasan, putra dari Ali, tidak bisa dijadikan saksi dalam persidangan gugatan Ali terhadap Yahudi. Bagaimana bila sang paman menjadi hakim, yang kemenangan dan kekalahan keputusan dalam gengamannya, pada gugatan yang memiliki kepentingan bagi keponakannya? Andai perkara gugatan batas umur Cawapres dibawa ke era Ali bin Abi Thalib apa keputusannya dari logika ini?

Strategi Memerangi Yahudi Oleh: Nasrulloh Baksolahar Perang Rasulullah saw dengan Yahudi, Perang Bani Qainuqa, Bani Nadir, Bani ...

Strategi Memerangi Yahudi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Perang Rasulullah saw dengan Yahudi, Perang Bani Qainuqa, Bani Nadir, Bani Quraizhah, Khaibar, Fadak, Wadil Qura, dan Taiman. Apa perbedaan perang dengan Musyrikin dan Yahudi?  Yahudi ada di kota Madinah dan mengepung Madinah dengan benteng-benteng yang kokoh dan persenjataan yang lengkap, modern dan perbekalan yang lebih dari cukup.

Dengan benteng yang kokoh, persenjataan yang lengkap modern, dan perbekalan yang lebih dari cukup, apakah pertempuran dengan Yahudi menjadi perang yang sangat fenomenal, sulit, dan menegangkan? Membuat kaum Muslimin terdesak? Pertempuran dengan Yahudi semuanya tentang pengepungan benteng, urat syaraf, blokade logistik terakhir baru perang kota.

Perang dengan Yahudi, sangat sedikit berupa pertempuran fisik "head to head", walaupun Yahudi mengaku memiliki kekuatan militer dan keahlian perang yang melampaui kekuatan Musyrikin di Perang Badar. Yahudi berani berperang setelah mendapatkan jaminan bantuan dari Munafikin Madinah dan Kabilah Arab Ghafathan yang tinggal di antara Madinah dan Syam.

Yahudi di kota Madinah, Bani Qainuqa, memata-matai kaum muslimin. Lalu, mengirimkan seluruh informasi tentang rencana dan aktivitas muslimin kepada Quraisy, menampakkan permusuhan dan menganggu aktifitas harian muslimin. Bani Nadhir, merencanakan pembunuhan kepada Rasulullah saw saat Rasulullah saw berkunjung ke benteng mereka, di dekat Madinah.

Bani Quraizhah menghianati perjanjian dengan menusuk dari dalam, saat kaum Muslimin di kepung oleh musyrikin Quraisy dan seluruh kabilah Arab pada perang Khandaq. Pemimpin Yahudi Bani Quraizhah jugalah yang memobilisasi dan menghimpun pasukan musyrikin Arab untuk mengepung Madinah.

Yahudi bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Quraizhah kalah perang, semuanya melarikan diri ke Khaibar. Benteng Yahudi terkuat dan terbanyak di antara Madinah dan Syam. Kaum Muslimin memecah persatuan Arab Ghafathan dan Yahudi, barulah menyerangnya. Penyerbuan ini sama sekali tak diketahui Yahudi. Saat Yahudi bangun di pagi hari ternyata sejumlah benteng sudah terkepung.

Pasukan muslimin dipecah ke beberapa benteng agar Yahudi tak tahu target utamanya dan tidak terjadi saling membantu antar benteng. Terjadilah perang kota dan hutan. Strategi jitunya adalah bagaimana Yahudi keluar dari benteng sehinga terjadi perang head to head? Memutus logistiknya. Sebab Yahudi tak pernah berani perang head to head. Seperti ini pula seni berperang melawan Yahudi sepanjang zaman.

Pola Takdir Oleh: Nasrulloh Baksolahar Hukum dunia itu sangat unik. Sebab akibat di dunia itu sangat aneh. Pola takdir itu serin...

Pola Takdir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Hukum dunia itu sangat unik. Sebab akibat di dunia itu sangat aneh. Pola takdir itu seringkali bertentangan dengan logika ego manusia. Meruntuhkan ego selalu beriringan dengan pola takdir yang tercatat di Lauhul Mahfud.

Ingin menguasai kekuasaan? Jangan mencintai kekuasaan. Ingin menguasai kekayaan? Jangan mencintai kekayaan? Ingin menguasai seluruh yang ada di muka bumi? Jangan mencintai dunia. Cintailah akhirat. Itulah pola takdir yang tergores di Lauhul Mahfud.

Umar bin Khatab menjadi khalifah yang paling cepat perluasan kekuasaan, kemakmuran, dan kekuatan militernya. Di era inilah, Kaisar Heraklius mengucapkan selamat tinggal pada Syam dan pindah ke Konstantinople. Romawi terusir dari Timur Tengah. Di era ini pula, Persia runtuh. Sang Kisra meminta bantuan ke kaisar Cina namun tak mendapatkan bantuan karena kaisar Cina pun takkan mampu menghadapi kekuatan muslimin. Apa penyebabnya?

Tentara kaum Muslimin sedikitpun tak berkhianat pada harta rampasan perang. Tak berkhianat pada harta milik masyarakat. Tak berkhianat pada kekayaan dan anggaran negara. Mereka tak berani mengambilnya walaupun hanya satu buah jarum atau satu potong pakaian pun.

Umar bin Khatab, gubernur, pejabat dan pegawainya hidup hanya sebesar gaji yang diterimanya. Menolak hadiah. Setiap keinginan yang dituruti dianggap sebuah prilaku yang melampaui batas yang keji. Dengan cara inilah kekuasaan, kemakmuran dan kekuatan terjaga dan bertambah. Bagaimana nasib penguasa dan pejabat yang rakus? Tercabut semua kekuatannya.


Kekayaan Utsman bin Affan tetap langgeng dan tumbuh hingga sekarang. Padahal sudah berusia 14 abad lamanya. Adakah hartawan yang bisa melanggengkan hartanya? Mungkin hanya Utsman bin Affan. Semua berawal dari wakaf sebidang tanah dan sumur.

Pada perang Tabuk Rasulullah saw, Rasulullah saw "menghentikan" infak Utsman bin Affan karena terlewat banyak. Saat Madinah dilanda kelaparan, seluruh dagangannya diberikan ke pada masyarakat. Kekayaan itu terus bertambah saat tak mencintai kekayaan. Seperti itulah goresan pena takdir-Nya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (174) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)