basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Nusantara

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Nusantara. Tampilkan semua postingan

Syeikh Arsyad al-Banjari, "Ilmu Mekah-nya", Kota Martapura Bebas Banjir dan Pusat Pangan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  S...


Syeikh Arsyad al-Banjari, "Ilmu Mekah-nya", Kota Martapura Bebas Banjir dan Pusat Pangan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Syeikh Arsyad al-Banjari diutus oleh Kesultanan Banjar belajar ke Mekah dan Madinah. Saat beliau hendak melanjutkan belajar ke Mesir, gurunya memerintahkan untuk kembali ke Nusantara saja.

Setelah 35 tahun belajar di Makkah dan Madinah, sekembalinya ke Tanah Air di Kalimantan Selatan, Sultan Banjar memberikan lahan berupa hutan yang diubahnya menjadi pesantren dan perkampungan yang bernama Dalam Pagar. Tidak hanya itu, di lahan itu pun dibangun sungai yang bernama Sungai Tuan.

Apa pengaruh dibangunnya Sungai Tuan? Martapura, ibu kota Kesultanan Banjar, diapit oleh dua sungai besar yaitu Martapura Hulu dan Ilir. Saat itu, Martapura sering mengalami kebanjiran akibat debit air yang berlebihan dari sungai Martapura Hulu.

Penyebabnya, sungai Martapura Hulu harus menampung debit air dari dua sungai. Yaitu, sungai Riam Kiwa dan Riam Kanan. Untuk mengurangi debit air dari kedua sungai ini, Syeikh Arsyad al-Banjari membuat sudetan sungai dari sungai Riam Kiwa ke sungai Martapura Ilir. Sehingga, debit air sungai Martapura Hulu berkurang. Sudetan sungai ini, kemudian diberi nama Sungai Tuan. Apakah sampai disini?

Revolusi agama dan pertanian pun dimulai. Syekh Mohammad Arsyad Albanjari membuat gerakan gerakan “ihya’ul mawat”, gerakan menghidupkan lahan-lahan yang non-produktif/ lahan terlantar.

Aliran Sungai Tuan didistribusikan ke lahan-lahan yang baru saja dibuka dan dihidupkan. Maka, tanah terlantar berubah menjadi persawahan dan perkebunan. Sejak itulah Kesultanan Banjar semakin kokoh menjadi pusat pangan. Bukankah ini seperti kisah kaum Saba di Al-Qur'an?

Tanah yang kosong, rendah dan digenangi air, dibuat sungai. Dengan galian sungai ini akhirnya tanah rendah itu dijadikan persawahan dan tanahnya cukup subur.

Jadi Syeikh Arsyad al-Banjari, bukan saja mumpuni dalam ke Islam dengan kitabnya yang luar biasa, Sabilal Muhtadin, menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara. Tetapi juga mahir sebagai ahli teknik dan arsitek ulung setelah sukses membuat aliran Sungai Tuan sebagai irigasi pertanian semasa itu.

Bagaimana sang Syeikh mampu membuat sudetan sungai yang tepat? Beliau sangat paham dengan ilmu falak, mengetahui kapan debit air maksimal (pasang) dan kapan air minimal (surut). Beliau menarik garis sejauh 8 kilometer dengan ilatungnya (tongkat) dari matahari terbit menuju matahari terbenam (timur ke barat).

Tidak hanya itu, beliau pun   sangat paham tentang ilmu hidrologi. Terbukti di kitabnya, Sabilal Muhtadin, banyak memuat ilmu ini. Sekarang, hidrologi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Bukankah Al-Qur'an selalu menjelaskan sungai yang airnya mengalir diantara kebun-kebun?

Mengapa di kitabnya banyak memuat ilmu hidrologi? Sebab, Kalimantan Selatan terdapat banyak sungai, namun hutan yang belum diberdayakan. Dengan ilmu ini, air sungai bisa dialirakan melalui irigasi untuk membentuk perkebunan dan pertanian. Syeikh Arsyad al-Banjari sudah mencontohkannya dengan membuat sudetan Sungai Tuan.

Bukankah program bebas banjir Jakarta menggunakan metode ini? Namun apa bedanya dengan Syeikh Arsyad al-Banjari? Air di sudetan digunakan untuk perkebunan dan pertanian, sedangkan di Jakarta hanya dibuang ke laut. Mana yang lebih produktif?

Strategi Imam Bonjol Memadukan Ninik-Mamak dan Tuanku Ulama di Minangkabau  Imam Bonjol wafat dalam pengasingannya di Manado. Bi...


Strategi Imam Bonjol Memadukan Ninik-Mamak dan Tuanku Ulama di Minangkabau 


Imam Bonjol wafat dalam pengasingannya di Manado. Bila sejarawan banyak membahas pertempurannya dengan penjajah Belanda, namun Buya Hamka, dalam bukunya Dari Perbendaharaan Lama, justru lebih banyak membahas bagaimana Imam Bonjol membangun peradaban Islam di Minangkabau.

Imam Bonjol mencimpungkan diri ke dalam perang Paderi, setelah sampai seruan Tuanku Nan Receh dari Kamang ke Bonjol. Tuanku Nan Receh menerima pula pelajaran pula dari tiga Tuanku yang pulang dari Mekah. Nampak sekali kesungguhan hati beliau, berusaha bagaimana supaya pokok ajaran itu dijalankan di Bonjol sendiri, tetapi tidak dengan kekerasan sebagaimana yang dilakukan di Kamang dan Agam.

Imam Bonjol mendirikan masjid yang besar, di samping itu disusun pula persatuan yang teguh di antara pemangku adat, ninik-mamak dengan tuanku-tuanku ulama. Dibentuk Raja Empat Sela, yang terdiri dari dua kalangan adat dan dua kalangan Syara. Agar berlaku pepatah adat, "Syara yang mengata, adat yang memakai."

Tujuannya, agar hukum dan ajaran agama berlaku di masyarakat. Berlakunya ajaran agama tidak mungkin lancar jika tidak terdapat kesatuan yang erat antara ulama dengan ninik-mamak.

Adat itu hendaknya diberi jiwa Tauhid yang murni. Kekuasaan yang dimiliki ninik-mamak adalah alat yang sebaik-baiknya untuk memperdalam pengaruh agama ke masyarakat. Sebab itulah, Datuk Bandaro adalah seorang ninik-mamak yang menjadi pengikut setia hingga wafatnya Tuanku Imam Bonjol.

Kekerasan yang dilakukan oleh Tuanku Nan Receh yang sampai membunuh saudaranya sendiri karena melanggar hukum, tidaklah disukai. Membunuh keturunan bangsawan, yang dilakukan Tuanku Lintau, tidak pula disetujui.

Bagi Imam Bonjol, yang terpenting memasukkan pelajaran agama sampai mendalam di hati orang-orang yang terkemuka. Yang beliau cari ialah pengaruh Ruhaniyah yang mendalam di kota Bonjol, sehingga masjid ramai dikunjungi dari seluruh pelosok Minangkabau dan Mandailing untuk belajar agama.

Hukum asli yang telah ada tidak beliau tinggalkan. Beliau mengedepankan mufakat dalam menyelesaikan persoalan yang timbul, seperti sebuah pepatah, "Kemenakan beraja kepada mama, mamak beraja kepada penghulu, penghulu beraja kepada kata mufakat." Kata mufakat inilah yang harus diisi dengan kehendak ajaran Islam.

Imam Bonjol tidak pernah meminta menjadi Yang Dipertuan Pagaruyung, sebab dia bukan berdarah raja. Ia juga tidak menjadi "diktator" ulama, yang menentukan halal, haram dan tidak boleh dibantah.

Beliau hanya supaya agama ini dirasakan, diresapkan ke dalam hati sanubari, dibuktikan dalam perbuatan, dan dijelmakan dalam susunan masyarakat. Beliau bersedia bersahabat dengan siapa saja, termasuk dengan kompeni Belanda, asal susunan masyarakat beragam itu tegak dan tidak diganggu.

Imam Bonjol sedikit tidak memiliki ambisi-ambisi politik. Oleh sebab itu sangatlah wajar bila seluruh penduduk Lembah Alahan Panjang, baik ninik-mamak dan tuanku ulama,  mengangkatnya sebagai imam atau kepala dari Raja Empat Sela.

Pada akhirnya, seluruh Tuanku dan ulama di Minangkabau, melihat   kebersihan hati Imam Bonjol sehingga  Imam Bonjol menjadi tempat untuk mengadu. Bahkan, Tuanku Nan Receh sendiri berulang datang ke Bonjol untuk meminta berkat pangestu beliau.

Sumber:
Buya Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, GIP

Islam, Agama Bagi Yang Sibuk Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw diperuntukkan bagi yang sibuk, ...

Islam, Agama Bagi Yang Sibuk

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw diperuntukkan bagi yang sibuk, bukan pemalas. Bukan yang berdiam diri. Sebab setelah shalat diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi. Berjalan ke masjid. Menunaikan haji dan umrah. Bersilaturahim dan berukhuwah.

Perintah berdakwah dan berhijrah. Perintah berzakat dan bersedekah. Mencari rezeki, menuntut ilmu, dan berjihad merupakan aktivitas yang penuh dengan gerak. Bukankah Allah menyebutkan diri-Nya selalu sibuk?

Tak ada yang diam. Gunung yang dikira diam, ternyata bergerak. Langit ternyata terus meluas. Lautan diciptakan Allah agar manusia mudah bergerak. Angin dan udara, agar burung dan pesawat bisa mengembara di angkasa.

Shalat bisa dilakukan di perjalanan, di atas hewan tunggangan dan kendaraan. Bisa sambil duduk selama perjalanan. Bisa diringkas dan digabung selama perjalanan. Bisa berwudhu dan menghilangkan hadas dengan batu, debu dan daun, bahkan dengan bersepatu sekalipun.

Berdzikir bisa sambil berdiri, duduk dan berbaring. Boleh tidak berpuasa bila dalam perjalanan. Sedekah dan berzakat bisa diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan.

Ada doa saat berangkat da pulang ke rumah. Doa bila melewati sebuah kampung. Doa di waktu jalan menanjak dan menurunkan. Doa saat melihat pemandangan dan peristiwa alam lainnya.

Dalam kesibukan bisa teguh beribadah. Dalam ibadah tidak menganggu kesibukan. Itulah sebabnya, mengapa yang menyebarkan agama Islam di Nusantara adalah para pedagang bukan ulama? Bergelut dengan kesibukan dunia ternyata tak menjadikannya berhaluan sekular. Karena Islam diturunkan bagi mereka yang sibuk untuk menjaga stamina kesibukannya.

Syeikh Yusuf Al-Makasari Role Model Afsel Melawan Genosida  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Basis keislaman masyarakat Banten dibentu...

Syeikh Yusuf Al-Makasari Role Model Afsel Melawan Genosida 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Basis keislaman masyarakat Banten dibentuk oleh Wali Songo angkatan pertama dari Palestina, yaitu Maulana Hasanuddin dan Aliyuddin yang ditugaskan ke Banten oleh Maulana Malik Ibrahim sebagai ketua Walisongo pertama, saat baru tiba di Nusantara. Dalam perkembangan, Banten berubah menjadi kesultanan Banten pada puncak kejayaannya dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa dengan penasihatnya Syekh Yusuf Al-Makasari. Mereka berjihad melawan Belanda hingga sang sultan tertangkap dan Syeikh Yusuf Al-Makasari dibuang ke Srilanka.

Pengasingan Syeikh Yusuf Al-Makasari di Srilangka tidak menyurutkan  perlawanan di Nusantara. Para jamaah haji Nusantara yang berlabuh dan singgah semantara waktu di Srilanka saat pergi dan pulang dalam menunaikan ibadah Haji, memanfaatkannya untuk belajar, mendengarkan wejangan, menulis dan menyebarkan risalah perjuangan Syeikh Yusuf Al-Makasari ke Nusantara. Nusantara terus bergolak. Belanda mengendusnya. Maka Syeikh Yusuf Al-Makasari diasingkan ke Tanjung Harapan atau Afrika Selatan saat ini.

Syeikh Yusuf Al-Makasari dijauhkan dari perlawanan terhadap penjajah di Nusantara oleh Belanda. Namun ilmu, nasihat, ajaran dan risalahnya tetap menjadi ruh perjuangan yang tak pernah berhenti. Di Afrika Selatan, Syeikh Yusuf Al-Makasari bergaul dengan para budak dan tawanan. Selama 5 tahun di Afrika Selatan, beliau mendidik mereka dengan keimanan kepada Allah. Dari sinilah lahir jiwa-jiwa merdeka yang hanya tunduk kepada sang Pencipta Alam Semesta. Jiwa yang melawan terhadap segala bentuk penindasan terhadap sesama manusia. Suasana kejiwaan ini terserap oleh Nelson Mandela, pejuang Apartheid, yang kelak menjadi Presiden Afrika Selatan.

Nelson Mandela mengalami apa yang dialami oleh Syeikh Yusuf Al-Makasari. Dipenjara dan diasingkan karena perjuangan melawan penjajah kulit putih. Kekuatan jiwa Nelson Mandela dalam berjuang terinspirasi dari Syeikh Yusuf Al-Makasari. Bahkan secara tegas Nelson Mandela menyatakan bahwa Syeikh Yusuf Al-Makasari menjadi role modelnya dalam melawan penjajah apartheid. Maka, dari pemerintah Afrika Selatan ia juga diberi gelar pahlawan pada 23 September 2005. “Salah Seorang Putra Afrika Terbaik” oleh mantan Presiden Nelson Mandela. Apakah perjuangan melawan penjajah apartheid hanya sampai terusirnya rezim kolonial apartheid dari Afrika Selatan? Jiwa-jiwa merdeka yang disentuh oleh Syeikh Yusuf Al-Makasari terus bergema di Afrika Selatan.

Afrika Selatan menyatakan sikapnya terhadap Palestina yang dijajah oleh Zionis Israel. Simpati Afrika Selatan terhadap perjuangan Palestina untuk negara merdeka sudah ada sejak mendiang ikon anti-apartheid Nelson Mandela. Pernyataannya yang terkenal pada tahun 1997, tiga tahun setelah ia menjadi presiden pertama yang terpilih secara demokratis di negara tersebut setelah berpuluh-puluh tahun berjuang melawan kekuasaan minoritas kulit putih: "Kami tahu betul bahwa kebebasan kami tidak lengkap tanpa kebebasan rakyat Palestina."

Bila Syeikh Yusuf Al-Makasari menjadi inspirasi perjuangan anti apartheid di Afrika Selatan. Maka Palestina menjadi Sahabat perjuangannya. Selama perjuangan melawan pemerintahan minoritas kulit putih, Kongres Rakyat Afrika (ANC) mengembangkan hubungaan dengan Yasser Arafat dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). PLO membantu dengan dukungan material dan moral dan memandang satu sama lain sebagai sesama gerakan pembebasan.

Beberapa bulan setelah mengundurkan diri sebagai presiden pada tahun 1999, Nelson Mandela mengunjungi pemimpin Palestina Yasser Arafat di Gaza. Arafat adalah salah satu pemimpin pertama yang ditemui Mandela setelah dibebaskan dari penjara pada 11 Februari 1990. Mendiang pemimpin PLO ini termasuk di antara sekelompok pemimpin negara tetangga Afrika Selatan yang membantu perjuangan melawan apartheid. Mandela bertemu Arafat  di Zambia hanya dua minggu setelah pembebasannya dari 27 tahun penjara.

Sekarang, setelah 7 Oktober 2023, saat dua puluh ribuan rakyat Palestina dibantai oleh penjajah Israel. Afrika Selatan merasakan yang pernah terjadi pada negri dan bangsanya. Afrika Selatan menarik duta besarnya dari pendudukan Israel dan menuntut Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bertindak tegas terhadap Tel Aviv. Presidennya memimpin demonstrasi atas praktek apartheid dan genosida oleh penjajah Israel. Tidak hanya itu, Afrika Selatan pun membawa penjajah Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag Belanda pada 29 Desember 2023 atas praktek genosidanya di Gaza yang melanggar Konvensi Genosida 1948.

Afrika Selatan ingin membuktikan bahwa penjajah ingin memusnahkan Palestina. Langkah ini semakin menambah tekanan dunia internasional terhadap penjajah Israel. Penguasa penjajah dan Amerika memandang serius langkah Afrika Selatan ini. Sebab, akan memojokkan penjajah Israel yang dahulunya dipersepsikan dari sebagai korban, menjadi pelaku nyata genosida. Begitu pun Amerika, akan menjadi negara adi daya yang mendukung penuh genosida dengan bantuan militer, dana dan diplomasinya.

Manajemen Berkebun, Belajar Dari Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati dan  Muria Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Perjalanan ziarah ke s...

Manajemen Berkebun, Belajar Dari Ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati dan  Muria

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Perjalanan ziarah ke sembilan Walisongo, terutama dari Sunan Gunung Jati dan Sunan Muria, memberikan banyak pelajaran tentang berkebun di sawah yang kering karena kemarau dan dataran tinggi yang cukup terjal. Tanah yang terjal antara 50-70 derajat ternyata dapat dimanfaatkan tanpa menimbulkan erosi dan kerusakan tanah.

Perjalanan melalui tol dari makam Sunan Gunung Jati menuju makam Syekh Jumadil Kubro di Semarang, telihat pemandangan unik di tanah sawah yang kering kerontang sepanjang tol. Beberapa sawah yang sebelumnya padi, namun menghadapi kemaru diubah menjadi tanaman pisang. Di saat tanaman lain mengering, pohon pisang masih terlihat hijau.

Walaupun musim kemarau cukup menghambat pertumbuhan buahnya, namun bila hujan sebentar saja, buah pisang akan cepat tumbuh. Di bawah pohon pisang terlihat sejumlah pohon lainnya yang terjaga dari sengatan sinar matahari karena tertutupi daun pisang. Setiap musim harus diantisipasi dengan menanam pohon tertentu agar tanah terus produktif.

Dari makam Syeikh Al Kubro, menuju Sunan Kudus lalu melanjutkan ke Sunan Muria. Udara yang sejuk dan dingin. Jalan yang mulai berkelok dan menanjak, mewarnai perjalanan ke makam Sunan Muria. Dari jendela bus, banyak perkarangan rumah yang ditumbuhi pohon Alpukat dan Petai. Semakin ke atas semakin banyak yang tumbuh.

Semakin ke atas, semakin banyak terlihat kebun milik warga yang cukup luas yang ditanami pohon Alpukat lalu petai. Ketika sampai di terminal bus, dilanjutkan perjalanan ke makam Sunan Muria dengan naik ojek yang medannya berkelok dan cukup terjal. Sang pengendara ojek melaju dengan kecepatan yang cukup  tinggi, yang membuat was-was bagi yang baru pertama kali ke lokasi makam Sunan Muria.

Di sepanjang jalur ojek yang terjal dan naik, di sepanjang perjalanan, dipenuhi pohon Alpukat yang cukup besar dengan buahnya yang cukup lebat. Dataran yang tinggi dan terjal, diolah tanahnya tanpa sedikitpun terlihat erosi oleh air. Konsep terasering yang mungil memanjang dan dibawah pohon Alpukat yang dipenuhi pohon kopi, membuat tanah dataran tinggi disekitar Sunan Muria terjaga sumber airnya dan terhindar erosi.

Perjalanan dari Sunan Gunung Jati ke Sunan Muria banyak memberikan pencerahan tentang konsep berkebun. Mengelola tanaman yang cocok di musim kemarau. Manajemen tanah dan tumbuhan di dataran tinggi yang terjal tanpa menimbulkan erosi dan tetap menjaga sumber air.

Mitos dan Legenda Dakwah Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Ada berita duka dari negri Andalusia pada 1492 Masehi bagi seluru...

Mitos dan Legenda Dakwah Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Ada berita duka dari negri Andalusia pada 1492 Masehi bagi seluruh Muslimin di dunia. Negri Islam yang dibebaskan pada 898 Masehi oleh Thariq bin Ziyad runtuh. Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabel dari Castila bersatu menghancurkan Andalusia. Kaum Muslimin dibantai terusir dari negrinya setelah 600 tahun berdiri kokoh. Namun ada berita yang lebih membahagiakan itu semua. Apakah itu?

Di Nusantara umumnya, khususnya di tanah Jawa, para Walisongo berhasil mengislamkan Jawa serta mendirikan Kesultanan Demak. Tidak itu saja, pengaruhnya hingga ke Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua. Bersama kesulitan ada kemudahan. Dalam berita buruk ada berita baik.

Menurut Ibnu Batutah, pengembara muslim,  kerajaan Pasai itu seperti negri Andalusia. Oleh sebab itulah pulau tempat berdirinya kesultanan Pasai diberi nama Andalas, sekarang disebut Sumatera. Andalusia dan Nusantara mana yang lebih berharga? Bukankah seluruh bangsa mencari bahan barang dagangan internasional dari Nusantara bukan Andalusia?

Menurut Sir Thomas Arnold dalam bukunya Preaching of Islam mengatakan bahwa hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia atau Spanyol, berganti dengan tersebarnya Islam dengan megah dan berkembang terus ke Indonesia, mulai dari Aceh lalu menjalar ke daerah yang lain. Peran para ulama dan saudagar. Untuk tanah Jawa adalah para Walisongo.

Dakwah Walisongo sangat berkesan,  mendalam dan sangat luas pengaruhnya. Tidak saja di ranah kekuasaan, tetapi juga pada setiap jiwa semua kalangan masyarakat hingga level terbawah. Diterima dengan kerelaan, kesadaran dan keyakinan yang mendalam. Apa buktinya? Mitos, dongeng dan legenda tentang Walisongo.

Mitos, legenda dan dongeng para Walisongo tidak lahir begitu saja, tetapi lahir dari kenyataan yang dilihat, pengalaman bersama mereka dalam kurun waktu yang panjang sejak kedatangannya tahun 1404 Masehi. Pesannya selalu didengar, dijaga dan dipatuhi. Kisah-kisahnya terus disambung dari satu generasi ke generasi lainnya.

Menurut Buya Hamka dalam bukunya Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, banyaknya variasi legenda tentang masuknya Islam di Indonesia membuktikan pengaruh pribadi, dengan bekerja sendiri, tidak dengan paksaan, tampak menjalar di seluruh Indonesia. Mereka ulama tapi pengaruh dan kemuliaannya melampaui para raja. Oleh sebab itu mereka digelari Sunan. Mereka diberi gelar bukan saat masih hidup, tetapi setelah wafatnya.

Aksi Bela Palestina di Monas, Ungkapan Perasaan Indonesia pada Dunia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menunggu Kereta Komuter Line di...

Aksi Bela Palestina di Monas, Ungkapan Perasaan Indonesia pada Dunia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Menunggu Kereta Komuter Line di sebuah Stasiun Kereta dari arah Bogor menuju Monas yang hari ini, 5 Nopember 2023, digelar Aksi Bela Palestina. Di dekat stasiun tersebut ada sebuah Mushalla yang sedang mengadakan pengajian rutin ibu-ibu. Dari suaranya terdengar suara yang sudah cukup sepuh dari sang ustadzah. Ada yang sangat menarik, saat pengajian tersebut akan dimulai. Yaitu, kepedulian terhadap Palestina.

Layaknya Majelis Taklim lainnya, sebelum dimulai pengajian, sang ustadzah mengirimkan doa dengan membaca surat Al-Fatihah untuk para guru, leluhur dan kerabat yang sudah wafat. Juga memohon dihindarkan dari segala bencana. Setelah itu, terdengar ajakan untuk mengirimkan doa untuk rakyat Palestina.

Dari kerasnya speaker, sang ustadzah berkata, "Mari ibu-ibu! kita mengirimkan surat Al-Fatihah untuk mereka yang terluka dan mendoakan mereka yang syahid. Semoga yang terluka segera disembuhkan oleh Allah." Ini sebuah fenomena yang luar biasa. Kesadaran akan Palestina telah membumi, tak hanya dikalangan tertentu dan terbatas saja.

Sabtu 4 Nopember 2023, dikaki Gunung Halimun Sukabumi, seorang ibu pun membicarakan perihal penderitaan ibu dan anak Palestina yang dibombardir dengan kejam oleh penjajah Israel. Artinya, kesadaran Palestina sudah menembus ke pedesaan. Kota dan desa, telah terbangun kesadaran ini. Setelah kesadaran, apa tingkat selanjutnya? Keberpihakan.

Setiap peringatan Isra Miraj, yang dibahas tidak sekedar sejarah shalat dan kisah perjalanan Rasulullah saw saja, tetapi tentang kondisi bahwa Masjidil Aqsha sedang dijajah oleh Israel. Kesadaran ini terus dibumikan setiap tahunnya. Tema Isra Miraj telah diupgrade dari ritual ibadah ke ruh perjuangan.

Penjajah Israel, Barat dan  Amerika, mencoba menghapus Palestina. Namun kesadaran sejarah tentang Palestina terus membumi dan membahana. Keberpihakan terus dipompa. Inilah awal gerakan perjuangan dan pengorbanan. Bila seperti ini, bisakah Palestina dihilangkan? Bukankah cara menghilangkan sesuatu dimulai dari menghilangkan kesadaran  akan sejarahnya dulu?

Tiba di Monas, massa Aksi Palestina membludak. Area Monas tak bisa dimasuki lagi oleh Massa. Para Menteri, terutama Mentri Luar Negri hadir. Ketua DPR, jajaran MPR dan DPD hadir. Jajaran Eksekutif dan Legislatif hadir bersama. Mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla juga hadir. Ini Aksi Bela Palestina yang luar biasa dari sudut gaung diplomasi internasional. Inilah Aksi Bela Palestina  yang seluruh komponen bangsa bergerak bersama. Ini mewakili perasaan Indonesia di mata dunia.

Tasawuf Al-Ghazali Inspirasi Strategi Dakwah Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menurut Buya Hamka, ulama penyiar Islam yang ...

Tasawuf Al-Ghazali Inspirasi Strategi Dakwah Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menurut Buya Hamka, ulama penyiar Islam yang datang ke tanah Jawa, yang dikenal dengan Walisongo, sebagian besarnya merupakan guru-guru Tasawuf, yang disesuaikan dengan kondisi sosial dan politiknya. Ini teridentifikasi dari panggilannya yaitu Sunan.

Tasawuf yang masuk ke Indonesia, menurut Buya Hamka, sejalan dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Khususnya Mazhab Syafii. Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia, pengaruh al-Ghazali-asy-Syafii lebih besar daripada pengaruh al-Hallaj. Lalu, bagaimana dengan tasawufnya Walisongo?

Bila merujuk pada kitab-kitab yang ditulis oleh para Walisongo yaitu Primbon Bonang (Het Boek Van Bonang) karya Sunan Bonang dan Kropak Jawa (Kropak Ferrara) karya Maulana Malik Ibrahim, terlihat jelas bahwa rujukan utama kedua kitab tersebut adalah Ihya  Ulumuddin dan Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali. Juga, Quth Qulub karya Abu Thalib al-Makki yang merupakan guru dari imam Al-Ghazali juga.

Kropak Ferrara karya Maulana Malik Ibrahim, memuat naskah yang judulnya sama dengan risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan. Isinya berupa marifat, hakikat manusia, Tuhan, Surga, etika kehidupan dan beragama.

Mengapa rujukan Walisongo cendrung pada tasawufnya Imam Al-Ghazali? Menurut Azyumardi Azra, Imam Al-Ghazali mampu membuat rekonsiliasi hingga memadukan ahl al-syariah (fukaha) dan ahl al-haqiqah (sufi) sekaligus. Menurut Buya Hamka, tasawufnya Al-Ghazali memadukan rasa keindahan dan cinta dengan bimbingan syariat Nabi Muhammad yang tidak boleh berubah-ubah.

Tasawuf Al-Ghazali telah menimbulkan seni yang hidup dalam Islam. Karena seni adalah tiruan dari keindahan, dan sumber keindahan adalah Allah yang terlihat jejak-jejaknya di alam semesta ini. Keindahan ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bermarifat kepada Allah.

Tasawuf Al-Ghazali memberikan inspirasi luas biasa bagi strategi dakwah Walisongo. Ini tercermin dari sikap Sunan Ampel, Ketua Walisongo, yang mengutamakan senjata bathin yang lebih tajam daripada kekerasan senjata. Saat Sunan Ampel akan wafat seluruh Walisongo dinasehati agar dakwah Walisongo dilakukan dengan sabar, jangan ada paksaan dan jangan ada pertumpahan darah. Oleh sebab itulah, jalur dakwah Walisongo lebih banyak melalui jalur kultural, sedangkan  jalur senjata hanya ditujukan kepada para penjajah saja.

Sumber:
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Buya Hamka, Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf, Penerbit Republika
Rachmad Abdullah, Kerajaan Islam Demak, Wafi Publishing
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad ke 17 dan 18, Kencana 

Jalinan Keturunan dan Kekerabatan Walisongo dengan Para Raja di Tanah Jawa  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Para Walisongo dipanggil...

Jalinan Keturunan dan Kekerabatan Walisongo dengan Para Raja di Tanah Jawa 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Para Walisongo dipanggil dengan sebutan Sunan. Menurut Buya Hamka, Sunan berasal dari kata sesuhunan, artinya yang disuhun atau dimohon. Sebutan ini bersifat kompromistis untuk memuliakan ulama sesuai dengan kemuliaan raja. Ada yang mengartikan, Sunan berarti susuhunan atau sinuhun yang biasanya dinisbatkan kepada raja atau penguasa daerah di Jawa. Siapakah sebenarnya Walisongo itu?

Walisongo pada awalnya merupakan ulama utusan khalifah Muhammad I Turki Utsmani yang berasal dari luar Jawa. Namum generasi Walisongo berikutnya sudah bercampur dengan keturunan atau memiliki hubungan dengan raja-raja yang ada di Jawa. Bisa jadi atas dasar inilah mereka disejajarkan dengan raja atau sunan walapun mereka ulama. Mari kita runut nasab para Walisongo yang memiliki keterkaitan atau keturunan dengan para raja.

Ibunya Sunan Ampel bernama Dewi Condrowulan yang merupakan putri dari raja Campa. Ayahnya seorang ulama yang bernama Ibrahim Asmarakandi. Sedang kakak ibunya yang perempuan menikah dengan Prabu Brawijaya V, raja Majapahit. Maka, Sunan Ampel adalah keturunan raja Campa dari jalur ibu dan memiliki hubungan kekerabatan dengan raja Majapahit dari kakak perempuan ibunya.

Sunan Ampel menikah dengan putri dari Bupati Tuban yang memeluk Islam yang bernama Nyi Ageng Manila. Dari pernikahan ini lahirlah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Mengingat Sunan Ampel merupakan keturunan raja Campa dan memiliki kekerabatan dengan raja Majapahit, maka anaknya pun secara otomatis memiliki darah raja pula.

Ibunya Sunan Giri merupakan putri dari raja Blambangan yang disembuhkan penyakitnya oleh Maulana Ishaq yang merupakan generasi pertama Walisongo. Raja Blambangan berjanji memeluk Islam, namun tidak ditepati. Lalu, mengusir Maulana Ishaq dari istana Blambangan. Sunan Giri memiliki garis keturunan raja dari jalur Ibunya.

Berdasarkan Carita Purwaka Caruban Nagari 1720 M, ibunya Sunan Gunung Jati yang bernama Nyai Rara Santang merupakan putri dari Prabu Siliwangi yang merupakan raja Padjadjaran. Sedangkan ayahnya merupakan Sultan Mahmud yang merupakan keturunan Bani Ismail yang merupakan penguasa kota Islamiyah di Mesir. Berarti, Sunan Gunung Jati, baik dari jalur Ibu maupun bapak merupakan keturunan para raja.

Raden Fattah atau Sunan Fattah merupakan anak langsung dari Raja Majapahit yang bergelar Brawijaya V yang kemudian diangkat menjadi Sultan di Kesultanan Demak. Bila dirunut dari garis keturunan dan kekerabatan, maka Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa sebagian besar merupakan keturunan atau memiliki kekerabatan dengan raja Majapahit dan Padjadjaran. Oleh sebab itu, penyebutan Sunan bukan saja karena mereka menjadi penguasa di daerah tertentu tetapi juga memiliki hubungan spesial dengan para raja di tanah Jawa.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Pustaka Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Interaksi Walisongo dengan Majapahit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat...

Interaksi Walisongo dengan Majapahit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat serangan Demak pada 1478 M. Sunan Fatah membanjiri halaman Kraton Majapahit dengan laskar Demak. Cahaya kilatan pedang mereka mengalahkan sinar matahari. Prabu Majapahit pun terbang ke langit lalu mengutuk putranya, Sunan Fatah, yang tidak menghormati orang tuanya. Benarkah seperti itu?

Demak tidak pernah meruntuhkan Majapahit. Yang meruntuhkan Majapahit adalah Prabhu Girindro Wardhono dari daerah Kalinga, Jenggala dan Kediri yang terletak Jawa Timur yang memberontak terhadap raja Brawijaya V. Setelah Majapahit runtuh,  ia menggelari dirinya Raja Brawijaya VI. Namun pada 1498 M,  dia diserang oleh Prabhu Udhoro hingga tewas. Maka Majapahit pun dikuasai Prabhu Udhoro dengan gelar Brawijaya VII.

Sunan Fattah memang pernah menyerbu Kraton Majapahit, namun tujuannya untuk merebut kembali tahta ayahnya, Brawijaya V, dari tangan Prabhu Udhoro. Di samping itu pula, pada 1512 M, Prabhu Udhoro telah mengirimkan utusan ke Portugis di Malaka, bertemu dengan Alfonso d'Albuquerque untuk menghancurkan kekuatan Islam di tanah Jawa dengan meruntuhkan kesultanan Demak.

Pada 1518 M, Prabhu Udhoro berhasil dikalahkan. Sunan Fattah memimpin langsung peperangan ini bersama Sunan Kudus. Serangan darat melalui Madiun lalu ke Kediri. Serangan laut dipimpin oleh Adipati Yunus melalui Sedayu. Dengan kemenangan ini, kedaulatan Demak diakui hampir di seluruh tanah Jawa. Pamor Majapahit pun telah berpindah ke Demak.

Sebelum kehancuran Majapahit, awal kedatangan Walisongo ke tanah Jawa, Sunan Ampel dan Maulana Ishaq pernah mengunjungi Kraton Majapahit bertemu baginda raja. Maksudnya, menjelaskan cita-cita dan maksud ajaran Islam. Penjelasannya diterima baik oleh baginda dan mempersilahkan menyebarkannya  ke rakyat Majapahit asalkan dengan suka relanya sendiri, tidak dengan paksaan.  Baginda tidak akan menghalangi perkembangan Islam dan justru menganjurkan tetap melanjutkan cita-citanya menyiarkan agama Islam dengan berpusat di Ampel.

Sunan Ampel menikahkan putrinya dengan Sunan Fattah, yang juga muridnya. Dibukalah daerah yang bernama Bintara (Demak). Para Walisongo bermusyawarah untuk mendirikan masjid besar di daerah tersebut sebagai pusat dari masjid yang sudah ada di Kudus, Ngampel, Giri dan lainnya. Berita ini sampai ke Majapahit. Majapahit pun mengundang Sunan Fattah ke Kraton Majapahit untuk bertemu ayahnya.

Tiba di Majapahit, Sunan Fattah diberi gelar Pangeran Adipati oleh ayahnya, raja Brawijaya V. Sekembalinya dari Majapahit, Sunan Fattah segera mendirikan masjid besar di Demak dengan tonggaknya sembilan buah sebagai lambang dari Walisongo yang telah memelopori Islam di Tanah Jawa. Sejak itu daerah Bintara berubah namanya menjadi Demak. Interaksi antara Walisongo dengan Majapahit penuh kelembutan dan toleransi sehingga tidak ada benturan dan gesekan.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah umat Islam di Jawa b...

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah umat Islam di Jawa baru ada setelah kedatangan Walisongo pada 1404 M? Menurut Buya Hamka, yang tercatat dalam sejarah dari tulisan pengembaraan Cina pada sekitar tahun 674-675 M, telah menginjakkan kaki utusan khalifah Muawiyah Bin Abu Sofyan di tanah Jawa untuk bertemu dengan Ratu Simo dari kerajaan Kalingga yang masih beragam Hindu.

Perkampungan muslim sudah ada di Pesisir Utara Jawa di era Kerajaan Jenggala, Daha  dan Singasari. Buktinya pada tahun 1101 M ditemukannya batu nisan dari perkuburan muslimin, atau 300 tahun sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim yang merupakan Walisongo pertama di Jawa pada 1404 M. Bahkan, Buya Hamka meyakini 500 tahun sebelum kedatangan para Walisongo kaum Muslimin sudah ada di tanah Jawa.

Di era kerajaan Pajajaran, Haji Purwa yang merupakan kakak kandung Prabu Mundingsari, menjadi orang yang pertama kali pergi haji dari tataran tanah Sunda. Dia berusaha berdakwah di istana Pajajaran pada 1337 M walapun belum berhasil.

Pendirian kerajaan Majapahit salah satunya hasil jerih payah kaum muslimin dari tentara Mongol muslim yang tidak pulang ke Tiongkok pada 1293 M. Mereka berkolaborasi dengan dengan Raden Wijaya membangun Majapahit. Oleh sebab itu saat Laksamana Ceng Ho ke Jawa pada 1406 M, di Majapahit telah ada masyarakat bercorak Islam   hingga di sekitar Istana Majapahit.

Informasi tanah Jawa, tentang kondisi Majapahit bercorak Hindu,  yang diselimuti perang Paregreg (1404-1406 M) akibat kemelut internal telah sampai ke Khalifah Muhammad I Kekhalifahan Turki Utsmani melalui pedagang muslim. Maka, khalifah pun mengutus duta dakwah sebanyak 9 ulama dari berbagai negri untuk berlayar dari Turki ke Jawa. Untuk apakah?

Menurut Buya Hamka, Muawiyah Bin Abu Sofyan sudah memperhitungkan bahwa islamisasi tanah Jawa belum bisa dilakukan di eranya karena sangat kuatnya kekuasaan kerajaan Hindu. Ternyata hal ini dipahami juga oleh Khalifah Muhammad I di era Turki Utsmani. Maka, setelah masyarakat muslim berkembang  dan kerajaan Hindu memasuki era kemunduran di tanah Jawa, barulah dakwah di tanah Jawa dilakukan secara serius, sistematis dan terorganisir dengan didatangkannya Walisongo sebagai utusannya.

Setibanya di tanah Jawa, generasi pertama Walisongo disebar ke Jawa Barat yaitu Maulana Malik Israil, Muhammad Ali Akbar, Hasanudin dan Aliyudin. Ke Jawa Tengah, Syeikh Subakir dan Maulana Muhammad al-Maghribi. Ke Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq dan Ahmad Jumadil Kubra. Mereka berdakwah hingga lahir generasi Walisongo berikutnya yang mendirikan Kesultanan Demak, Giri, Cirebon dan Banten.

Sumber:
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ...

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ke makam-makamnya saja, sangat jarang yang berinteraksi dengan karya mereka yang memuat ajarannya. Ada dua teks yang menjadi sumber rujukan Walisongo yaitu Teks Wejangan Sunan Bonang (Het Boek Van Bonang)  yang menjadi bahan tesis Dr. Schrieke dan Kropak Ferrara yang menjadi tesis GJW Drewes.

Banyak sumber rujukan tentang Walisongo berupa babad, serat, suluk dan sejenisnya, hanya saja ditulis atas perintah para penguasa di masa jauh setelahnya, yang berpeluang digunakan untuk kepentingan politik tertentu. Dilihat dari sisi tersebut, Het Boek Van Bonang dan Kroprak Ferrara menjadi bahan otentik tentang ajaran Walisongo.

Het Boek Van Bonang sebuah tulisan pada daun lontar yang ditulis oleh Sunan Bonang, diyakini  dapat yang mewakili ajaran Walisongo, sebab  dia putra sekaligus murid Sunan Ampel. Berguru juga dengan angkatan pertama Walisongo yaitu Maulana ishaq, berteman dengan Sunan Giri, Raden Fattah, Sunan Gunung Jati, dan gurunya Sunan Kalijaga.

Het Boek Van Bonang sering disebut juga sebagai Primbon Bonang yang berisi ajaran tasawuf yang mendalam yang referensinya yang salah satunya berasal dari Ihya Ulumuddin dari Imam Al-Ghazali, Qut al-Qulub dari Abu Thalib al-Makki, Talkhis al-Minhaj dari Imam Nawawi. Sedangkan tokoh yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu Arabi, Syeikh Abdul Qadir Jailani.

Menurut Poerbatjaraka dalam Majalah Djawa vol XVIII 1938, menyebutkan bahwa selain Primbon Bonang, Suluk Wujil diyakini ditulis oleh Sunan Bonang yang memuat pengetahuan tasawuf yang lebih dalam dan rahasia lagi yang membahas hakikat Ketuhanan.

Kropak Jawa atau Kropak Ferrara berisi ajaran Islam yang diajarkan kepada penduduk Jawa yang tersimpan selama tiga abad di perpustakaan Marquis Cristino, Ferrara, Italia. Isinya tentang dasar fikih, tasawuf, dan ilmu kalam, serta etika bersifat praktis. Naskah itu dibawa para pelaut Belanda dari pelabuhan Sedayu dekat Tuban menuju Eropa pada 1585.

Drewes menisbahkan Kropak Ferrara  sebagai ajaran Maulana Malik Ibrahim (w. 1414). Judul risalah yang dimuat dalam naskah ini sama dengan judul risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al-Wafi Publishing
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Pustaka Iman
https://historia.id/amp/agama/articles/naskah-ajaran-islam-awal-di-jawa-DL3w6

Jalan Ruhani Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh ...

Jalan Ruhani Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh jalan ruhani adalah gemar berpuasa, bangun tengah malam dan menyendiri untuk tafakur, tadabur, dan muhasabah. Dengan berpuasa, akal akan bercahaya. Dengan bangun malam, hati akan bercahaya. Dengan menyendiri, tak terpedaya dengan fitnah dunia. Orientasi dunia sangat mudah dienyahkan.

Akal menjadi sempurna bila tidak disetir dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Pertimbangan dan keputusan menjadi rusak bila orientasinya hawa nafsu. Strategi dan implementasi menyimpang karena dorongan hawa nafsu. Bila akal rusak maka buah pikiran pun akan rusak pula.

Cara mendidik hawa nafsu hanya dengan memisahkannya dari apa yang digandrunginya. Mengambil kebutuhan dan membuang keinginan dan gaya hidup. Yang melampaui batas akan menyuburkan dan memperkokoh hawa nafsu. Bagaimana mengetahui batasnya? Ikutilah syariat-Nya.

Menyinari hati dengan bangun di sepertiga akhir malam. Saat Allah turun ke langit dunia untuk menebarkan ampunan dan rahmat-Nya. Bukankah yang bisa membolak balikan hati hanya Allah? Bukankah yang bisa membimbing  hati hanya Allah? Dengan cahaya hati dari Allah, hawa nafsu diberi rahmat-Nya sehingga tidak melampui batas dan menyimpang. Hawa nafsu menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan.

Menyendiri berarti menghalau kepungan fitnah dunia. Mengurangi ketertarikan akal dan hati dengan gemerlapnya dunia. Mengurangi interaksi panca indera dengan sentuhan dunia. Terjun ke dunia hanya untuk mengemban amanah kekhalifahan saja bukan bersenda gurau dengan dunia.

Para Walisongo terjun mengarungi dan bergelut dengan dunia untuk membangun kesultanan Demak, Cirebon, Banten, Gresik, Kalimantan dan kesultanan lain di Indonesia Timur. Memerangi Portugis di Malaka dan Sunda Kelapa yang akan menjajah Nusantara. Serta menanam jiwa merdeka yang hanya tunduk kepada Allah sebagai modal perlawanan terhadap para penjajah di kemudian hari.

Para Walisongo bergelut dengan kehidupan untuk membangun pertanian, perdagangan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kebudayaan,  kesustraan dan keprajuritan. Semuanya diawali dari penempaan diri untuk menjalani jalan para ruhani.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al Wafi Publishing 

Gerakan Rahasia Syeikh Yusuf Al Makassar Untuk Perlawanan Terhadap Belanda dari Pengasingannya di Srilanka Oleh: Nasrulloh Bakso...

Gerakan Rahasia Syeikh Yusuf Al Makassar Untuk Perlawanan Terhadap Belanda dari Pengasingannya di Srilanka

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Syeikh Yusuf Al Makassar berjuang melawan Belanda bersama Sultan Ageng Tritayasa dan Pangeran Purbaya. Sultan Ageng Tritayasa tertangkap lalu ditahan di benteng Batavia. Menyusul Syeikh Yusuf pun tertangkap. Menurut Buya Hamka, tertangkapnya Syeikh Yusuf terdengar oleh Sultan India, Aurangzib. Apa reaksinya?

Awalnya dihadapkan di depan pengadilan, akan dihukum mati dengan alasan penghasut perang. Namun, Sultan India meminta melalui  perwakilan Belanda di India agar hukuman matinya ditinjau ulang karena sang Syeikh merupakan ulama yang dihormati di negri India. Pengembaraan Syeikh Yusuf ke Timur Tengah hingga ke Turki membuat jaringan diplomatiknya sangat luas. Akhirnya, Syeikh Yusuf diasingkan di Srilanka.

Menurut Azyumardi Azra, berita penahanan Syeikh Yusuf menyebar di Batavia dan dielu-elukan sebagai pahlawan besar dalam perjuangan melawan Belanda, bahkan kunyahan sirihnya dipungut para pengikutnya ketika meludah dan disimpannya sebagai peninggalan keramat. Belanda khawatir ada gerakan besar untuk membebaskannya, maka untuk menghindari ini semua Syeikh Yusuf diasingkan di Srilanka. Bagaimana kiprah Syeikh Yusuf dipengasingan?

Di Kesultanan Banten, Syeikh Yusuf sibuk ketatanegaraan dan jihad. Di Srilanka, dia sibuk dengan  keilmuannya. Ulama India dan jamaah haji Nusantara  belajar, meminta dituliskan kitab hingga mengangkatnya sebagai mursyid thariqah. Syeikh Yusuf pernah belajar dan mengajar di Aceh, Makassar dan Banten. Jaringannya di Nusantara sangat luas. Dia mengirimkan juga risalahnya untuk muridnya melalui jamaah haji Nusantara. Para muridnya juga menyalin memperbanyak risalahnya lalu menyebarkannya.

Kondisi perlawanan terhadap Belanda pasca penangkapan Syeikh Yusuf tidak pernah berhenti. Menurut Hamka, di tahun 1686 M, Sultan Iskandar yang Dipertuan Minangkabau menjalin kontak rahasia dengan Sultan Aceh, Sultan Mataram, Sultan di Kalimantan dan Andalas Timur agar berserikat melawan Belanda untuk meninggikan harga diri umat Islam. Terpikirlah oleh Belanda bahwa salah satu sumber penting semua pergolakan melawan Belanda tidak ada di Nusantara tetapi di Srilanka.

Menurut Azyumardi Azra, hubungan Syeikh Yusuf  yang luas dan intens melalui jamaah haji Nusantara, dicurigai Belanda akan membentuk jaringan yang lebih luas lagi hingga terdiri atas berbagai penguasa Muslim di Nusantara, yang akan melakukan peperangan serentak dan dalam skala besar terhadap Belanda. Kekhawatiran akan reaksi politis dan religius hubungan Syeikh Yusuf dengan orang-orang senegrinya, membuat Belanda membuat langkah strategis baru pada 1693 M.

Syeikh Yusuf Al Makassar dengan tulisan risalahnya dan genggaman tasbih di tangannya, tersimpan kekuatan yang lebih tajam dari pedang. Tidak ada jalan lain kecuali disingkirkan lebih jauh lagi ke tempat yang tidak didatangi oleh para jamaah haji yaitu Tanjung Harapan di Afrika Selatan.


Sumber:
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad ke 17 dan 18, Kencana
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, GIP
Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP

Upaya Mengobarkan Perang Jawa Dari Kota Suci Mekah Oleh: Nasrulloh Baksolahar 13 Februari 1755 tanah Jawa berduka. Inilah hari d...

Upaya Mengobarkan Perang Jawa Dari Kota Suci Mekah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


13 Februari 1755 tanah Jawa berduka. Inilah hari ditandatanganinya perjanjian Giyanti yang membagi Kesultanan Mataram menjadi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti sebuah tanda mulai meredupnya kobaran jihad melawan VOC Belanda. Padahal sebelumnya, leluhurnya Sultan Agung pendiri Mataram, memimpin pertempuran yang gigih melawan Belanda hingga mengirimkan pasukan ke Batavia.

Di Mekah, Abdul Shamad al-Palimbani, ulama Nusantara yang menetap di Mekah terus memantau perkembangan Nusantara dari temannya sesama ulama yang hidup di Nusantara  seperti Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis,  Abdurrahman al-Batawi dan dari jamaah haji Nusantara.  Kondisi Jawa dengan perjanjian Giyanti membuatnya prihatin. Apa yang dilakukannya?

Syeikh Abdul Shamad al-Palimbani belajar dari pendahulunya, Syeikh Yusuf Al Makassari yang terus menggelorakan jihad dari negri pengasingan Srilanka, yang ditangkap Belanda di era Kesultanan Banten karena berjuang bersama Sultan Ageng Tritayasa. Dari Srilanka, Syeikh Yusuf Al Makassar mengirimkan risalah perjuangan melalui murid-muridnya dan jamaah haji yang berisirahat di Srilanka ke seluruh kaum Muslimin di Nusantara untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Langkah ini diikuti oleh Syeikh Palimbani.

Yang dilakukan oleh Syeikh Palimbani untuk menggelorakan jihad melawan penjajahan di Nusantara dengan menulis kitab Fadhail Al-Jihad. Sedangkan yang khusus untuk mengobarkan jihad di tanah Jawa dengan mengirimkan surat khusus untuk para pangeran Mataram, panji-panji yang berbunyi "Al-Rahman Al-Rahim, Muhammad Rasul Allah Abd Allah" dan sejumlah kecil air Zamzam.

Menurut Prof Dr Azyumardi Azra, surat Syeikh Palimbani berisi desakan kepada penguasa dan pangeran Jawa untuk melakukan perang suci melawan orang kafir. Menurut Ricklefs, surat-surat Syeikh Palimbani merupakan bukti pertama adanya usaha dari Dunia Islam Internasional untuk mengobarkan perang suci di Jawa pada paruh kedua abad ke-18.

Tiga surat Syeikh Palimbani akhirnya dapat disita oleh Belanda. Surat pertama dan kedua ditujukan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono 1. Surat ketiga ditujukan kepada Pangeran Mangkunegara. Surat-surat ini, menurut Ricklefs, diyakini menguatkan kembali perlawanan kuat pribumi terhadap Belanda.

Surat-surat Syeikh Palimbani yang disita langsung dihancurkan atas perintah Belanda sebelum diterima oleh Sultan Hamengkubuwono 1 dan Pangeran Mangkunegara. Namun isi pesannya tetap tersampaikan kepada mereka melalui lisan pembawa surat yang merupakan ulama utusan Syeikh Palimbani. Perang Jawa memang tidak terjadi saat itu juga, namun bara apinya tetap hidup hingga kehadiran Pangeran Diponegoro yang merupakan anak dari Sri Sultan Hamengkubuwono III.

Sumber:
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad 17-18, Kencana
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, GIP
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti
https://www.republika.id/posts/43403/biografi-syekh-abdus-samad-al-palimbani

Islam Di Jawa Sebelum Majapahit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa Islam masuk ke tanah Jawa ...

Islam Di Jawa Sebelum Majapahit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa Islam masuk ke tanah Jawa di era keruntuhan Majapahit. Padahal sebelum Majapahit (1294 M), 19 tahun lamanya kerajaan Islam Pasai sudah berdiri (1275 M). Sebelum Majapahit, Maharaja Sriwijaya sudah menjalin diplomasi dengan Kekhalifahan Bani Ummayah dan telah banyak bermunculan pemukiman muslim di pesisir Sumatera. Apakah kondisi tersebut tidak mempengaruhi kondisi masyarakat tanah Jawa? Bukankah pendirian beberapa kerajaan di Jawa awalnya kepanjangan tangan dari Sriwijaya?

Menurut Buya Hamka, jauh sebelum Majapahit, di tataran Sunda, sudah ada keturunan raja dari kerajaan Galuh menunaikan haji ke Makkah (1195M). Pengelanaan hidupnya sebagai saudagar menyebabkan dia bertemu dengan para saudagar muslim. Ketertarikan dengan konsep bisnis dan karakter pedagang muslim yang menyebabkan dia memeluk Islam. Julukan putra Mahkota ini adalah Haji Purwa. Dia pun berdakwah ke kalangan bangsawan Galuh walapun belum berhasil.

Di Leran Gresik ditemukan makam yang bernama Fatimah binti Maimun, yang merupakan putri dari Dinasti Hibatullah  di Leran yang dibangun pada abad ke 10-M, yang meninggal pada tahun 1082 M. Ini menjadi bukti sebelum berdirinya Majapahit telah ada masyarakat Muslim di pantai utara Jawa.

Peneliti Donald Maclaine Campble dalam bukunya Yava mengatakan orang Arab telah bermukim di pantai Gresik dan Madura di era kerajaan Janggala, Daha dan Singasari. Ketiga kerajaan ini berdiri sebelum Majapahit. Peran masyarakat muslim saat itu membuat pangkalan untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak dan tempat memuat bahan makanan untuk kapal yang akan berlayar. Mereka diyakini mengambil bagian dalam mendirikan Majapahit.

Pada tahun 674 M, ratusan tahun sebelum Majapahit berdiri, utusan Khalifah Muawiyah Bin Abu Sofyan sudah menginjakkan kaki ke Jawa Timur di Kerajaan Kalingga. Ini menandakan bahwa sejak abad pertama Hijriyah pulau Jawa sudah bersentuhan dengan Islam.

Ingatkan tentang serangan Kubilai Khan (1294 M) ke Singasari? Dia memang tidak beragama Islam tetapi menaruh perhatian yang besar kepada Islam. Dimana petinggi kerajaannya banyak beragama Islam. Dalam buku Orang Tionghoa dan Islam di Majapahit, saat pasukan Mongol membantu Raden Wijaya menghancurkan Jayakatwang yang telah meruntuhkan Singosari, banyak pasukan Mongol yang muslim yang tidak kembali ke Cina.

Orang Muslim Mongol yang tidak pulang ke Cina mengabdikan dirinya untuk Majapahit dengan menularkan teknologi pembuatan peralatan rumah tangga, pembuatan senjata hingga teknologi pembuatan kapal. Oleh karena Buya Hamka menyebutkan bahwa kaum muslimin ikut andil dalam pendirian Majapahit.

Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Pustaka Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, KPG
Andrian Perkasa, Orang Tionghoa dan Islam di Majapahit, Ombak

Tulisan Arab Mendominasi Naskah Nusantara Sejak Abad 14 Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bahasa Melayu dengan tulisan Arab, tulisan Ja...

Tulisan Arab Mendominasi Naskah Nusantara Sejak Abad 14

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bahasa Melayu dengan tulisan Arab, tulisan Jawi, mulai mendominasi di Nusantara sejak abad ke-14 di era Samudera Pasai. Di tanah Jawa dan Sunda pun mulai muncul bahasa Jawa dan Sunda yang ditulis dengan tulisan Arab yang disebut dengan Pegon. Untuk apa saja tulisan Arab digunakan?

Arkeolog Uka Tjandrasasmita menyebutkan peran tulisan Arab dengan bahasa Melayu, Jawa dan Sunda untuk menulis kitab keagamaan yang isinya fikih, syariat, tasawuf atau suluk, teologi, tafsir, ilmu falak dan ragam keilmuan lainnya. Bagi para raja, tulisan Arab menjadi sarana korespondensi dan perjanjian-perjanjian antara kerajaan Islam dengan asing.

Surat Sultan Aceh, Sultan Alaudin Riayat Syah, pada 1602 M  kepada Harry Middleton. Surat Sultan Iskandar Muda pada 1615 M kepada Raja James 1. Surat Sultan Ternate pada 1514 dan 1514 kepada Raja Portugal menggunakan surat bertuliskan Arab. Bahkan perjanjian para Sultan di Nusantara dengan VOC Belanda di tulisan dengan tulisan Arab.

Tulisan Arab digunakan juga untuk menulis yang berkaitan dengan karya sastra seperti Babad, Hikayat, Syair, Suluk, dan sastra yang berbentuk kitab. Mulai abad ke-14 di Nusantara segala hal dalam penyampaian perasaan dan buah pikiran dengan tulisan menggunakan tulisan Arab.

Perpustakaan Nasional di Jakarta pada 1972 mencoba membuat Katalog Naskah Melayu Museum Pusat, hasilnya ada 953 nomor.  Bila menyebutkan naskah Melayu berarti bertuliskan Arab. Dalam Catalogus des Catalogus de Manuscripts Malais memperkirakan jumlah naskah Melayu di perpustakaan di dunia lebih kurang 4.000 buah naskah. Jumlah naskah ini belum menghitung yang ada di masyarakat yang masih sangat banyak jumlahnya.

Para ahli mengungkapkan bahwa naskah yang bertuliskan Arab tersebar di seluruh Nusantara  dari Aceh hingga bagian Timur Nusantara seperti Bima dan Ternate. Tulisan yang dahulunya berbentuk Palawa dan Sangsakerta, di era Hindu-Budha, tiba-tiba tertelan bumi digantikan dengan tulisan Arab.

Banyak Naskah Nusantara yang bertuliskan Arab yang disimpan diberbagai perpustakaan di dunia dan menjadikan tulisan Arab sebagai sarana komunikasi keagamaan Islam, kemasyarakatan, perekonomian, kesenian, kebudayaan, korespondensi, hubungan diplomatik dan sebagainya menjadi bukti bahwa Islamlah yang telah membentuk kebudayaan di Nusantara.


Sumber:
Uka Tjandrasasmita dalam, Arkeologi Islam Nusantara, KPG
Tiar Anwar Bachtiar, Jas Merah, Pro-U Media 

Utusan Khalifah Bani Ummayah Sudah ke Jawa Sebelum Pendirian Candi Borobudur Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejarawan Ahmad Mansur S...


Utusan Khalifah Bani Ummayah Sudah ke Jawa Sebelum Pendirian Candi Borobudur

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah menegaskan bahwa Islam sebagai agama jauh lebih awal dari pembangunan candi Budha misalnya Borobudur. Seperti yang dituturkan dalam sejarah Dinasti Tang, masuknya Islam ke pulau Jawa terjadi pada abad ke-7 M. Sedangkan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, baru didirikan pada abad ke-9 M.

Menurut sejarawan J.G. de Casparis menyebutkan bahwa pendiri Candi Borobudur adalah Raja Samaratungga. Adapun Raja Samaratungga memimpin Mataram Kuno pada tahun 782 – 812 M pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan Dinasti Syailendra merupakan kepanjangan tangan dari Raja Sriwijaya di Jawa

Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam menyebutkan, dalam catatan Tiongkok menyatakan di Kho'po ada sebuah kerajaan Holing. Pada tahun 674-675 M diangkat seorang perempuan menjadi ratu yang bernama Si Ma. Kemakmuran, keamanan, dan keadilan negeri ini terdengar oleh Raja Ta Cheh. Kemudian, dia utuslah orang ke negri itu untuk membuktikannya.

Utusan Raja Ta Cheh mencecerkan pundi-pundi emas di pusat kota, tetapi tidak ada yang mengambilnya. Akhirnya, setelah 3 (tiga) tahun pundi tersebut berhujan panas, datanglah putra raja mengambilnya. Mendengar kejahatan tersebut, sang ratu menghukumnya dengan memotong kaki putranya. Siapakah mereka dalam Catatan Tiongkok ini?

Kho Po adalah Tanah Jawa. Holing adalah kerajaan Kalingga di Jawa Timur. Ratu Si Ma adalah Ratu Simo, seorang raja perempuan Kalingga pada masa itu. Raja Ta Chen adalah Raja Arab. Siapakah raja Arab saat itu? Menurut Buya Hamka adalah Muawiyah Abu Sofyan, Sekertaris Rasulullah saw, yang saat itu menjadi khalifah Bani Ummayah.

Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dan Buya Hamka sepakat bahwa Islam masuk sebelum pendirian Candi Borobudur. Bahkan Buya Hamka berdasarkan Catatan Cina sudah sangat yakin bahwa Utusan Kekhalifahan Islam sudah menginjakkan kaki ke tanah Jawa sebelum pendirian Candi Borobudur. Hanya saja utusan sang khalifah tiba di Jawa Timur sedangkan Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Bukti lainnya, Sayyid Qudratullah Fatimi (S.Q Fatimi) dalam ’Two Letters from Maharaja to The Khalifah mengidentifikasi addenda dual surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Bani Umayyah, yakni surat kepada Muawiyah dari kitab Al-Hayawan, karya Abu Usman Amr Ibn Bahr atau dikenal dengan Al-Jahiz (776-869 M/150-255 H). Surat menyurat ini menjadi bukti kuat bahwa hubungan kekhilafan Islam dengan Sriwijaya sudah sangat kuat sebelum Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah dibangun.

Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-candi-borobudur/
https://maktabu.republika.co.id/posts/79643/raja-sriwijaya-pernah-berkirim-surat-ke-muawiyah-begini-isinya-

Bahasa Melayu, Bahasa Dakwah Islam di Nusantara Hingga Menjadi Bahasa Indonesia Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di masa kebangkitan n...

Bahasa Melayu, Bahasa Dakwah Islam di Nusantara Hingga Menjadi Bahasa Indonesia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di masa kebangkitan nasional, nama bahasa melayu diubah menjadi bahasa Indonesia. Jauh sebelum Sumpah Pemuda 1928,  bahasa ini sudah digunakan sebagai bahasa perjuangan oleh organisasi sosial, pendidikan, jurnalistik dan politik Islam. Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara di bukunya Api sejarah, sejak 1905, Syarikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU) Jong Islamieten Bond hingga Tarbiyah Islamiah, sudah menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di organisasinya.

Jauh sebelum itu, bahasa melayu pun sudah digunakan oleh para saudagar muslim di pasar.  Para santri di pesantren menggunakannya sebagai bahasa ilmu. Para Sultan menggunakannya sebagai bahasa diplomatik. Umumnya, bahasa Melayu dituliskan dalam huruf Arab Melayu atau Tulisan Jawi. Inilah salah satu yang mendorong integritas nasional dalam menghadapi penjajahan Belanda . Bagaimana bahasa Melayu sehingga mengakar di Nusantara?

Arkeolog Uka Tjandrasasmita dalam bukunya Arkeologi Islam Nusantara, berdasarkan tulisan prasasti abad ke-7 M pada era Sriwijaya, menggunakan bahasa Melayu dengan tulisan Sanskerta. Di saat bersamaan, Islam masuk ke Nusantara disertai penyebaran  bahasa Arab dengan tulisannya juga. Prasasti bertuliskan Arab mulai ditemukan pada abad ke 11 hingga 15. Contohnya nisan kubur Fatimah binti Maimun 1082 M di Leran Gresik.

Masuknya Islam ke Nusantara mempercepat pertumbuhan bahas Melayu. Jalur perdagangan internasional yang diominasi pedagang Arab, tumbuhnya pemukiman Arab di pesisir yang dibarengi dengan asimilasi dengan penduduk lokal  dan masuknya raja-raja ke agama Islam membuat bahasa Melayu yang sebelumnya ditulis dengan Sanskerta tumbuh menjadi tulisan Arab yang dikenal dengan Tulisan Jawi.

Pada abad-14, Kerajaan Pasai sudah menggunakan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Pasai berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan sehingga banyak pemuda dari seluruh pelosok Nusantara belajar di Pasai. Salah satunya adalah Sunan Giri. Yang kelak menjadi pimpinan Wali Songo, mendirikan pesantren, yang pengaruhnya hingga ke Indonesia Timur hingga kepulauan Maluku. Bahkan raja-rajanya baru merasa sah dianggap raja bila sudah diakui oleh Sunan Giri.

Ulama di kerajaan Aceh Darussalam, dari Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Syeikh Abdul Rauf Singkili, menulis kitabnya dengan bahas Melayu dengan tulisan Arab. Syeikh Abdul Shamad Palimbani, ulama Nusantara di yang hidup di Mekah, di era Mataram, menuliskan kitabnya dengan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Kitab-kitab ini menjadi rujukan para santri di pesantren untuk belajar dan pejabat kerajaan dalam mengelola ketatanegaraan.

Uka Tjandrasasmita juga menuturkan bahwa karya sastra, perundangan, kitab-kitab bahasa melayu bertuliskan Arab merata ada di seluruh kerajaan Islam di Nusantara. Hingga surat perjanjian antara kerajaan Riau, Palembang, Bima, Makassar, Ternate, Banten, Cirebon dan Jogyakarta dengan Belanda pun ditulis dengan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Bahasa Melayu tumbuh pesat bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan Islam di Nusantara.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, KPG
Rachmad Abdullah, Walisingo, Al Wafi Publishing 

Nusantara Mengenal Islam Sejak Periode Mekah? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kapan Islam tersebar di Indonesia? Bisa jadi sejak peri...



Nusantara Mengenal Islam Sejak Periode Mekah?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kapan Islam tersebar di Indonesia? Bisa jadi sejak periode Mekah. Sejak periode dimana Rasulullah saw berdakwah secara bersembunyi. Periode saat Rasulullah saw berdakwah secara personal dari rumah ke rumah. Periode saat Rasulullah saw dan para Sahabatnya dalam tekanan, siksaan, pengusiran dan intimidasi. Dalam era seperti ini mengapa Islam bisa sampai ke Indonesia?

Mekah yang dihuni oleh suku Quraisy telah lama melakukan hubungan dagang dengan Yaman sejak peradaban Saba, Aad dan Tsamud. Perdagangan ini diabadikan dalam surat Quraisy bahwa kaum Quraisy berdagang  saat musim dingin ke Yaman dan musim Panas ke Syam.

Saat Rasulullah saw mulai berdakwah di Mekah, penduduk Yaman sudah mengetahui dari perbincangannya saat berbisnis di pasar-pasar. Baik saat suku Quraisy ke Yaman ataupun saat suku yang ada di Yaman ke Mekah lalu melanjutkannya ke Syam untuk berbisnis. Bukankah Rasulullah saw juga pebisnis? Bukankah Rasulullah saw juga berdakwah ke pasar-pasar?

Kabar dakwah Rasulullah saw di Mekah diterima oleh para kabilah di Yaman. Seorang pemimpin kabilah yang bernama Abu Musa al-Asyari mendatangi Rasulullah saw dan memeluk Islam. Lalu Rasulullah saw mengutus  Abu Musa al-Asyari untuk berdakwah kepada kaumnya di Yaman. Sehingga banyak penduduk Yaman yang memeluk Islam. Ini terjadi sebelum Mushab bin Umair diutus ke Madinah.

Saat Rasulullah saw bermimpi bahwa negri tempat hijriahnya memiliki banyak pohon kurma, maka Rasulullah saw memperkirakan antara Madinah atau Yaman, karena kedua daerah telah siap. Rasulullah saw mengharapkan Yaman karena yang paling siap, namun Allah memerintahkannya ke Madinah bukan ke Yaman.

Prof Dr Ali Muhammad Shalabi, pakar sejarah Islam, mengatakan bahwa penduduk Yaman merupakan pebisnis yang sukses. Mereka berdagang dengan mengarungi lautan hingga Afrika, India, Indonesia, Sumatera,  negara-negara asia lainnya dan samudera hindia. Setelah memeluk Islam penduduk Yaman memiliki andil menyebarkan agama Islam ke daerah tersebut.

Kemana pedagang Nusantara berdagang saat itu? Berinteraksi dengan pedagang Arab yang berasal dari Yaman (Arab) atau membawanya ke Yaman (Arab) kemudian disebar melalui Mekah ke Syam lalu ke Eropa. Setelah perjanjian Hudaibiyah, utusan dan masyarakat Yaman berdatangan ke Madinah untuk menunjukkan pesatnya pertumbuhan Islam ke Madinah.

Tahun 7 Hijriyah, pemguasa Yaman yang bernama Bazan, memeluk Islam. Tahun 9 Hijriyah, Rasulullah saw mengutus Ali bin Abi Thalib sebagai qadhi, seluruh Yaman pun memeluk Islam. Yaman sejak kemunculan Islam menjadi pusat pertumbuhan Islam hingga ke Nusantara. Sedangkan Madinah ke Syam hingga ke Eropa.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (293) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (242) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (472) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (354) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (471) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (189) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (131) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (139) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)