basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Rehat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Rehat. Tampilkan semua postingan

Konsistensi Menulis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Menulislah, sebab Allah swt menuliskan semua takdir-Nya bagi seluruh makhluk-Nya....

Konsistensi Menulis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Menulislah, sebab Allah swt menuliskan semua takdir-Nya bagi seluruh makhluk-Nya. Menulislah, sebab Allah swt menuliskan seluruh perbuatan baik dan buruk manusia.

Menulislah, sebab Allah swt menjadikan perintah menulis menjadi ayat terpanjang dalam Al-Qur'an. Menulislah, sebab salah satu kesibukan malaikat adalah menulis.

Semuanya bisa ditulis. Yang ditangkap dan dirasakan oleh panca indra. Bergejolaknya hati bisa ditulis. Bukankah, semuanya merupakan realisasi dari tulisan takdir-Nya juga? 

Menulislah, sebab Allah swt memulai seluruh penciptaan-Nya dengan menulisnya. Sebab, perintah Allah yang pertama adalah membaca. Bukankah saat itu tidak ada tulisan di kertas? Semua yang ada merupakan tulisan-Nya.

Rasulullah saw memerintahkan para Sahabat menulis setiap wahyu yang turun. Sekretaris pribadi Rasulullah saw salah satu tugas utamanya adalah menulis.

Saat mengkompilasi Al-Qur'an oleh Abu Bakar. Saat Utsman bin Affan menjadikan tulisan Al-Qur'an menjadi sebuah mushaf, mereka membandingkan antara hafalan dan tulisannya para Sahabat yang ahli Al-Qur'an.

Menulislah untuk mengikuti jejak Allah swt dalam memulai penciptaan. Mengikuti para malaikat yang menulis perbuatan manusia. Mengikuti jejak Rasulullah saw yang menuliskan wahyu.

Bersahabat dengan Alam, Langkah Awal Ilmu dan Teknologi  Peradaban kapitalis telah mempergunakan kekuatan alam dengan ungkapan &...

Bersahabat dengan Alam, Langkah Awal Ilmu dan Teknologi 


Peradaban kapitalis telah mempergunakan kekuatan alam dengan ungkapan "Menaklukkan alam." Ini ungkapan jahiliyah yang terputus dengan Allah dan dengan ruh alam semesta yang tunduk kepada Allah.

Bagi mukmin, yang hatinya selalu terhubung dengan Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, yang ruhnya juga senantiasa berhubungan dengan ruh alam semesta yang senantiasa bertasbih kepada Allah Rabbul 'Alamin, maka meyakini bahwa ada hubungan lain selain hubungan penaklukan dan kekerasan.

Mukmin percaya bahwa Allah yang menciptakan semua kekuatan ini. Ia menciptakannya sesuai undang-undang-Nya, agar semuanya saling membantu dan menunjang untuk mencapai sasaran yang ditakdirkan untuknya sesuai undang-undang itu.

Ia telah menundukkannya bagi manusia sejak semula, dan memudahkannya bagi mereka untuk menyingkap rahasianya dan mengenal hukum-hukumnya. Dan, manusia harus bersyukur kepada Allah setiap kali Dia menyediakan untuknya agar mempergunakan kemampuan dengan pertolongan salah satu dari keduanya.

Allah-lah yang menundukkan alam untuk manusia, bukan dia sendiri yang menaklukannya,

"Dan, Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya." (Al-Jaatsiyah: 13)

Kalau begitu, khayalan itu tidak dapat mengisi indranya di dalam menghadapi kekuatan alam, dan tidak akan ada hal-hal yang menakutkan antara mukmin dan alam ini. Karena, ia beriman, menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah saja. Dan, kekuatan ini termasuk ciptaan Tuhannya.

Ia memikirkannya, menjiinakannya, dan mengenal rahasianya, maka alam pun mencurahkan bantuannya kepada  mukmin dan menyingkapkan untuknya rahasia-rahasianya. Maka, hiduplah ua bersama alam dalam suasana tenang, bersahabat, dan penuh kecintaan.

Alangkah indahnya apa yang diucapkan Rasulullah saw ketika beliau memandang Gunung Uhud, "Ini adalah gunung yang cinta kepada kita dan kita pun cinta kepadanya."

Maka, dalam kata-kata ini terdapatlah segala sesuatu yang terkandung di dalam jiwa Rasulullah saw, yaitu kecintaan, kelemahlembutan, dan respon positif antara Rasulullah saw dan alam semesta yang besar dan keras itu.

Sumber:
Sayid Qutb, Tafsir Fizilalil Qur'an, GIP

Naik Gunung, Persiapan Akhir Zaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apa fenomena Akhir Zaman? Penuh dengan huru hara. Penuh dengan kek...

Naik Gunung, Persiapan Akhir Zaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apa fenomena Akhir Zaman? Penuh dengan huru hara. Penuh dengan kekacauan. Paginya beriman, sorenya kafir, dan juga sebaliknya. Saat kekacauan, apa pilihannya? Mencari ketentraman. Di mana tempatnya? Di gunung.

Menjaga gunung berarti bersiap menghadapi huru hara hari Kiamat. Gunung memiliki sumber daya untuk bertahan hidup. Ada air, bagan yang menjadi api, tumbuhan, tanah yang subur, dan udara yang segar. Bukankah kota semakin padat dengan penduduk, teknologi yang bising dan pengap?

Belajar naik gunung berarti bertahan hidup dengan sumber daya terbatas. Bukankah semakin hari manusia berebut sumber daya?  Bagaimana hidup tanpa perebutan sumber daya? Belajarlah berkemah.

Saat naik gunung, bukankah diajarkan sumber karbohidrat dan protein alternatif? Bila terus dikembangkan akan membangun negri yang memiliki kedaulatan pangan. Bukankah keberhasilan melawan penjajah karena banyaknya alternatif pangan.

Apa sabda Rasulullah saw untuk menghadapi huru hara hari Kiamat? Menanam pohon, mengurus tanah, memelihara ternak dan mematahkan pedang. Mendaki gunung, berarti berinteraksi dengan tanah, pohon, air dan ternak.

Perhatikan karakter tanah. Perhatikan karakter tumbuhan. Perhatikan beragam aneka tumbuhan dan tanah dalam setiap perbedaan ketinggian gunung. Itulah awal memahami apa yang harus ditanam dan diternak.

Naik gunung dan berkemah sebuah training menghadapi dunia yang carut marut dan penuh huru hara. Bukan untuk lari dan menyendiri ke gunung! Tetapi memahami alam. Bagaimana hidup tanpa dukungan teknologi? Bukankah orang kaya di dunia, justru berebut ke sektor pengolahan tanah, tumbuhan dan ternak?

Ilmu-Mu di Kawah Mati Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tiba di Kawah Mati Gunung Bunder. Sejenak beristirahat. Di bawah pohon yang rin...

Ilmu-Mu di Kawah Mati

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tiba di Kawah Mati Gunung Bunder. Sejenak beristirahat. Di bawah pohon yang rindang. Sambil memandang mereka yang melanjutkan perjalanan ke Kawah Ratu, Hati ini berkata, "Ya Allah, ajarkan ilmu-Mu di tempat ini."

Mencoba mengamati sekitarnya, sambil terus berkata di hati, "Ya Allah, ajarkan ilmu-Mu, di tempat ini." Tiba-tiba mata tertuju ke tanah yang hitam.

Diambil tongkat kayu, lalu dipendamkan. Ternyata kedalamannya hingga setengah meter. Kayu itu diangkat. Diperhatikan tanah yang menempel di kayu. Sangat luar biasa. Ini tanah yang sangat subur.

Tanahnya sangat gembur. Memuat serasah daun, ranting, dan bakaran pohon yang terkena panasnya kawah. Tanah ini mungkin berumur selama Kawah Mati ini ada. Sayangnya, tanah sesubur ini ada di puncak gunung.

Terlihat, tanda-tanda genangan air. Berarti bila hujan lebat, tanah ini dipenuhi air, terbawa ke sungai. Artinya, mineral yang terkandung di tanah yang subur terdistribusi ke tanah-tanah yang dilewatinya.

Mengapa tanah di sekitar gunung subur? Mineral humus yang menghampar di permukaan gunung dibawa ke sekitar area pertanian dan perkebunan melalui air.

Oleh sebab itulah, Allah berfirman di Al-Qur'an bahwa hasil pertanian dan perkebunan di dataran tinggi lebih banyak hasilnya dibandingkan di dataran rendah.

Titian Surga Ke Kawah Ratu Oleh: Nasrulloh Baksolahar Melangkahkan kaki ke Kawah Ratu memang cukup berat. Menyusuri jalan sempit...

Titian Surga Ke Kawah Ratu

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Melangkahkan kaki ke Kawah Ratu memang cukup berat. Menyusuri jalan sempit dan licin, melewati bongkahan kayu dan batu, naik dan turun. Namun, taman-taman surga mengepung selama perjalanan.

Bukankah surga itu berwarna hijau? Bukankah di surga ada sungai yang airnya terus mengalir? Bukankah airnya sejuk dan bisa langsung diminum? Bukankah, udaranya sejuk dan tidak terik? Berjalan ke Kawah Ratu seperti menyaksikan surga sebelum ke surga.

Banyak suasana surga dalam medan perjuangan menuju cita-cita.  Kesegarannya itu bisa dihirup setiap saat. Kesejukan airnya bisa diminum di sepanjang perjalanan. Keindahan suasananya bisa dipandang setiap saat.

Siapakah yang menyiapkan? Apakah diminta? Apakah harus dibeli? Semuanya gratis. Semuanya disediakan Allah. Jadi mengapa resah dan takut dalam meniti perjalanan?

Air yang sejuk. Udara yang segar. Teduhnya kanopi pepohonan. Hijaunya dedaunan. Sudah disediakan Allah bagi siapapun yang mau menempuh perjalanan tersebut. Persoalannya, siapakah yang msu menempuh perjalanannya tersebut?

Solusi itu lebih dulu hadir. Nikmat itu lebih dulu disediakan. Hiburan itu telah disediakan. Kemenangan itu lebih dahulu dijanjikan. Siapakah yang mau meraihnya? 

Sayangnya, kebanyakan hanya fokusnya pada sulitnya perjalanan. Maka, keindahan surga tak pernah terlihat walaupun telah mengepungnya di sepanjang perjalanan.

Agar Tanda Alam Menjadi Bermakna Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Belajar bertahan hidup di hutan. Apa saja yang diajarkan? Salah sat...

Agar Tanda Alam Menjadi Bermakna

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Belajar bertahan hidup di hutan. Apa saja yang diajarkan? Salah satunya bagaimana makan dan minum yang disediakan di hutan.

Dedaunan adalah sumber makanan. Bagaimana memilah daun yang tidak bisa dimakan? Perhatikan, apakah ada getahnya? Bergetah tanda ada racun atau unsur yang membahayakan tubuh.

Buah-buahan adalah sumber makanan. Bagaimana memilah yang tidak berbahaya untuk dimakan? Hindari yang berwarna terang menyolok.

Bagaimana mengurangi kehausan? Bisa memanfaatkan air yang ada di lumut dan dedaunan. Bila melihat bekas aliran air yang  basah, galilah tanahnya lebih dalam di aliran tersebut.

Allah menjelaskan tanda-tanda alam. Setiap tanda memiliki makna  yang bisa dipahami. Allah menjelaskan tanda-tanda tersebut sangat jelas bagi yang mau memikirkan.

Setiap tanda alam adalah data dan informasi. Setiap tanda alam adalah ilmu pengetahuan. Setiap tanda-tanda alam adalah cikal bakal teknologi. Bisakah kita menangkap tanda-tanda ini?

Allah menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya. Akal dan hati manusia telah disiapkan untuk merekam dan memahami tanda-tanda tersebut, walaupun tak ada yang mengajarinya. Perhatikan dan amati. Memohonlah ilmu pada Allah. Sebab, Allah adalah guru pertama dan utama manusia.

Mengapa  Rezeki Dapat Terputus dan Merusak? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Al-Qur'an seringkali mengidentikan rezeki dengan buah...




Mengapa  Rezeki Dapat Terputus dan Merusak?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Al-Qur'an seringkali mengidentikan rezeki dengan buah-buahan. Kosa kata yang dipilih adalah "Tsamar" yang berarti buah yang dikeluarkan dari pohon, baik dimakan ataupun tidak. Menurut Ibnu Katsir, bisa diartikan segala jenis makanan apa saja yang tumbuh dari bumi.

Mengapa Allah mengidentifikasi rezeki dengan buah-buahan? Buah-buahan itu tak terhingga ragam dan rasanya. Tak terhingga pula bentuk dan warnanya. Segala jenis pohon bisa mengeluarkan buah-buahan.

Di tanah yang sama, bisa berbeda rasanya. Di musim yang berbeda, berbeda pula buah-buahannya. Di iklim dan wilayah yang berbeda, berbeda-beda pula buah-buahannya. Semuanya, seolah-olah Allah ingin mengatakan pada manusia bahwa tak perlu khawatir dengan jaminan rezeki dari Allah.

Buah-buahan itu berasal dari air hujan.  Pepohonan tanpa air hujan tidak akan menghasilkan buah. Hujan itu dari langit. Hujan adalah rahasia Allah. Hingga hari ini, apakah manusia bisa menciptakan tanah dan pepohonan? Berarti, rezeki memang dari Allah.

Dalam satu buah, terdiri dari kulit, biji dan daging buah. Kulit untuk melindungi buah, lalu dibuang agar menyuburkan tanah, tempat tumbuhan hidup.  Daging buah untuk dikonsumsi agar keberlangsungan kehidupan manusia berlanjut. Sedangkan biji, agar muncul tumbuhan baru yang menghasilkan buah.

Rezeki itu harus diinfakkan, seperti kulit  buah yang dibuang ke tanah. Bagaimana bila kulit dimakan manusia? Bagaimana bila tidak ada yang dibuang ke tanah? Bila kulit dimakan, akan merusak. Bila tak dibuang ke tanah, bagaimana menyuburkan tanaman?

Tanamlah bijinya. Agar semakin banyak pohon yang berbuah. Agar hari esok semakin berlimpah dan mudah. Agar generasi berikutnya bisa menikmatinya juga. Bagaimana bila dimakan, bisa merusak manusia dan kehidupan masa depan terhenti.

Makanlah daging buahnya saja. Jangan berlebihan, sebab akan merusak. Berbagilah agar kenikmatan bertambah. Kesalahan manusia adalah memakan seluruh rezeki. Memakan biji dan kulitnya. Sehingga rusak badannya. Juga, tak ada yang untuk dikembangkan bagi hari esok. Rezeki pun terputus dan merusak dirinya.

Memahami Awal Penciptaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Allah menciptakan makhluk-Nya melalui sebutir telur. Unggas, burung, ular, ...

Memahami Awal Penciptaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Allah menciptakan makhluk-Nya melalui sebutir telur. Unggas, burung, ular, ikan, reptil dan banyak yang belum diketahui manusia. Allah mengembangbiakkan tumbuhan melalui biji, tunas dan bagian tertentu dari tumbuhan tersebut.

Manusia berkembang biak dengan melahirkan. Berawal dari segumpal air, darah kemudian daging. Hewan pun ada yang berkembang biak dengan melahirkan juga. Namun ada keunikan dalam proses kelahiran manusia.

Adam diciptakan langsung oleh Allah. Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Nabi Isa dilahirkan tanpa proses pertempuran sel telur dan sperma. Allah bisa menciptakan sesuai yang dikehendaki-Nya.

Api berasal dari kayu, cairan dan gas. Angin karena perbedaan tekanan. Hujan dan awan berasal dari uap air. Embun karena udara yang dingin. Semuanya berproses dengan cara yang sama hingga kehancuran alam semesta.

Perhatikan semua asal penciptaan makhluk-Nya. Agar paham beragam kehendak-Nya.  Paham Ilmu-Nya. Paham kekuasaan-Nya. Paham bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Tak ada yang bisa menandingi-Nya.

Pahami penciptaan-Nya. Kuasai dan contek. Lalu, perbanyak. Maka bisa menguasai pembibitan, bahan baku, bahan mentah, industri hulu, dan rantai pasokan.  Kelak, kekuasaan digenggam oleh yang menguasai sektor hulu.

Awal dan akhir sangat jauh berbeda. Seperti telur bulat, yang berubah menjadi ungas, burung, dan reptil. Seperti biji dan tunas , yang berubah menjadi sayuran dan pepohonan yang besar menjulang. Itulah kebesaran Allah agar hati dan akal manusia dengan rela menyembah-Nya.

Membangun Hutan Pangan  FIFARM--Hutan alam merupakan contoh sempurna keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem. Prinsip-prinsip ...

Membangun Hutan Pangan 

FIFARM--Hutan alam merupakan contoh sempurna keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem. Prinsip-prinsip ini menjadi inspirasi bagi konsep hutan pangan - sebuah sistem pertanian yang meniru kompleksitas alam. Hutan pangan mengintegrasikan berbagai jenis tanaman, hewan, dan jamur dalam satu area untuk menghasilkan bahan pangan secara berkelanjutan.

Keunikan hutan pangan terletak pada pendekatannya yang meminimalkan input namun memaksimalkan hasil. Dengan memahami interaksi alami antar spesies di hutan, para perancang hutan pangan dapat menciptakan ekosistem buatan yang produktif dan mandiri. Tanaman-tanaman dipilih bukan hanya berdasarkan hasil panennya, tapi juga fungsi ekologisnya seperti fiksasi nitrogen atau habitat bagi hewan penyerbuk.

Pengelolaan hutan pangan membutuhkan pemahaman mendalam tentang ekologi dan kebijaksanaan dalam penerapannya. Tujuannya adalah menciptakan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem. Dengan meniru dan meningkatkan proses alami, hutan pangan menawarkan solusi inovatif untuk pertanian berkelanjutan di masa depan.
Lapisan Keanekaragaman

Hutan pangan meniru struktur bertingkat hutan alami:

Lapisan Kanopi: Didominasi oleh pohon-pohon tinggi yang memberikan naungan dan habitat.

Pohon Pohon Bawah: Pohon-pohon kecil di bawah kanopi yang mengisi celah.

Semak dan Perdu:Menyediakan buah-buahan dan beri, sambil juga mendukung kehidupan liar.

Lapisan Herba:Tanaman di tanah seperti herba dan sayuran.

Hasil Akar: Tanaman seperti talas dan singkong yang tumbuh di bawah tanah.

Penutup Tanah: Tanaman rendah yang melindungi tanah dan menekan gulma.

Pemanjat: Tanaman menjalar yang memanfaatkan ruang vertikal untuk tumbuh.

Setiap lapisan memiliki fungsi masing-masing, mengoptimalkan ruang dan sumber daya untuk menciptakan ekosistem yang produktif.

Desain Sesuai Iklim

Desain hutan pangan bervariasi sesuai dengan iklim. Di daerah subtropis, misalnya, tanaman seperti tamarillo tumbuh subur di bawah pohon-pohon produktif seperti feijoa, guava, dan jeruk. Hasil akar seperti talas dan singkong memberikan keberlanjutan, sementara herba besar seperti pisang menambah keanekaragaman dan biomassa.

Tanaman pendukung seperti kacang es krim dan casuarina berperan penting dalam siklus nutrisi dan perbaikan tanah, membantu pertumbuhan spesies produktif seperti murbei, nangka, dan mangga dari waktu ke waktu.

Manajemen Suksesi

Perencanaan suksesi sangat penting. Pada awalnya, tanaman pendukung dapat mencakup hingga 95% biomassa, terutama spesies yang memperbaiki nitrogen untuk memperkaya tanah dan mendukung pertumbuhan pohon buah muda. Melalui pemangkasan dan pengelolaan yang strategis, tanaman pendukung ini secara bertahap memberi ruang bagi spesies produktif, menciptakan ekosistem yang seimbang dan mandiri.

Integrasi Hewan

Hewan merupakan bagian integral dari pengelolaan hutan pangan. Hewan ternak besar dapat membersihkan area untuk penanaman, sementara ayam dan bebek membantu mempersiapkan dan menjaga kesehatan tanah. Peran mereka dalam pengendalian hama dan siklus nutrisi meningkatkan produktivitas secara keseluruhan, memastikan sistem tetap hidup dan tangguh.

Kelimpahan dan Kestabilan Berkelanjutan

Hutan pangan berfungsi sebagai ekosistem hidup yang produksi tanahnya konstan dan kesuburannya terus berkembang. Dengan meniru proses alami dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, sistem ini menghasilkan makanan berlimpah sambil meregenerasi tanah. Pendekatan ini tidak hanya menjaga kebutuhan manusia tetap terpenuhi, tetapi juga meningkatkan kesehatan lingkungan, menjadikannya model pertanian berkelanjutan yang patut ditiru di seluruh dunia.

Dengan demikian, hutan pangan mencerminkan prinsip keseimbangan ekologis dan pertanian berkelanjutan. Dengan meniru pola alam dan memanfaatkan keanekaragaman, sistem ini memberikan landasan untuk memastikan kelimpahan makanan sambil meningkatkan keberagaman hayati dan kesehatan tanah.

Apa itu permakultur?

Permakultur merupakan desain yang sadar dan disengaja di mana ekosistem yang beragam, stabil, dan tangguh diintegrasikan untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan pangan, energi, tempat tinggal, dan kebutuhan lainnya secara berkelanjutan, tanpa merusak planet ini maupun manusia yang bergantung padanya.

Permakultur menitikberatkan pada berbagai topik, termasuk pertanian, kehutanan, pengumpulan air hujan, energi terbarukan, bangunan ramah lingkungan, pengelolaan limbah, sistem hewan, ekonomi, teknologi, dan pengembangan komunitas. Pendekatan ini tidak hanya mempertimbangkan keberlanjutan ekologi, tetapi juga mengintegrasikan aspek sosial dan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya secara holistik. Dengan demikian, permakultur tidak hanya mencari solusi untuk kebutuhan saat ini, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan keseimbangan jangka panjang antara manusia dan lingkungan mereka.

https://fifarm.id/posts/316754/membangun-hutan-pangan-menciptakan-kebun-berkelanjutan-dengan-kearifan-alam

Dalam Penciptaan Matahari dan Bulan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Allah menciptakan bulan, matahari dan bintang. Untuk apa? Ada ya...

Dalam Penciptaan Matahari dan Bulan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Allah menciptakan bulan, matahari dan bintang. Untuk apa? Ada yang memanfaatkan panas matahari untuk energi. Cahaya bulan untuk mencari ikan-ikan di lautan. Bintang-bintang untuk riset angkasa raya. Ini hanya sebagian kecil dari tujuan penciptaannya. Apakah tujuan utamanya?

Di Al-Qur'an, setiap berbicara angkasa raya, terutama bulan dan matahari sering kali dikaitkan dengan perhitungan bilangan tahun dan perhitungan waktu. Umur dan waktu, itulah titik tekannya. Kesadaran akan waktu, itulah tujuan utamanya. Mengapa?

Bukankah waktu tak bisa ditukar dengan kekayaan? Bukankah waktu tak bisa diulang? Bukankah waktu itu tak bisa diperpanjang dan diperpendek? Bukankah waktu tak bisa dikompromikan?

Setiap ibadah dikaitkan dengan waktu. Melakukan shalat, puasa, zakat dan haji, dikaitkan dengan waktu. Kehidupan di dunia dibatasi oleh waktu. Saat menanam tumbuhan dan panen pun dibatasi oleh waktu. Iklim dan musim dikaitkan dengan waktu. Seperti Nabi Yusuf yang paham akan perguliran musim hujan dan kemarau.

Kerentaan tubuh. Memutihnya rambut. Keriputnya kulit. Lapuknya bangunan kayu. Semuanya dikaitkan dengan waktu. Makanan dan minuman, peralatan dan teknologi pun ada batas akhir penggunaannya. Peluang dan ancaman pun dikaitkan dengan waktu.

Kejayaan dan kehancuran kerajaan, negara, kekuasaan, jabatan, suku bangsa dan peradaban juga ada waktunya. Kesadaran akan waktu berarti kesadaran akan kehidupan. Kesadaran bahwa semuanya berakhir. Setelah sadar waktu,  muncul kesadaran pertanggungjawaban akan waktu.

Kesadaran pertanggungjawaban waktu dijelaskan  dalam surat Al-Isra ayat 13-14, "Dan setiap manusia telah Kami kalungkan catatan amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari kiamat, Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitungan atas dirimu."

Jihad Tak Mencintai Dunia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Alhamdulillah, insya Allah hingga hari ini masih konsisten 60-70 persen pe...

Jihad Tak Mencintai Dunia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Alhamdulillah, insya Allah hingga hari ini masih konsisten 60-70 persen penghasilan untuk zakat, sedekah dan waqaf. Semoga Allah terus menjaganya. Penyaluran sesuai prioritas yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Semoga ini menjadi saksi, ada seorang hamba-Nya yang ingin melepaskan diri kukungan dunia, walaupun belum bisa dan sering terjatuh.

Bagaimana dengan keturunannya? Umar bin Abdul Aziz, bisa menjadi contoh. Bagaimana seorang konglomerat menjadi melarat saat menjadi khalifah. Bagaimana warisan untuk putra-putrinya hanya senilai 1 dinar saja? Bukankah Allah yang melapangkan dan menyempitkan?

Tak perlu khawatir dengan beragam ketakutan yang dibisikan oleh syetan. Bukankah pekerjaan syetan hanya menakut-nakuti? Jangan takut dengan kekhawatiran hawa nafsu, penuhi kebutuhan yang mendasar, setelah itu akan bungkam.

Bentengi semua ketakutan dan kekhawatiran hawa nafsu dan syetan dengan berpuasa. Allah akan membentengi semua panah beracun tersebut. Tafakuri Asmaulhusna-Nya dari Al-Qur'an, semoga Allah menghalau semua tuhan palsu dari bilik hati.

Bukankah tugas hidup hanya menjadi abdi dan khalifah-Nya?  Mengapa disibukkan dan dipalingkan dengan yang lain? Bukankah dunia hanya persinggahan? Bukankah akhirat adalah rumah yang sebenarnya?

Bukankah hidup ini hanya ujian cinta kepada-Nya? Mengapa masih menoleh dan melirik kepada selain-Nya? Berjalan dan berduaan bersama-Nya, itulah cinta seorang hamba-Nya.

Sangat malu bila menatap angkasa, semuanya bersujud dan bertasbih. Sangat malu terhadap makhluk-Nya di bumi, semuanya bersujud dan bertasbih. Sedangkan hamba-Nya bergelimang dengan kedurhakaan dan mencintai selain-Nya.

Kisah Mengumpulkan dan Menanam Bibit  Tanaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengumpulkan bibit nanas dari tetangga dan petani di s...

Kisah Mengumpulkan dan Menanam Bibit  Tanaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mengumpulkan bibit nanas dari tetangga dan petani di sekitar kebun. Walaupun cukup lama, namun bisa memberdayakan tanaman nanas yang tak dipedulikan. Walaupun belum tahu, akhir dari menanam nanas, namun nanas telah menjadi tanaman yang cukup menarik di sejumlah negara tropis.

Awalnya tak tahu untuk apa menanam pisang. Saat itu, meminta pisang kepada seseorang tapi ditolaknya. Dengan agak kesal, maka menanamlah pohon pisang agar tidak meminta lagi ke orang tersebut. Akhirnya, pisang menjadi bisnis tersendiri.

Begitu pun kisah menanam alpukat, awalnya beberapa teman mengajak menanam porang. Saat melihat lahan yang saya miliki, ternyata membutuhkan modal pengolahan yang cukup besar. Akhirnya, semuanya mundur.

Ada yang menawarkan menanam Alpukat dan kelapa, tetapi mereka meminta dana 1 juta untuk satu pohon untuk bibit dan saran dan konsultasi saja. Akhirnya, memberanikan diri menanam sendiri.

Saat menanam kelapa, membeli bibit dari seseorang. Saat pembelian ke dua,  ternyata penjual bibit tidak mau menjualnya kembali karena mereka akan menggunakannya sendiri di kebunnya. Akhirnya, bibit kelapa dibeli dari warga sekitar kebun yang mau menjual satu atau dua pohon.

Pembelian bibit petai, tidak terlalu terkendala karena sejak awal beli langsung ke pusat pembibitan. Setiap jenis pohon yang ditanam, memiliki sejarah yang unik, yang mengokohkan  komitmen untuk terus menanam dan mulai menanam.

Banyak cara Allah mendorong dan menggugah untuk memulai sesuatu. Kadang dari kisah dan fragmen yang menjatuhkan juga yang memberikan semangat.  Setiap fragmen bertanyalah, apa yang Allah ingin ajarkan?

Karakter alam semesta adalah berkelompok. Planet-planet berkelompok di dalam galaksi. Galaksi pun berkelompok di dalam alam seme...

Karakter alam semesta adalah berkelompok. Planet-planet berkelompok di dalam galaksi. Galaksi pun berkelompok di dalam alam semesta. Bulan pun berkelompok di dalam planet. 

Dalam kelompok, yang lemah pun menjadi kuat. Seperti domba yang lemah, bila dalam satu kelompok, serigala pun tak bisa dimangsa. Seperti harimau, bila dikepung oleh domba pun akan mati kelelahan melawan domba.

Dalam kelompok, tak harus sama. Seperti galaksi bima sakti, yang terdiri dari bumi, matahari, mars hingga pluto. Dari bulan, asteroid dan komet. Seperti tubuh manusia yang terdiri dari ragam panca indra.

Kesamaan tidak akan kuat menyatukan, tetapi saling ketergantungan dan berkaitanlah yang menyatukan menjadi kelompok yang kuat. Lihatlah model pertanian monokultur yang efisien tetapi menciptakan keretanan terhadap penyakit dan hama.

Tumbuhan pun memiliki kelompok. Bila menanam sesuatu, pahami kelompok tanaman yang saling ketergantungan. Seperti dalam Al-Qur'an yang selalu menyandingkan pohon kurma dan anggur.

Tanaman yang tumbuh sendiri walapun tidak ditanam, pelajari keterkaitan dengan pohon utamanya. Apa kemanfaatannya? Seperti rerumputan yang selalu tumbuh di saat baru menanam di sebuah lahan.

Ada tumbuhan yang mengindikasikan kesuburan tanaman. Ada yang untuk menjaga erosi, longsor dan kelembaban. Ada juga tumbuh karena dia obat untuk hama tanaman utama. Pelajari seluruhnya, maka tak ada kesia-siaan, saling berhubungan, ketergantuan dan menguatkan.






Agar Meyakini Pertemuan Dengan-Nya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Alam semesta diciptakan agar manusia meyakini dan mengokohkan dir...

Agar Meyakini Pertemuan Dengan-Nya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Alam semesta diciptakan agar manusia meyakini dan mengokohkan diri akan pertemuannya dengan Allah. Bukankah semakin banyak ilmuwan yang meyakini kehancuran alam semesta? Bukankah semakin berlimpah beragam model kemungkinan kehancuran alam semesta?

Alam semesta seperti raga manusia, tumbuhan dan binatang. Bukankah semuanya tua? Bukankah sangat banyak kemungkinan untuk sakit? Bukankah sangat tak terhitung dan tak terduga penyebab kematiannya?

Peradaban Yunani, Romawi dan Persia sudah hancur. Tak muncul lagi. Banyak kaum dan suku bangsa yang tak ada jejaknya lagi. Banyak perusahaan yang bangkrut, tak bangkit lagi. Banyak negara-negara yang hilang dari peta bumi.

Kemana kaum Nabi Hud, Syuaib, Shaleh dan Luth? Kemana Firaun dan Namrudz? Semuanya terkubur. Allah menyisakan jejak perjalanan mereka agar paham semua yang dibangun sehebat dan sekuat apa pun akan musnah.

Allah memendekan usia manusia di akhir zaman, agar berita kematian selalu mengingat. Fenomena gempa dan gunung meletus. Perkembangan jenis penyakit yang semakin banyak dan penyebaran cepat. Iklim yang anomali yang efeknya terhadap suhu, permukaan laut, bencana dan ketersediaan pangan. Apakah tak menyadarkan pertemuannya dengan Allah?

Mengapa Rasulullah saw banyak memberikan berita tentang huru hara Hari Kiamat, baik yang kecil maupun yang besar? Mengapa tanda-tandanya dimunculkan secara bertahap dan berkesinambungan? Agar suasana kesadaran kejiwaan pertemuan dengan Allah terjaga.

Allah Maha Pengasih dan Penyayang, terus mengepung manusia dengan fakta, data dan peristiwa di sekitar dan dekat  untuk bisa menangkap kepastian dan kebenaran akan pertemuan dengan Allah melalui panca indra, akal dan hatinya.

Mengapa Tanah Indonesia Dikuasai  Asing? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengikuti training shalat khusyu di Shalat Center Bandung. ...

Mengapa Tanah Indonesia Dikuasai  Asing?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Mengikuti training shalat khusyu di Shalat Center Bandung. Saat acara tadabur alam, jalan kaki ke sebuah air terjun. Jalan menuju ke lokasi masih bebatuan. Rumah pun masih sangat jarang. Kontur tanahnya berbukit dan suasana cukup dingin.

Selama perjalanan terlihat banyak pohon cengkeh yang sangat besar. Ini sebuah tanda, cengkeh pernah menjadi sumber penghasilan utama. Kota Bandung pun terlihat dari perbukitan. Namun ada yang cukup memprihatinkan, apa itu?

Selama berjalan kaki, banyak tanah yang tak diolah dan terlantar. Pohon dan rerumputan dibiarkan tak terurus. Tak terlihat bekas cangkul yang dihentakan ke tanah. Padahal tak jauh dari tempat tersebut ada Kantor Dinas Perkebunan provinsi Jawa Barat. Bukankah fenomena yang paradoks?

Ada tanah yang cukup luas yang dipagari beton. Pagarnya pun banyak yang ambruk. Sepertinya dulu pernah dibangun perumahan, tetapi sepi peminat. Sekarang tanahnya pun tak terurus. Ada papan pengumuman yang menginformasikan bahwa tanah tersebut adalah tanah wakaf pertanian. Tetapi, tak terurus juga.

Dalam perjalanan ada rumah dan mushalla yang cukup memprihatinkan. Mushallanya diberi nama Tawakal. Dindingnya hanya terbuat dari lembaran GRC. Rumahnya pun seperti itu. Seorang ibu keluar dari rumah. Kondidi anak-anak terlihat cukup memprihatinkan. Mengapa pertanian identik dengan kemiskinan?

Tanah yang terlantar di pinggiran kota Bandung, itulah wajah Indonesia juga. Indonesia ditelantarkan oleh penghuninya sendiri.  Mengapa tak mensyukuri tanah yang subur dan iklim yang mendukung? Mengapa kolonial Belanda justru sangat serius mengelola tanah Indonesia?

Mengapa tanah Indonesia dikuasai asing? Lihatlah, tanah-tanah yang berada di sisi rumahnya pun ditelantarkan. Bagaimana Allah berkehendak mengamanahkan tanah yang sangat luas? Bagaimana Allah berkehendak menurunkan ilmu dan teknologi untuk mengelola tanah? 

Konservasi Nanas di Kampungku Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mencoba mengumpulkan bibit nanas dari kampungku untuk dibudidayakan di...

Konservasi Nanas di Kampungku

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mencoba mengumpulkan bibit nanas dari kampungku untuk dibudidayakan di kebun Sukabumi. Semoga kelak menjadi sejarah seperti nanas madu Pemalang yang sebenarnya dari Bogor. Bagaimana Nanas Bogor sekarang jadi salah satu penggerak ekonomi di Pemalang?

Seorang kiyai dari Pemalang melakukan perjalanan wisata religi ke Bogor pada 1942. Pulangnya membawa oleh-oleh buah Nanas. Sampai di Pemalang, mahkotanya dibuang ke kebun. Ternyata tumbuh dengan baik. Semakin lama semakin banyak, lalu ditanam di lahan kritis agar tidak erosi.

Setelah ditanam, ternyata memiliki rasa yang berbeda dengan tempat asalnya, Bogor. Dengan perbedaan geografi, ternyata rasanya menjadi lebih manis dan lebih kering. Akhirnya,  diberi nama nanas Madu. Sekarang nanas yang dibawa oleh seorang kiyai telah menghidupi penduduk Pemalang dari generasi ke generasi.

Bagi saya, nanas memiliki sejarah tersendiri. Dahulu, di kampungku masih banyak kebun yang luas. Setiap di perbatasan kebun atau tepian jalan selalu ditanami nanas sehingga setiap jengkal tanah menjadi produktif.

Setiap pohon yang berbuah pun, selalu ditaruh tebangan pohon nanas di batangnya agar anak-anak tidak mencuri buahnya. Sehabis mengambil kayu bakar di kebun, seringkali kali mengambil daun muda nanas untuk dimakan agar tidak kelaparan.

Sekarang ada bagian kampungku yang akan terkena gusuran jalan tol. Di daerah gusuran tersebut banyak sekali penduduk yang menanam nanas. Anggap saja, memindahkan nanas ke Sukabumi sebagai upaya penyelamatan pohon nanas tersebut. Seperti penyelamatan yang dilakukan Nabi Nuh di saat banjir.

Menanam nanas di tebingan kebun di Sukabumi sebuah upaya agar tidak longsor tanahnya. Pada sisi lain, tanah menjadi lebih produktif karena bisa memanen nanas. Semakin beragam yang bisa dihasilkan dalam satu kebun.

Nasib Ilmuwan, Bagai Katak Dalam Tempurung  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Para ilmuwan ruang angkasa dan astronot mengembara di an...

Nasib Ilmuwan, Bagai Katak Dalam Tempurung 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Para ilmuwan ruang angkasa dan astronot mengembara di antariksa dengan mengembangkan teknologi super canggih. Mereka menemukan ruang angkasa yang tak bertepi dan sangat banyak rahasia yang tak terpecahkan. Beragam benda-benda di ruang angkasa diberi nama sesuai yang pertama kali melihatnya atau membuat teorinya.


Mengirimkan satelit, robot hingga manusia, memprediksi apakah pernah ada kehidupan di luar bumi? Bisakah membuat kehidupan di planet lain? Bisakah menambang kekayaan planet lain?  Hingga bisakah berlibur ke luar angkasa?

Dengan riset ke luar angkasa, teori kehancuran di bumi pun menjadi sangat logis. Bukan itu saja, tetapi juga kehancuran alam semesta. Ternyata bumi itu hanya debu di alam semesta. Ternyata galaksi bima sakti hanya setitik debu pula di alam semesta.

Hasil risetnya hanya melahirkan teori ilmu pengetahuan, kelak teori ini pun akan terbantahkan dengan data yang baru. Seperti itulah pergumulan ilmu. Hasil riset hanya bagaimana bisa menjadi bisnis atau kekayaan?   Atau sekedar mercusuar kehebatan atas bangsa lain.

Mengapa riset yang semakin luas hanya berujung pada akhir yang sama? Ilmu pengetahuan saja. Gelar akademik seperti profesor?  Berakhir pada membangun bisnis dan kekayaan? Mengapa tidak sampai menyentuh pada kesadaran ketuhanan?

Bukankah riset ilmuwan ruang angkasa seperti menjalani babak kecil awal perjalanan Miraj Rasulullah saw? Mengapa tak sedikitpun yang diraih seperti yang diraih Rasulullah saw saat Miraj?

Itulah jalan sesat yang tak tahu tujuan sesuatu. Muslimin memang belum  meneliti fenomena ruang angkasa, namun hasil riset mereka dimanfaatkan untuk menafsirkan ayat Al-Qur'an tentang langit, meneguhkan keimanan kepada Allah dan kelak dimanfaatkan untuk membangun peradaban. Ilmuwan Barat hanya kelelahan membuka hakikat sesuatu. Lelah dalam kebingungan dan pertanyaan. Namun Muslimin yang memanfaatkannya. Sungguh kasihan para ilmuwan Barat?

Yang Diburu dan Dilakukan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Yang diburu dalam hidup ini hanya maaf, ampunan dan rahmat Allah. ...

Yang Diburu dan Dilakukan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Yang diburu dalam hidup ini hanya maaf, ampunan dan rahmat Allah. Adakah yang lebih berharga selain itu? Yang dilakukan dalam hidup ini hanya amal shaleh, sabar dan takwa. Adakah ikhtiar yang lebih hebat dari itu semua?

Pernak pernik perjalanan manusia dalam surat Al-Baqarah ditutup dengan permohonan maaf, ampunan dan rahmat Allah. Bukankah surat Al-Baqarah merupakan bimbingan dalam mengelola masyarakat, bisnis, perang dan negara? Bukankah surat Al-Baqarah diturunkan setelah Rasulullah saw di Madinah untuk membangun peradaban?

Dalam shalat, saat duduk di antara dua sujud, deretan utama yang diminta adalah maaf, ampunan dan rahmat Allah. Doa-doa yang dipanjatkan oleh para Nabi dan Rasul, paling banyak memuat permohonan maaf, ampunan dan rahmat Allah.

Doa-doa yang ditujukan bagi yang sudah wafat pun, agar dilimpahkan maaf, ampunan dan rahmat Allah. Bukankah Rasulullah saw pun masuk surga karena rahmat-Nya? Bukankah kebaikan di dunia dan akherat karena rahmat-Nya?

Bagaimana menjalani hidup ini? Bagaimana menjalani liku-liku hidup ini? Jangan pernah berhenti beramal kebaikan. Agar menjadi amal jariah. Agar menjadi tabungan. Apapun yang menimpa, teruslah berorientasi untuk membangun kebaikan.

Hidup ini berproses, tak tahu kapan sesuatu bisa diraih dan terwujud. Maka, dibutuhkan kesabaran. Membangun sesuatu tidak bisa langsung jadi. Sebab hanya Allah yang bisa, "Kun fayakun." Sabar sebuah kesadaran bahwa kita hanya seorang hamba.

Ingin beruntung? Bertakwalah. Jangan mengandalkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki. Hidup melelahkan dan energi terkuras habis karena mengandalkan diri. Bertakwalah, maka jalan kemudahan terpampang luas.

Paradoks Alam Semesta dan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Suhu bumi semakin naik. Sejumlah negara dihantam gelombang panas. ...

Paradoks Alam Semesta dan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Suhu bumi semakin naik. Sejumlah negara dihantam gelombang panas. Seluruh program untuk menghambat pemanasan global telah gagal. Air tanah terus menyusut. Mengapa manusia terus saja berlomba dengan kekayaan dan kekuasaan?

Para ilmuwan melakukan riset ke dalam bumi dan ke ruang angkasa. Hasilnya, alam semesta ini akan hancur. Hari Kiamat itu pasti terjadi. Namun, manusia terus memburu memuaskan nafsu dan angkara murkanya. Berbangga dengan yang telah dihimpunnya.

Berbisnis masih untuk mengembangkan bisnisnya. Berbisnis masih untuk menghimpun kekayaan dan kebanggaan. Berkuasa masih ingin melanggengkan kekuasaannya. Berkuasa masih untuk menjarah kekayaan rakyat dan negerinya.

Gaya hidupnya, seolah bumi ini abadi. Seolah kesenangan dan ketenaran itu langgeng. Seolah seluruh hidup sesuai dengan keinginan egonya.

Manusia penghuni alam semesta. Saat alam semesta menuju kehancuran, mengapa penghuninya merasa hidupnya abadi? Saat alam semesta pasti hancur, mengapa manusia  tak melihat tanda-tanda kehancurannya?

Manusia saling menghancurkan dan bersaing. Saling berebut dan membunuh. Saling berselisih dan bertengkar?  Mengapa tidak bersinergi? Mengapa tidak mencari titik fokus? Mengapa merasa alam semesta ini terbatas bukan berlimpah? Pada bila berhasil mengungguli semuanya pun, akan hancur pula.

Sebuah kenyataan yang paradoks antara manusia dan alam semesta. Penghuninya merasa abadi, padahal tempat yang dihuninya, alam semesta, sedang menuju kehancuran. Betapa bodohnya manusia.

Pertumbuhan Islam Bagai Pohon Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sayid Qutb dalam tafsirnya, Fizilali Qur'an,  mengumpamakan pertum...

Pertumbuhan Islam Bagai Pohon

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sayid Qutb dalam tafsirnya, Fizilali Qur'an,  mengumpamakan pertumbuhan Islam di dunia ini seperti pohon. Tumbuh perlahan namun pasti. Angin yang kencang tidak akan menumbangkan. Perubahan iklim tidak akan pernah mematikannya. Selalu bisa beradaptasi dengan beragam kondisi ekstrim sekalipun.

Sekali waktu, pohon ini terkena hama. Sedikit menghambat pertumbuhannya. Ulat memakan dedaunan. Ada yang memetik rantingnya. Namun bekas gigitan ulat dan potongan ranting akan menambah jumlah ranting baru. Bahkan, bisa mengeluarkan bunga dan buah.

Semakin lama, batangnya semakin besar dan kokoh. Daunnya semakin rindang. Akan semakin banyak yang datang sendiri hingga berbondong-bondong dan bergerombol untuk bernaung. Semuanya hidup dari pohon tersebut.

Yang melempari pohon ini dengan apapun akan diberikan buah. Yang ingin menebang pohon ini akan berhadapan dengan makhluk yang hidup di bawah pohon tersebut. Andai, pohon ini ditebang sekalipun, akan muncul dahan-dahan baru, dari sisa-sisa tunggulnya.

Bukankah umat Islam dihabisi di Andalusia? Bukankah umat Islam pernah dihabisi di Masjidil Aqsha? Bukankah umat Islam pernah dihabisi di Baghdad? Bukankah gerakan Kristenisasi di era penjajahan Eropa sangat terstruktur, kuat dan massif? Bukankah gerakan sekularisme dan kapitalisme seperti badai yang menghempaskan apapun?

Hingga hari ini, pertumbuhan umat Islam tetap yang tertinggi. Ajaran Islam yang dihinakan tetapi dijadikan referensi walapun dikamuflasekan dengan nama dan sebutan lain. Saat ideologi lain ditinggalkan dan dihempaskan karena bertentangan dengan fitrah dan tak pernah bisa menyelesaikan persoalan manusia, umat manusia berbondong-bondong mempelajari Islam.

Para ilmuwan melihat dunia menuju kehancuran. Semua solusi yang dilakukan tak bisa menahan kehancuran bumi. Mereka sedang mencari siapa yang bisa menyelesaikan krisis ini? Hanya tinggal menerapkan Islam di kehidupan ini.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (174) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)