basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Nabawiyah

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Nabawiyah. Tampilkan semua postingan

Kesabaran Rasulullah saw Pada Perang Uhud, Rasulullah saw menjadi sasaran anak panah hingga retak tulang hidung dan tanggal gigi...

Kesabaran Rasulullah saw


Pada Perang Uhud, Rasulullah saw menjadi sasaran anak panah hingga retak tulang hidung dan tanggal gigi gerahamnya. Wajahnya yang mulia itu terluka, mencucurkan darah. Hingga, tersebarlah berita  bahwa Rasulullah saw wafat.

Berbagai perasaan berkecamuk dalam diri Sahabat. Sebagian kembali ke Madinah, yang lain ke atas gunung. Meski demikian, Rasulullah saw tetap bersabar, tak bergeming dalam memimpin peperangan hingga akhir.

Ketika anaknya, Ibrahim, wafat di sisinya. Kedua kelopak matanya bercucuran air mata, seraya berkata,

"Mata meleleh, hati berduka. Namun, kita tak bisa berkata apa pun kecuali apa yang diridai Allah swt."

Rasulullah saw bersabar menahan lapar, hingga diselipkannya batu pada perutnya. Beliau pun pernah shalat sambil duduk karena lapar. 

Dalam dakwah, Rasulullah saw menghadapi cercaan dan hinaan, tuduhan bohong seperti gila dan tukang sihir.

Beliau diusir dari Thaif, dikeroyok, dilempari batu dari satu tempat ke tempat lain, hingga terluka telapak kakinya. Wajahnya diludahi, namun beliau hanya mengusapnya.

Ini semuanya hanya untuk mencari ridha Allah swt semata dan Allah swt yang menyuruhnya bersabar.

Bersabarlah (Nabi Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan (pertolongan) Allah, janganlah bersedih terhadap (kekufuran) mereka, dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.
(An-Naḥl [16]:127)

Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia 

Meraih Kembali Kemenangan di Perang Uhud dan Hunain Sejarah mencatat bahwa ketika Muslimin menghadapi musuh, sementara hatinya d...

Meraih Kembali Kemenangan di Perang Uhud dan Hunain


Sejarah mencatat bahwa ketika Muslimin menghadapi musuh, sementara hatinya dipenuhi dengan dunia, maka ketahuilah semua itu sedang menuju kekalahan.

Sebaliknya, tidaklah Muslimin menghadapi musuh, sedangkan yang terpelihara di hati adalah keinginan kuat meraih akhirat dan zuhud terhadap dunia, maka Allah swt akan memberikan kemenangan di akhirnya.

Di perang Uhud, ketika Rasulullah saw mengutus pasukan pemanah yang berjumlah 50 orang yang dipimpin oleh Abdullah bin Jabir. Mereka ditempatkan pada sebuah bukit. Rasulullah saw berpesan,

"Jika kalian melihat kami dicincang musuh, janganlah pergi dari dari sini, hingga mengutus seseorang pada kalian."

"Dan, jika kalian menyaksikan kami mengalahkan dan menundukkan musuh, janganlah pergi hingga kami mengutus orang kepada kalian."

Akhirnya, pasukan bisa mengalahkan musuh. Ghanimah peperangan berserakan di medan pertempuran. Pasukan pemanah berkata kepada Abdullah, "Ghanimahkah itu?, Saudara-saudara kalian telah memperoleh kemenangan, maka apa lagi yang ditunggu?"

Abdullah bin Jabir berkata, "Apakah kalian melupakan pesan Rasulullah saw?"

"Demi Allah swt, kami akan mendatangi mereka dan mengambil bagian ghanimah." Kata anggotacpasukan pemanah.

Mereka memaksa pergi. Mereka palingkan diri dari menghadapi musuh, maka korban di pihak Muslimin bergelimpangan karena serangan balik kafir Quraisy.

Padahal kasus ini terjadi pada sebaik-baiknya generasi dan di antara mereka terdapat sebaik-baiknya manusia seperti  Rasulullah saw dan Abu Bakar. Namun, hampir terkalahkan juga. Lalu, bagaimana dengan generasi saat ini?

Di perang Hunain pun hampir menelan kekalahan, tatkala Muslimin mulai condong kepada dunia dan kagum terhadap banyaknya tentara, sehingga lupa akan pertolongan Allah swt.  Bahkan sudah mendefinisikan bahwa kemenangan itu karena jumlah dan perlengkapan.

Barulah kemenangan diraih kembali saat Muslimin telah kembali kepada prinsip zuhud dari gemerlapnya dunia dan memenuhi panggilan Nabi saw. Allah swt memberikan kemenangan setelah menderita kehancuran.

Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Udzurnya Para Munafikin Sebelum bergerak ke Tabuk, Rasulullah saw menemui Jad bin Qais,  dari Bani Salamah. Beliau bersabda, ...

Udzurnya Para Munafikin


Sebelum bergerak ke Tabuk, Rasulullah saw menemui Jad bin Qais,  dari Bani Salamah.

Beliau bersabda, "Hai Jad, bisakah kau selama setahun berada di kabilah Jallad bin Asfar?"

"Ya Rasulullah saw, izinkan aku dan janganlah memfitnahku. Demi Allah swt, kaumku pun tahu bahwa tidak seorang pun yang lebih berat kekagumannya terhadap wanita melebihi diriku."

"Aku khawatir ketika melihat wanita Bani Ashfar, tidak bisa menahan diri demi melihat mereka."

Rasulullah saw langsung berpaling darinya, "Aku izinkan kau." 

Maka turunlah ayat,

Di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Nabi Muhammad) menjerumuskan aku ke dalam fitnah.” Ketahuilah, bahwa mereka (dengan keengganannya pergi berjihad) telah terjerumus ke dalam fitnah. Sesungguhnya (neraka) Jahanam benar-benar meliputi orang-orang kafir.
(At-Taubah [9]:49)


Ada alasan yang disibukan oleh harta,

Orang-orang Arab Badui yang ditinggalkan (karena tidak mau ikut ke Hudaibiah) akan berkata kepadamu, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki mudarat terhadap kamu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu? Bahkan, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(Al-Fatḥ [48]:11)


Ada alasan untuk menjaga rumah dari pencuri,

(Ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yasrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu. Maka, kembalilah kamu!” Sebagian dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal, rumah-rumah itu tidak terbuka. Mereka hanya ingin lari (dari peperangan).
(Al-Aḥzāb [33]:13)

Inilah salah satu contoh beragam alasan untuk meminta udzur dari jihad, aktivitas dakwah dan tarbiyah tanpa alasan syar'i.

Ketika sudah mengendor semangatnya, tampaklah beberapa gejala dari menghindar dan menjauhi segala aktivitas, akhirnya meminta ijin. Lama kelamaan menjadi karakternya. 

Inilah akibat oleh kecenderungannya pada masalah dunia dan memprioritaskan di atas urusan agama.

Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Jeritan Muslimah Palestina, Adakah yang Mau Mendengarnya? Inilah kisah ketika satu teriakan muslimah mampu menggerakkan sepasuka...

Jeritan Muslimah Palestina, Adakah yang Mau Mendengarnya?


Inilah kisah ketika satu teriakan muslimah mampu menggerakkan sepasukan tentara muslim untuk mengembalikan pada posisi dan kehormatan semula.

Dikisahkan, seorang muslimah  pergi ke Yahudi Bani Qainuqa dengan membawa sebuah barang yang hendak dijual di pasar itu. Ia duduk di sebelah tukang sepuh, yang seorang yahudi.

Tukang sepuh sepuh itu memintanya agar ia membuka jilbabnya. Ia pun menolak. Lalu, tukang sepuh mengikatkan ujung pakaian muslimah tadi dengan punggungnya, sehingga ketika muslimah berdiri, terbukalah auratnya.

Tukang sepuh tertawa girang dan menjeritlah sang muslimah itu. Mengetahui hal itu, dengan cepat seorang muslim mendekat dan berkelahi dengan tukang sepuh. Tukang sepuh pun berhasil di bunuh.

Orang-orang yahudi di pasar tersebut mengeroyok dan membunuh si pemuda muslim. Peristiwa ini menyebabkan Rasulullah saw mengirimkan pasukan untuk mengepung Yahudi Bani Qainuqa.

Seorang khalifah Abbasiyah, Mu'tashim, ketika seorang muslimah dianiaya dan dihina kehormatannya, lalu dia berseru, "Wahai, Mu'tashim!" Tersentaklah hatinya, bergolaklah jantungnya.

Ia pun menyiapkan pasukan untuk memberikan pelajaran kepada musuh, untuk mengembalikan eksistensi dan kehormatan wanita tersebut. Sang khalifah berhasil menyelamatkannya.

Sekarang, wanita dan anak-anak Palestina dirampas kehormatan, nyawa, darah dan kebebasannya. Adakah yang mendengarkannya? Adakah yang tergerak untuk menolongnya? Apakah menunggu mereka syahid seluruhnya? Ternyata kita pun. Hanya bertopang dagu saja. 

Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Tipu Daya Abu Jahal Ketika Hijrah Ketika Iyasy bin Abi Rabi'ah masuk Islam dan ikut hijrah bersama Muslimin ke Madinah, kelu...

Tipu Daya Abu Jahal Ketika Hijrah


Ketika Iyasy bin Abi Rabi'ah masuk Islam dan ikut hijrah bersama Muslimin ke Madinah, keluarlah Abu Jahal dan Harits bin Hisyam untuk menemui Iyasy.

Iyasy adalah anak paman dan saudara seibu mereka. Pada saat itu Rasulullah saw masih berada di Mekah.

Mereka berkata kepada Iyasy, "Ibumu telah bernadzar untuk tidak menyisir rambutnya hingga  melihatmu. Tidak berteduh dari panas Matahari hingga melihatmu. Kasihanilah dia."

Mendengar hal itu, Umar menasihati Iyasy, "Tidak ada yang diinginkan oleh kaummu itu kecuali hendak memfitahmu, maka berhati-hatilah. Demi Allah, jika kepala ibumu telah berkutu, ia akan bersisir. Dan jika panasnya Mekah telah membakarnya, ia akan berteduh."

"Saya terharu atas sumpah ibuku, saya juga akan mengambil hartaku di sana." Kata Isyasy.

"Demi Allah, kamu juga tahu bahwa aku adalah orang paling berharta di antara sekian orang Quraisy. Biarlah untukmu setengahnya dan jangan pergi bersama mereka." Ungkap Umar.

Namun, Iyasy tetap menolak anjuran Umar dan ia pun pergi bersama mereka.

Lalu Umar memberikan pesan terakhir, "Jika kamu masih bersikeras pergi bersama mereka juga, bawalah untaku ini. Ia unta terbaik dan penurut, tetaplah dipunggungnya. Jika terdapat gelagat yang mencurigakan dari kaummu, menghindarlah bersamanya."

Iyasy pun pergi bersama Abu Jahal dan Harits, hingga sampai di suatu tempat, Abu Jahal berkata, "Saudaraku, untaku ini kasar sekali,  bolehkah aku menumpang untamu itu?"

"Baiklah," Jawab Iyasy

Iyasy turun dan unta itu pun berlutut. Ketika Iyasy turun, mereka pun menahan dan mengikat Iyasy. Kemudian, dibawa ke Mekah. Akhirnya, Iyasy termakan fitnah.

Apakah tipu daya ini hanya berlaku di era Rasulullah saw? Akan terus mengepung hingga akhir hayat dan akhir zaman. Tipu dayanya berbentuk beragam cara.


Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Khaibar, Luka Mendalam Zionis Israel Kekalahan Yahudi di perang Khaibar menimbulkan luka yang amat mendalam di kalangan Yahudi. ...

Khaibar, Luka Mendalam Zionis Israel


Kekalahan Yahudi di perang Khaibar menimbulkan luka yang amat mendalam di kalangan Yahudi.

Di era Rasulullah saw, Zainab binti Haris, wanita Yahudi,  menyimpan dendam kepada Rasulullah saw. Ia berencana hendak membunuh Nabi saw.

Zainab memulai operasinya dengan menemui Shafiyah, bibi Rasulullah saw. Ia rayu dengan segenap tipu daya hingga merasa yakin.

Setelah itu, wanita Yahudi tersebut bermaksud memberikan hadiah kambing bakar yang telah dilumuri racun di bagian lengannya, bagian yang paling disukai Rasulullah saw.

Shafiyah pun menyuguhkan kambing tersebut. Seorang Sahabat ada yang mati saat makan daging tersebut. Namun, Rasulullah saw selamat karena memuntahkan daging tersebut. Apakah ini hanya terjadi di era Rasulullah saw?

Dendam ini terus ada dan terjaga, hingga di 1967, ketika Zionis Yahudi memasuki Baitul Maqdis. Para tentaranya berkumpul di sekitar dinding ratapan bersama Mose Dayan (sang komandan Yahudi), mereka mengkumandangkan yel-yel,

'Hari ini balasan atas hari Khaibar
Wahai sisa-sisa kepedihan Khaibar
Agama Muhammad telah berlalu  pergi
Muhammad mati di belakang gadis-gadis"

Permusuhan Yahudi terhadap orang Arab bukan karena kearaban mereka, tetapi karena agama mereka adalah Islam.

Menachem Begin, mantan PM Zionis Israel, berteriak kepada orang-orang Yahudi, "Kalian semua wahai orang Israel, jangan ada belas kasih sayang hingga kalian habiskan musuh-musuh kalian."

"Tidak ada basa-basi bela sungkawa hingga kita tuntas membumihanguskan apa yang dinamakan Islam, dan kita bangun di atas puing-puing peradabannya, peradaban kita."

Ben Gorion, mantan Perdana Menteri Zionis Israel, berkata, "Sesungguhnya yang paling menakutkan kami adalah jika muncul di dunia Arab, Muhammad baru."


Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Rasulullah saw Tetap Menjaga Barang Titipan Para Musuhnya Al-Kalbi berkata, "Adalah pamannya, Abu Lahab membuntutinya dan b...

Rasulullah saw Tetap Menjaga Barang Titipan Para Musuhnya


Al-Kalbi berkata, "Adalah pamannya, Abu Lahab membuntutinya dan berkata, 'Janganlah kalian terima ajakannya!'

Abu Lahab menghampiri mereka (Al-Kalbi, dkk) dan mereka berkata, 'Apakah kamu mengenal orang ini?'

'Ya, ia dari keluarga kami. Tentang apa yang kalian tanyakan?' Tanya Abu Lahab kemudian.

'Tentang ajakannya itu,' jawab mereka. 'Dia mengaku utusan Allah.'

Kemudian Abu Lahab menyeru, 'Janganlah sekali-kali kalian hiraukan perkataannya, karena dia orang gila, seluruh perkataannya adalah igauan semata.'

Mereka menjawab, 'Kami telah mengetahui hal itu ketika disebutkan perihal kuda.'"

Dahulu pendukung kebatilan menuduh Rasulullah saw dan pengikutnya sebagai orang gila, tukang sihir, dan dukun. 

Bagaimana reaksi Rasulullah saw? Meskipun begitu, kafir Quraisy, hingga menjelang hijrah masih tetap menitipkan barang-barang kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw pun berpesan kepada Ali.ra untuk mengembalikan barang-barang titipan itu kepada mereka sebelum berangkat hijrah.

Sumber:
Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Kekhawatiran Heraklius  Suatu saat Heraklius mengirim utusan ke Abu Sofyan. Saat itu Abu Sofyan bersama rombongan saudagar Qurai...

Kekhawatiran Heraklius 


Suatu saat Heraklius mengirim utusan ke Abu Sofyan. Saat itu Abu Sofyan bersama rombongan saudagar Quraisy sedang berada di Syam. Bersama dengan itu, Rasulullah saw tengah gencarnya menawarkan dakwahnya ke Abu Sofyan dan orang-orang kafir Quraisy.

Utusan Heraklius bertemu dengan Abu Sofyan di Iliya dan bertanya tentang Rasulullah saw,  tentang nasabnya dalam keluarga Quraisy, sikapnya terhadap raja, pengikutnya, kejujurannya, peperangan yang dilaluinya, dan yang diajarkan kepada pengikutnya. Abu Sofyan memberikan jawaban yang sebenarnya tentang Rasulullah saw.

Ketika jawaban tersebut sampai ke Heraklius, da berkata, "Kalau benar apa yang kamu katakan itu, niscaya ia akan menguasai tempat hingga yang terinjak oleh kakiku ini."

Heraklius berkata demikian ketika ia menjadi raja Romawi yang merupakan salah satu penguasa super power saat itu. Padahal masalah ini tidak terbesit sedikitpun dalam benak Rasulullah saw.

Demikian juga ketika berkecamuk perang Khandaq, seluruh suku bangsa Arab bersatu dan menjalin hubungan rahasia dengan Yahudi untuk menghabisi muslimin.

Bagaimana dengan ketakutan Heraklius di era sekarang? Perhatikan Gaza yang dibumihanguskan. Perhatikan Turki yang dibawah Erdogan selalu diguncang hingga dikudeta.

Perhatikan presiden Mursi yang dikudeta oleh Asisi atas dukungan Amerika, penjajah Zionis Israel dan sejumlah negara Arab.

Moro Beeger penulis buku Dunia Arab Kontemporer berkata, "Sesungguhnya ketakutan dan perhatian kita pada bangsa Arab dan bangsa Arab, bukan karena melimpahnya minyak, tetapi disebabkan oleh Islam. Maka, wajiblah memerangi Islam untuk mencerai-beraikannya hingga tak ada lagi persatuan Arab. Karena, kekuatan Arab selamanya identik dengan kekuatan Islam. Demikian pada izzah dan kemajuannya."


Sumber: 

Abdul Hamid Jasmin Al-Bilaly, Rambu-Rambu Tarbiyah, Era Intermedia

Nasakh Mansukh dalam Kehidupan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Nasikh mansukh dalam konteks Al-Qur'an merujuk pada konse...

Nasakh Mansukh dalam Kehidupan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Nasikh mansukh dalam konteks Al-Qur'an merujuk pada konsep ayat yang menghapus (nasikh) atau menggantikan (mansukh) hukum yang sebelumnya telah ditetapkan dalam ayat lain.

Apa tujuan dari Nasikh Mansukh?

Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
(Al-Baqarah [2]:106)


Apakah ini hanya berlaku dalam hukum syariat? Dalam khazanah keilmuan Fiqh? Ternyata, berlaku juga dalam keseharian manusia.

Dalam surat Ad-Duha, Allah swt mengkisahkan realita ketetapan Nasikh Mansukh dalam kehidupan Rasulullah saw. Ini juga prinsip takdir bagi semua manusia.

Apa saja prinsip Nasakh Mansukh dalam takdir-Nya?

Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu.
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:3)

Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:4)

Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:5)


Setelah memaparkan ketiga prinsip takdir tersebut, Allah swt berkisah tentang perjalanan kehidupan Rasulullah saw, apa saja?


1. Yatimnya Rasulullah saw

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu);
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:6)

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan nikmat yang pernah diterima Nabi Muhammad dengan mengatakan, “Bukankah engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentingan serta membimbingmu, tetapi Aku telah menjaga, melindungi, dan membimbingmu serta menjauhkanmu dari dosa-dosa perilaku orang-orang Jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau memperoleh julukan ’manusia sempurna’.”

Nabi saw hidup dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia sedangkan ia masih dalam kandungan ibunya. Ketika lahir, Allah memelihara Muhammad saw dengan cara menjadikan kakeknya, Abdul Muṭṭalib, mengasihi dan menyayanginya. 

Nabi Muhammad berada dalam asuhan dan bimbingannya sampai Abdul Muṭṭalib wafat, sedang umur Nabi ketika itu delapan tahun. Dengan meninggalnya Abdul Muṭṭalib, Nabi Muhammad menjadi tanggungan paman beliau, Abū Ṭālib, berdasarkan wasiat dari Abdul Muṭṭalib.

Abū Ṭālib telah mengerahkan semua perhatiannya untuk mengasuh Nabi saw, sehingga beliau meningkat dewasa dan diangkat menjadi rasul. Setelah Muhammad diangkat menjadi rasul, orang-orang Quraisy memusuhi dan menyakitinya, tetapi Abū Ṭālib terus membelanya dari semua ancaman orang musyrik hingga Abū Ṭālib wafat.

Dengan wafatnya Abū Ṭālib, bangsa Quraisy mendapat peluang untuk menyakiti Nabi dengan perantaraan orang-orang jahat di kalangan mereka yang menyebabkan beliau terpaksa hijrah.

Betapa hebatnya penggemblengan Allah dan asuhan-Nya terhadap Nabi Muhammad. Biasanya keyatiman seorang anak menjadi sebab kehancuran akhlaknya karena tidak ada pengasuh dan pembimbing yang bertanggung jawab. Apalagi suasana dan sikap penduduk Mekah lebih dari cukup untuk menyesatkan Nabi saw. akan tetapi, perlindungan Allah yang sangat rapi dapat mencegah beliau menemani mereka.

Dengan demikian, jadilah beliau seorang pemuda yang sangat jujur, terpercaya, tidak pernah berdusta, dan tidak pernah berlumur dengan dosa orang-orang Jahiliah.


2. Umminya Rasulullah saw

mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu);
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:7)

Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan, bahwa Dia mendapatkan Nabi Muhammad dalam keadaan tidak mengerti tentang syariat dan tidak menge-tahui tentang Al-Qur’an. Kemudian Allah memberikan petunjuk kepadanya.

Hal yang sangat membingungkan Nabi Muhammad adalah apa yang dilihatnya di kalangan bangsa Arab sendiri tentang kerendahan akidah, kelemahan pertimbangan disebabkan pengaruh dugaan-dugaan yang salah, kejelekan amal perbuatan, dan keadaan mereka yang terpecah-belah dan suka bermusuhan. Mereka menuju kepada kehancuran karena memakai orang-orang asing yang leluasa bertindak di kalangan mereka yang terdiri dari bangsa Persia, Habsyi, dan Romawi.

Jalan apakah yang harus ditempuh untuk membetulkan akidah-akidah mereka, membebaskan mereka dari pengaruh adat istiadat yang buruk itu, dan cara bagaimana yang harus dijalankan untuk membangunkan mereka dari tidur yang nyenyak itu?

Umat-umat nabi lain pun tidak lebih baik keadaannya daripada umatnya. Tetapi walaupun begitu, Allah tidak membiarkan Nabi Muhammad menjalankan dakwah tanpa bantuan-Nya. Allah bahkan memberikan wahyu yang menjelaskan kepadanya jalan yang harus ditempuh dalam usaha memperbaiki keadaan kaumnya.


3. Fakirnya Rasulullah saw

dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:8)


Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang miskin. Ayahnya tidak meninggalkan pusaka baginya kecuali seekor unta betina dan seorang hamba sahaya perempuan.

Kemudian Allah memberinya harta benda berupa keuntungan yang amat besar dari memperdagangkan harta Khadijah dan ditambah pula dengan harta yang dihibahkan Khadijah kepadanya dalam perjuangan menegakkan agama Allah.

Dari keterangan-keterangan tersebut di atas, sesungguhnya Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad bahwa Dialah yang memeliharanya dalam keadaan yatim, menghindarkannya dari kebingungan, dan menjadikannya berkecukupan. Allah tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad selama hidupnya.


Sumber: (https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag)

Titik Kritis dan Sikap Rasulullah saw di Perang Uhud Oleh: Nasrulloh Baksolahar Perang Badar adalah bentuk idealita sebuah perte...

Titik Kritis dan Sikap Rasulullah saw di Perang Uhud

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Perang Badar adalah bentuk idealita sebuah pertempuran. Idealita antara pemimpin dan pasukannya. Idealita dalam merespon semua kondisi dan keadaan.

Di perang Uhud, kenyataan baru harus dilalui. Kenyataan yang harus dihadapi di setiap zaman dan waktu. Bagaimana bila kenyataan ini dihadapi kembali?

Rasulullah saw telah menyiapkan pasukan Uhud dengan persiapan yang terbaik, dengan mengatur Muslimin pada pos-pos pertempuran. Sebab, persiapan adalah titik kritis pertempuran.

(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Āli ‘Imrān [3]:121)


Walaupun telah dipersiapkan secara sempurna, ada saja penyakit kejiwaan yang bermunculan, yaitu ketakutan dan keraguan. Mental bertempur adalah titik kritis dalam memenangkan pertempuran. Infrastruktur militer terhebat tidak ada artinya di tangan para pengecut.

(Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
(Āli ‘Imrān [3]:122)


Bagaimana menghadapi kepengecutan? Bagaimana membangkitan moralitas tempur?

(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Tuhanmu membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
(Āli ‘Imrān [3]:124)

“Ya (cukup).” Jika kamu bersabar dan bertakwa, lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.
(Āli ‘Imrān [3]:125)


Saat pertempuran berkecamuk. Saat tanda-tanda kemenangan mulai terlihat, hilanglah kewaspadaan, rapuhlah kedisiplinan, dan mengabaikan keteguhan di pos-pos pertempuran. Inilah titik kritis pertempuran yang cukup sulit.

Sungguh, Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu (dalam keadaan) lemah, berselisih dalam urusan itu, dan mengabaikan (perintah Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu. Sungguh, Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:152)


Titik kritis yang paling tersulit adalah saat pasukan tak mengindahkan perintah karena tengah diterjang badai kekalahan dan keterpurukan. Saat pasukannya sedang dibantai oleh lawannya. Bagaimana kondisi ini menjadi titik balik?

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedangkan Rasul (Muhammad) memanggilmu dari belakang. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:153)


Saat semua titik kritis telah dilewati, bagaimana sikap Rasulullah saw? Apakah menghukumnya? Apakah menghabisi pasukannya yang telah melakukan kesalahan dan kelalaian?

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.
(Āli ‘Imrān [3]:159)


Beragam titik kritis di pertempuran Uhud justru meneguhkan dan mengokohkan proses pembinaan dan pensucian jiwa bagi pasukannya. Tak sedikit mengendurkan proses pembinaan. 

Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(Āli ‘Imrān [3]:164)

Membungkam Mindset Menyesatkan di Perang Uhud Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Perang Uhud meninggalkan kesan yang sangat menyakitan....

Membungkam Mindset Menyesatkan di Perang Uhud

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Perang Uhud meninggalkan kesan yang sangat menyakitan. Mengapa tidak seperti Perang Badar? Di tengah kekalutan ini, Muslimin dikepung juga oleh ragam mindset yang merusak. Apa saja? Bagaimana cara menetralisirnya?

Perang tidak hanya di ranah benturan fisik, tetapi juga benturan mindset dan pemikiran yang diungkapkan dalam dialog-dialog dalam mengomentari Perang Uhud.


Banyak prasangka buruk yang berkeliaran. Banyak prasangka yang tidak benar kepada Allah swt. Allah swt mengabadikan dialog ini dalam Al-Qur'an di surat Al-Imran,



Setelah kamu ditimpa kesedihan, kemudian Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah mencemaskan diri mereka sendiri.

Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.

 Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?”

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.”

Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.

Mereka berkata, “Seandainya ada sesuatu yang dapat kami perbuat dalam urusan ini, niscaya kami tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.”

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”

Allah (berbuat demikian) untuk menguji yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan yang ada dalam hatimu.

Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(Āli ‘Imrān [3]:154)



Wahai orang-orang yang beriman, janganlah seperti orang-orang yang kufur dan berbicara tentang saudara-saudaranya, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang,

“Seandainya mereka tetap bersama kami, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.”

(Allah membiarkan mereka bersikap demikian) karena Allah hendak menjadikan itu (kelak) sebagai penyesalan di hati mereka.

Allah menghidupkan dan mematikan.

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:156)



Apakah ketika kamu ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah memperoleh (kenikmatan) dua kali lipatnya (pada Perang Badar),

kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” 

Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.”

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Āli ‘Imrān [3]:165)



dan mengetahui orang-orang yang munafik. Dikatakan kepada mereka, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” 

Mereka menjawab, “Seandainya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikutimu.”

Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekufuran daripada keimanan.

Mereka mengatakan dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.

Allah lebih mengetahui segala sesuatu yang mereka sembunyikan.
(Āli ‘Imrān [3]:167)



(Mereka itu adalah) orang-orang yang berbicara tentang saudara-saudaranya (yang ikut berperang dan terbunuh), sedangkan mereka sendiri tidak turut berperang, “Seandainya mereka mengikuti kami, tentulah mereka tidak terbunuh.” 

Katakanlah, “Cegahlah kematian itu dari dirimu jika kamu orang-orang benar.”
(Āli ‘Imrān [3]:168)



Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.
(Āli ‘Imrān [3]:169)



(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” 

ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”
(Āli ‘Imrān [3]:173)



Al-Qur'an telah membimbing Muslimin untuk meredam ragam  pemikiran yang dapat merusak kejiwaan Muslimin dalam berjuang di jalan Allah swt.

Mereka yang Lari dari Uhud Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗٓ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ ...


Mereka yang Lari dari Uhud



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗٓ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖ ۚ حَتّٰىٓ اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَ ۗ مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۚ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ

Sungguh, Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu (dalam keadaan) lemah, berselisih dalam urusan itu, dan mengabaikan (perintah Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.

Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. 

Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu.

Sungguh, Dia benar-benar telah memaafkan kamu.

Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:152)


۞ اِذْ تُصْعِدُوْنَ وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ فَاَثَابَكُمْ غَمًّا ۢبِغَمٍّ لِّكَيْلَا تَحْزَنُوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ اَصَابَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedangkan Rasul (Muhammad) memanggilmu dari belakang. 

Oleh karena itu, Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu.

Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:153)


ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۗ يَقُوْلُوْنَ هَلْ لَّنَا مِنَ الْاَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ اِنَّ الْاَمْرَ كُلَّهٗ لِلّٰهِ ۗ  يُخْفُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ مَّا لَا يُبْدُوْنَ لَكَ ۗ يَقُوْلُوْنَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هٰهُنَا ۗ قُلْ لَّوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ اِلٰى مَضَاجِعِهِمْ ۚ وَلِيَبْتَلِيَ اللّٰهُ مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

Setelah kamu ditimpa kesedihan, kemudian Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah mencemaskan diri mereka sendiri.

Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.

Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.”

Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.

Mereka berkata, “Seandainya ada sesuatu yang dapat kami perbuat dalam urusan ini, niscaya kami tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.”

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”

Allah (berbuat demikian) untuk menguji yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan yang ada dalam hatimu.

Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(Āli ‘Imrān [3]:154)


اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۙ اِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطٰنُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوْا ۚ وَلَقَدْ عَفَا اللّٰهُ عَنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ ࣖ

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu pada hari ketika dua pasukan bertemu, sesungguhnya mereka hanyalah digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat.

Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
(Āli ‘Imrān [3]:155)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Di Tengah Keterpurukan Uhud Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مّ...

Di Tengah Keterpurukan Uhud


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.
(Āli ‘Imrān [3]:140)


وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ

(Pergiliran tersebut juga) agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.
(Āli ‘Imrān [3]:141)


اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ

Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad121) di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar.
(Āli ‘Imrān [3]:142)


وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَلْقَوْهُۖ فَقَدْ رَاَيْتُمُوْهُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ࣖ

Sungguh, kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya (peperangan). Maka, (sekarang) kamu sungguh telah melihat (peperangan itu) dan menyaksikan (kematian).
(Āli ‘Imrān [3]:143)


وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ  قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗوَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا  ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

(Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.122) Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
(Āli ‘Imrān [3]:144)


وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ

Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
(Āli ‘Imrān [3]:145)


وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ

Betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(-nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.
(Āli ‘Imrān [3]:146)


وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِسْرَافَنَا فِيْٓ اَمْرِنَا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Tidak lain ucapan mereka kecuali doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami,123) tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
(Āli ‘Imrān [3]:147)


فَاٰتٰىهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْاٰخِرَةِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ

Maka, Allah menganugerahi mereka balasan (di) dunia124) dan pahala yang baik (di) akhirat. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
(Āli ‘Imrān [3]:148)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Perang Uhud Mengisi Ruang Kosong Perang Badar dalam Surat Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar Mengapa Perang Badar dan Uhud diha...

Perang Uhud Mengisi Ruang Kosong Perang Badar dalam Surat Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Mengapa Perang Badar dan Uhud dihadirkan secara bersamaan dalam Surat Al-Imran? Mengapa tidak berdiri sendiri seperti kisah peperangan lainnya? Bukankah tempat, waktu dan peristiwanya berbeda?

Perang Badar, bagaimana kondisi lemah menjadi pemenang? Bagaimana adab terhadap kemenangan? Apa syarat lemah menjadi menang?

Perang Uhud, apa penyebab posisi menang menjadi kalah? Bagaimana mengembalikan kekalahan menjadi kemenangan dalam waktu yang singkat? Apa mental yang harus dibangun?

Perang Uhud, membangun mindset yang kuat akan penyebab kemenangan. Bagaimana hubungan antara cinta dunia dan pengelolaan harta dengan kekalahan dan kemenangan?

Perang Uhud, memberikan pelajaran bagaimana menyikapi para Munafikin di tengah pertempuran yang membutuhkan konsentrasi kekuatan. Bagaimana menghadapi ketakutan dan keresahan yang diciptakan?

Perang Uhud, mengajarkan mindset mati syahid, ujian keterhimpitan, esensi takdir kemenangan dan kekalahan terhadap Muslimin dan para penentangnya. 

Perang Uhud juga menggambarkan rahmat dan ampunan Allah swt terhadap Muslimin walaupun telah melakukan kesalahan. Juga, bagaimana akhlak Rasulullah saw dalam menyikapi Muslimin di tengah kekalutan, yaitu memaafkan, memohonkan ampun dan tetap bermusyawarah.

Mengembalikan Kejiwaan Perang Badar di Tengah Kehancuran Uhud di Surat Al-Imran  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tak selamanya kemena...

Mengembalikan Kejiwaan Perang Badar di Tengah Kehancuran Uhud di Surat Al-Imran 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tak selamanya kemenangan itu dihadirkan oleh Allah swt. Tak selamanya genggam peradaban berada di tangan Muslimin. Muslimin merupakan umat terbaik, bagaimana tetap menjadi umat terbaik di tengah kehancuran?

Bukankah kemenangan itu karena pertolongan Allah swt? Bukankah kemenangan itu karena mengikuti perintah dan berdisiplin dengan arah Rasulullah saw?

Bukankah kemenangan di Badar saat Muslimin masih lemah dan tak memiliki persiapan? Bukankah di Uhud hadir dengan persiapan dan strategi yang lebih matang?

Saat badai menghempas di Uhud. Saat semua lini pasukan perak poranda. Saat ketakutan berkecamuk. Saat mulai banyak berlarian meninggalkan medan perjuangan. Saat mundur dianggap hanya satu solusi menyelamatkan diri. Apa yang harus dilakukan?

Bagaimana membangun narasi kemenangan kembali? Bagaimana narasi itu mudah dipahami dan masih berakar kuat dalam memori Muslimin? Apa kondisi yang menyamai sehingga menjadi acuan? Allah swt menghadirkan kisah Perang Badar di tengah keterpurukan Uhud.

Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan dari kondisi keterpurukan kepada kemenangan. Walaupun, kafir Quraisy membokong dari belakang bukit. Walaupun, para pahlawan berguguran. Walaupun, terhimpit di tengah celah-celah gunung Uhud. Walaupun, telah banyak yang berlarian meninggal medan pertempuran.

Mental kemenangan segera hadir kembali, secepat kembalinya keyakinan kepada Allah swt. Secepat respon Muslimin terhadap arahan Rasulullah saw.

Perang Badar dan Uhud menjadi pondasi pertempuran Muslimin berikutnya. Sebab kemenangan dan keterpurukan dalam medan pertempuran sudah dirasakan.



Pengelolaan Harta di Surat Al-Baqarah dan Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di Surat Al-Baqarah, tema pengelolaan harta dikait...

Pengelolaan Harta di Surat Al-Baqarah dan Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di Surat Al-Baqarah, tema pengelolaan harta dikaitkan dengan tumbuhan dan kebun. Harta dapat berkembang hingga tak terhingga, bila mengikuti kehendak Allah swt. Kehancuran harta disebabkan tidak adanya akhlak saat menyalurkan dan memberi.

Di surat Al-Imran, tema harta dikaitan dengan pertempuran. Artinya, pengelolaan harta dikaitkan dengan pergilirkan kepemimpinan peradaban. Siapa yang benar dalam berinteraksi dengan harta, sesuai kehendak-Nya, maka diberi kesempatan memimpin peradaban.

Orientasi harta dalam dakwah dan perjuangan, akan membalikkan posisi kemenangan menjadi kehancuran telak. Bila sedikit saja ada orientasi harta, maka proses kehancuran itu telah dimulai.

Sungguh, Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu (dalam keadaan) lemah, berselisih dalam urusan itu, dan mengabaikan (perintah Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu. Sungguh, Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:152)

Orientasinya berubah menjadi apa yang disukai dan tidak disukainya. Ego sentris menjadi dasar pijakan kehendak, keinginan, kebutuhan, kiprah dan  targetnya.

Shalat selalu dikaitkan dengan zakat. Penghambaan diri kepada Allah swt, terlihat dari benarnya dalam pengelolaan harta. Seperti sabar dan takwa dalam pertempuran yang dikaitkan juga dengan adakah orientasi harta dalam pertempuran?

Harta untuk harta, diwujudkan dengan riba. Apakah hanya itu peran harta? Harta untuk dikumpulkan dan dibanggakan, diwujudkan dengan kekikiran. Apakah untuk itu harta dihadirkan? Bila hanya itu, pergilirkan peradaban akan dicabut oleh Allah swt.

Pengelolaan Harta di Tengah Serunya Kisah Perang Uhud dalam Surat Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar Banyak ulama yang mencoba ...

Pengelolaan Harta di Tengah Serunya Kisah Perang Uhud dalam Surat Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Banyak ulama yang mencoba meneliti hukum-hukum syariat yang dikaitkan dengan pertempuran tertentu. Sebab, setiap pertempuran memiliki situasi dan kondisi yang berbeda.  Inilah cara memahami fiqh Waqii.

Di surat Al-Imran, saat sedang menikmati hiruk pikuk pertempuran Uhud, tiba-tiba Allah swt menyisipkan hukum tentang riba. Apa maksudnya?

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
(Āli ‘Imrān [3]:130)


Tidak hanya itu, di tengah suara pedang yang saling beradu kekuatan, tiba-tiba terdapat perintah berinfaq baik di waktu senang maupun sempit.

(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
(Āli ‘Imrān [3]:134)

Apakah ini solusi kejiwaan bagi muslimin di perang Uhud untuk mengobati yang berebut harta rampasan perang? Allah swt langsung memberikan pengobatannya agar jiwa tidak tamak terhadap dunia?

Bersemangat meribakan harta, namun enggan berinfaq akan menyebabkan muslimin mengalami dan ditimpa bencana seperti yang dihadapi saat perang Uhud.

Apakah ini juga untuk mendorong untuk menghancurkan praktek riba dan menggelorakan berinfaq seperti semangat dan keseriusannya di medan perang?

Kemenangan itu hasil dari pengorbanan bukan menumpuk imbalan balas jasa.

Tipu Daya Setan di Perang Uhud dalam Surat Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sewaktu pertempuran yang menentukan dalam Perang ...

Tipu Daya Setan di Perang Uhud dalam Surat Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sewaktu pertempuran yang menentukan dalam Perang Uhud ada sebagian dari Muslimin meninggalkan tempat pertahanan yang tidak boleh ditinggalkan terutama oleh barisan pemanah, tetapi mereka tinggalkan juga.

Apa penyebab keterpalingan dari medan pertempuran? Berhasil digelincirkan Setan. Mengapa bisa? Ada hasrat dunia.

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu pada hari ketika dua pasukan bertemu, sesungguhnya mereka hanyalah digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat. Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
(Āli ‘Imrān [3]:155)


Mereka merasa musuh sudah kalah sehingga mereka meninggalkan posisi dengan maksud untuk mendapatkan harta rampasan, akhirnya musuh menempati posisi mereka dan mereka kocar-kacir dan menderita karena serangan musuh yang bertubi-tubi. 

Meskipun demikian akhirnya mereka sadar dan menyesali kesalahan mereka, maka Allah mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun dengan membebaskan mereka dari hukuman di akhirat.

Di saat kocar kacir, setan kembali menggodanya. Bagaimana caranya? Menakut-nakuti. Bagaimana cara mengobatinya? 

Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya. Oleh karena itu, janganlah takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:175)

Obat dari semua kekhawatiran, ketakutan dan rasa mencekam di tengah keterdesakan dan kocar kacir adalah hanya takut kepada Allah swt. Kembali kepada ketauhidan.

Bukankah gangguan setan hanya bisa halau dengan berlindung kepada Allah swt?

Sisipan Kisah Perang Badar dalam Pertempuran Uhud di Surat Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Rasulullah saw berangkat pada pa...

Sisipan Kisah Perang Badar dalam Pertempuran Uhud di Surat Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Rasulullah saw berangkat pada pagi hari dari Madinah menuju Uhud bersama Muslimin. Namun di tengah perjalanan, kelompok dari Bani Salamah dan Haritsah bermaksud mengundurkan diri karena takut. Bukankah, Kafir Quraisy mengerahkan pasukan secara totalitas untuk membalas  kekalahan di Uhud?

Di tengah ketakutan ini, Allah swt berkisah tentang Perang Badar,

Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur.
(Āli ‘Imrān [3]:123)


Allah swt menjelaskan beragam pertolongan-Nya di perang Badar,

(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Tuhanmu membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
(Āli ‘Imrān [3]:124)

“Ya (cukup).” Jika kamu bersabar dan bertakwa, lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.
(Āli ‘Imrān [3]:125)


Mengapa Allah swt menolong Muslimin di perang Badar?

Allah tidak menjadikannya (pertolongan itu) kecuali hanya sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)-mu dan agar hatimu tenang karenanya. Tidak ada kemenangan selain dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Āli ‘Imrān [3]:126)

(Hal itu dilakukan) untuk membinasakan segolongan orang yang kufur atau untuk menjadikan mereka hina sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun.
(Āli ‘Imrān [3]:127)


Bila seperti itu, mengapa harus takut menghadapi perang Uhud? Mengapa harus khawatir di saat terdesak dan terpojok? Mengapa harus lari di tengah kepungan musuh? Bukankah, akhirnya Allah swt akan menolong Muslimin?

Allah swt mengingatkan kembali peristiwa Badar. Allah swt menjelaskan pergiliran kehidupan. Bagaimana merasa kemenangan? Bagaimana merasakan keterdesakan? Apakah kondisi kejiwaannya tetap sama? Apakah kematian berarti kekalahan?

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.
(Āli ‘Imrān [3]:140)


Allah swt menyadarkan Muslimin kembali di saat keterpurukan, ingatlah saat Allah swt melimpahkan kemenangan di perang Badar! Apakah ridha dalam semua kondisi? Apakah melakukan muhasabah diri?

Apakah ketika kamu ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah memperoleh (kenikmatan) dua kali lipatnya (pada Perang Badar), kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Āli ‘Imrān [3]:165)

Saat pertempuran Uhud, Allah swt berkisah tentang perang Badar. Itulah cara cepat untuk membangkitkan energi di tengah keterpurukan. Inilah kemukjizatan Al-Qur'an dalam memulihkan energi juang dengan cepat dan mantap.

Titik Tekan Kisah Perang dalam Al-Qur'an Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tak semua pertempuran besar diabadikan dalam Al-Qur'...

Titik Tekan Kisah Perang dalam Al-Qur'an

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tak semua pertempuran besar diabadikan dalam Al-Qur'an. Di era sebelum Rasulullah saw, hanya satu perang yang liku-likunya diabadikan di suratAl-Baqarah. Yaitu, Perang Thalut melawan Jalut di era awal kenabian Daud. Mengapa hanya satu kisah saja?

Tak semua peperangan di era Rasulullah saw diabadikan dalam Al-Qur'an. Kisah Perang yang pertama diabadikan Al-Qur'an, dalam surat Al-Imran, justru Perang Uhud. Sedangkan Perang  Badar menjadi sisipan saja. Mengapa tak semua dikisahkan? Mengapa Perang Uhud menjadi titik tekannya?

Apa yang tidak bisa direkam oleh sejarah dalam sebuah peperangan? Apa keterbatasan sejarawan dalam menyelami jalannya sebuah pertempuran? Suasana hati, jiwa, perasaan dan ragam ketercamukan jiwa.

Yang mengetahui yang gaib hanya Allah swt. Yang Maha Mengetahui isi hati hanya Allah swt. Yang paham apa yang paling bermanfaat dan krusial bagi bekal perjalanan generasi selanjutnya dari sebuah pertempuran hanya Allah swt. 

Bagaimana menghasilkan kemenangan pertempuran di setiap zaman dan tempat? Apa penempaan dan pelatihan jiwa yang dibutuhkan? Karakter dan mental seperti apa yang dibutuhkan? 

Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah [2]:249)


Mental seperti apa yang menghancurkan dan merusak? Suasana internal apa penyebab kekalahan? Inilah yang diungkapkan Allah swt dalam Al-Qur'an.

Sungguh, Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu (dalam keadaan) lemah, berselisih dalam urusan itu, dan mengabaikan (perintah Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu. Sungguh, Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:152)

Oleh sebab itu, detail jalannya pertempuran tidak menjadi titik fokus. Strategi pertempuran tak banyak dibahas. Infrastruktur militer tak dijelaskan detail dan mendalam. Ini sangat berbeda dengan para pakar militer yang saat ini menganalisis jalannya medan pertempuran.

Al-Qur'an adalah petunjuk yang berlaku sepanjang masa. Oleh sebab itulah, yang diungkapkan dalam kisah peperangannya pun, sesuatu yang tak akan lekang dimakan zaman, tempat dan situasi.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (354) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (249) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (521) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (403) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (478) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (214) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (217) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (142) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)