basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Kisah Para Nabi dan Rasul

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Kisah Para Nabi dan Rasul. Tampilkan semua postingan

Nasakh dan Mansukh dalam Sejarah Para Nabi dan Rasul  Allah swt berfirman: Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (m...

Nasakh dan Mansukh dalam Sejarah Para Nabi dan Rasul 


Allah swt berfirman:

Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
(Al-Baqarah [2]:106)

Menurut Ibnu Jarir, makna "Ayat yang Kami nasakh (batalkan)", mengatakan: "Hukum suatu ayat yang Kami pindahkan ke selainnya dan Kami ganti dan ubah, yaitu mengubah yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi halal, yang boleh menjadi tidak boleh dan yang tidak boleh menjadi boleh."

"Dan, hal itu tidak terjadi kecuali dalam hal perintah, larangan, keharusan, mutlaq, dan ibahah (boleh). Sedangkan ayat-ayat yang berkenan dengan kisah-kisah tidak mengalami nasakh maupun mansukh."

Menurut Ibnu Abbas, makna  "Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.", mengatakan, "Memberikan manfaat yang lebih baik bagi kalian dan lebih ringan." Qatadah menambahkan, "Rukhshah."

Abu Jafar mengatakan, "Ayat ini untuk mendustakan orang-orang Yahudi yang mengingkari nasakh hukum-hukum Taurat dan menolak kenabian Nabi Isa dan Muhammad karena kedua datang dengan membawa perubahan dari sisi Allah swt untuk mengubah hukum Taurat."

Beberapa contoh nasakh, dahulu Allah swt membolehkan Nabi Adam mengawinkan putrinya dengan putranya sendiri. Setelah itu, diharamkan.

Nabi Nuh setelah keluar dari kapal dibolehkan memakan semua jenis hewan. Setelah itu, dihapus penghalalan sebagian.

Di era Nabi Yakub, menikahi dua saudara putri itu dibolehkan, setelah itu diharamkan. Allah swt memerintahkan mayoritas Bani Israil agar membunuh orang-orang yang menyembah anak sapi, lalu dilarang agar mereka tidak musnah.

Contoh lain yang paling fenomenal, nasakh atas arah kiblat shalat. Awalnya, ketika turun wahyu samawi kepada Nabi Muhammad SAW, Beliau diperintahkan untuk shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis. Padahal kala itu Beliau SAW justru berdomisili di Mekkah, yaitu di depan Ka’bah yang berada di dalam Masjid Al-Haram. Paling tidak selama 13 tahun menetap di Mekkah dan ditambah beberapa tahun lagi di Madinah, Nabi SAW dan para shahabat masih shalat menghadap ke Baitul Maqdis.

Sampai akhirnya turunlah ayat yang menasakh arah kiblat lama ke arah kiblat yang baru berikut ini :

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah : 144)


Sumber:
Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafii 

Respon Al-Qur'an Terhadap Kitab-Kitab Bani Israil  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ada 3 kitab suci yang diturunkan Allah swt kep...

Respon Al-Qur'an Terhadap Kitab-Kitab Bani Israil 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ada 3 kitab suci yang diturunkan Allah swt kepada Bani Israil yang diturunkan di periode kenabian yang berbeda:

1. Kitab Taurat
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa Alaihi Salam pada abad ke-12 SM di bukit Sinai. Bahasa yang digunakan dalam kitab Taurat adalah bahasa Ibrani. 

Kitab ini dijadikan pedoman bagi Bani Israil. Isi pokok dikenal dengan The Ten Commandments (10 perintah Tuhan).


2. Kitab Zabur 

Kitab Zabur atau disebut juga Mazmur diturunkan kepada Nabi Daud Alaihi Salam. Zabur diturunkan pada abad 10 SM di daerah Jerussalem.

Kitab ini dijadikan pedoman bagi kaum Nabi Daud. Isinya berupa nyanyian pujian kepada Allah atas segala nikmat ilahiyah.


3. Kitab Injil

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa Alaihi Salam pada permulaan abad 1 M. Kitab Injil diwahyukan di daerah Jerussalem.

Kitab ini ditulis pada awalnya dengan menggunakan bahasa Suryani. Kitab ini menjadi pedoman bagi kaum Nabi Isa yakni Nasrani. Isi pokok ajaran untuk hidup dengan zuhud yakni menjauhi kerusakan dan ketamakan dunia.


Bagaimana Al-Qur'an merespon kitab-kitab tersebut? Mengimani kitab-kitab sebelumnya, seperti mengimani 25 Nabi dan Rasul sebelumnya.

dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat.
(Al-Baqarah [2]:4)


Bila Al-Qur'an membenarkan kitab-kitab sebelumnya, bagaimana seharusnya sikap Bani Israil? 

Berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku.
(Al-Baqarah [2]:41)


Apa prinsip ajaran Taurat yang juga ada di Al-Qur'an? Bukankah sama? Bila sama, mengapa tidak beriman kepada Al-Qur'an?

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.
(Al-Baqarah [2]:62)

(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
(Al-Baqarah [2]:83)


Bila alasan Bani Israil hanya mau beriman kepada kitab yang mereka turunkan, padahal secara prinsip Al-Qur'an pun memuat apa yang ada di kitab-kitab yang mereka imani, benarkan dan ikuti, mengapa tidak beriman kepada Al-Qur'an juga?

Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah pada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an),” mereka menjawab, “Kami beriman pada apa yang diturunkan kepada kami.” Mereka ingkar pada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur’an) itu adalah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang mukmin?”
(Al-Baqarah [2]:91)


Al-Qur'an pun membedah dari sisi sejarah keberadaan Yahudi di Madinah. Bukankah mereka menanti kitab suci yang dibawa oleh Nabi Terakhir untuk memenangkannya atas orang-orang kafir? 

Setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah terhadap orang-orang yang ingkar.
(Al-Baqarah [2]:89)


Jadi, semua alasan Bani Israil, yang sekarang ini diwakili dengan Yahudi dan Nasrani, yang tak mengimani Al-Qur'an, sudah terbantahkan argumentasinya dalam Al-Qur'an. Itulah kemukjizatan Al-Qur'an.

Ujian Lautan dalam Kisah Bani Israil Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ada 3 kisah Bani Israil yang berkaitan dengan lautan. Yaitu, epi...

Ujian Lautan dalam Kisah Bani Israil

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Ada 3 kisah Bani Israil yang berkaitan dengan lautan. Yaitu, episode perjalanan dari Mesir ke Palestina. Saat Bani Israil menempati suatu tempat, yang dikenal dengan peristiwa Hari Sabat. Dan, di era Nabi Sulaiman.

Laut Merah itulah ujian pertamanya. Mereka terdesak, terjepit dan terkurung oleh pasukan Firaun. Lalu, Allah swt menolongnya dengan membelah lautan yang menyebabkan Bani Israil terselamatkan.

(Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu.
(Al-Baqarah [2]:49)

(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).
(Al-Baqarah [2]:50)

Ujian kedua berkaitan dengan hasil laut. Mereka mencari-cari alasan supaya dapat menangkap ikan pada hari Sabtu dengan cara memasang pancing, jala, dan perangkap sebelum hari Sabtu.

Maka, ketika ikan-ikan itu datang pada hari Sabtu dalam jumlah besar seperti biasanya, tertangkaplah dan tidak dapat lolos dari jaring dan perangkapnya.

Ketika malam hari tiba, setelah hari Sabtu berlalu, mereka segera mengambil ikan-ikan itu. Tatkala mereka melakukan itu, Allah swt mengubah rupa mereka seperti kera. Begitulah tindakan dan alasan yang mereka buat-buat yang secara lahiriah tampak benar tetapi sebenarnya bertentangan.

Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”
(Al-Baqarah [2]:65)

Ujian ketiga di era Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman ditundukkan bangsa Jin. Tugasnya, menyelam ke lautan untuk mendapatkan mutiara sehingga di era itu kerajaannya menjadi sangat makmur.

(Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang memelihara mereka itu.
(Al-Anbiyā' [21]:82)

Kisah Hari Sabat, Saat Hasil Laut Menjadi Ujian Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggara...


Kisah Hari Sabat, Saat Hasil Laut Menjadi Ujian


Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”
(Al-Baqarah [2]:65)

Maka, Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Baqarah [2]:66)

Allah swt mengazab Bani Israil di suatu negri yang mendurhakai perintah Allah swt, melanggar perjanjian yang telah diambil-Nya atas mereka agar menghormati hari Sabtu. Serta, tidak mengerjakan perintah-Nya yang telah disyariatkan bagi mereka.

Lalu, mereka mencari-cari alasan supaya dapat menangkap ikan pada hari Sabtu dengan cara memasang pancing, jala, dan perangkap sebelum hari Sabtu.

Maka, ketika ikan-ikan itu datang pada hari Sabtu dalam jumlah besar seperti biasa, tertangkaplah dan tidak dapat lolos dari jaring dan perangkapnya.

Ketika malam hari tiba, setelah hari Sabtu berlalu, mereka segera mengambil ikan-ikan itu. Tatkala mereka melakukan itu, Allah swt mengubah rupa mereka seperti kera. Begitulah tindakan dan alasan yang mereka buat-buat yang secara lahiriah tampak benar tetapi sebenarnya bertentangan.

Diduga, para pemudanya menjadi kera, sedangkan generasi tuanya menjadi babi. Mereka tidak hidup di muka bumi kecuali tiga hari, tidak makan, tidak minum, tidak melahirkan. Allah swt berbuat dan mengubah terhadap siapa yang Dia kehendaki. 


Sumber:
Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafii 

Kisah Bani Israil Sebuah Prototipe dan Modeling Masyarakat yang Dihadapi Para Pemimpin  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Ad...

Kisah Bani Israil Sebuah Prototipe dan Modeling Masyarakat yang Dihadapi Para Pemimpin 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam memuat bekal dan tempaan bagi para pemimpin. Bagaimana mengembangkan diri oleh dirinya sendiri untuk menghadapi tantangan? 

Mengapa dari kisah Nabi Adam berlanjut ke kisah Bani Israil, di surat Al-Baqarah? Bukankah ini beda zaman, tempat dan generasi? Bukankah melampaui beberapa periode kenabian?

Kisah Bani Israil memang paling tepat dan sempurna sebagai prototipe dan model dalam menggambarkan liku-liku tantangan bagi seluruh para pemimpin. Bagaimana membawa kaumnya pada kebangkitan setelah tertindas? Juga, dalam keterhinaan karakter dan mental?

Bila kisah para Nabi dan Rasul dicukupkan dengan interaksi dengan satu kaumnya saja. Namun, dalam kisah Bani Israil, satu kaum berinteraksi dengan banyak para Nabi dan Rasul, baik yang tergolong Ulul Azmi maupun bukan, hingga yang tak dikenal namanya. Juga, tokoh-tokoh yang bermunculan dari kalangan Bani Israil itu sendiri.

Membangun umat memang tidak cukup dengan satu periode kepemimpinan. Butuh lintas tokoh dan model kepemimpinan. Seperti kehadiran Nabi Musa, Harun, Nabi Yusha bin Nun, Nabi Samuel hingga Thalut.

Setiap pemimpin memiliki perannya sendiri pada kaumnya. Nabi Musa dan Harun, membawa Bani Israil dari perbudakan dan pembebasan. Liku-liku ini, digambarkan jelas dalam kisah yang memunculkan figur Firaun.

Bagaimana membangun umat yang sudah meraih kebebasan atau kemerdekaan? Bagaimana mengisi kemerdekaan? Apa tantangan yang dihadapi oleh sebuah kaum? Liku-liku ini digambarkan jelas dalam kisah perjalanan dari Mesir ke Palestina.

Untuk bangkit, ternyata tidak hanya butuh kemerdekaan. Penyakit masa lalu masih terbawa dan melekat. Mindset masa lalu sangat sulit ditinggalkan. Bagaimana memperbaiki ini semua? Liku-liku ini digambarkan jelas pada periode terlunta-lunta Bani Israil di Sinai.

Setelah melalui periode ini, bangkitlah kesadaran untuk membangun dan siap menghadapi tantangan eksternal. Juga, apa saja tantangannya? Liku-liku ini digambarkan jelas pada kisah Thalut.

Setelah berhasil menghadapi tantangan eksternal, berupa perang Thalut dan Jalut, apakah sudah cukup? Ternyata muncul kembali penyakitnya sebuah kemenangan. Liku-liku ini digambarkan pada pembangkangan Bani Israil saat memasuki Baitul Maqdis.

Setelah liku-liku ini selesai, baru muncul sosok Nabi Daud, apa yang dibangun setelah rangkaian liku-liku persoalan kemasyarakatan dituntaskan.

Memahami kisah Bani Israil berarti memahami seluk beluk masyakarat juga cara mengatasinya.

Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, Kemampuan Esensi Para Pemimpin  Oleh:  Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Adam di surat Al-Baq...

Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, Kemampuan Esensi Para Pemimpin 

Oleh:  Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah merupakan legitimasi dari Allah swt bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah swt di muka bumi. Wakil-Nya agar alam semesta dikelola sesuai dengan kehendak-Nya. 

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah [2]:30)

Agar bisa mengelola sesuai kehendak Allah swt. Allah swt langsung turun tangan mendidik para pemimpin. Allah swt mengajarkan nama-nama benda di alam semesta kepada Nabi Adam.

Nabi Adam pun merespon dan bersemangat untuk belajar sehingga mampu memperlihatkan hasil pembelajaran kepada para malaikat. 

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
(Al-Baqarah [2]:31)

Nabi Adam melampaui  keilmuan malaikat. Nabi Adam memang belajar untuk mengelola bumi yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Allah swt mengajarkan kepada makhluk-Nya sesuai dengan perannya.

Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:32)

Bukan hanya belajar, Nabi Adam berhasil menyerap ilmu dengan baik, hingga mendapatkan ijazah  dan sertifikasi bahwa Nabi Adam sudah kompatibel untuk mengelola alam semesta.

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)

Apakah hanya ilmu? Bagaimana mengelola hati, jiwa dan perasaannya? Bagaimana mengelola yang berkecamuk di dalam dirinya sendiri? 

Bagaimana bila kesenangan itu datang? Bagaimana bila mendapatkan tantangan dari lingkaran internal dirinya sendiri? Bagaimana bila ada bisikan dari yang dicintai dirinya sendiri dan kalangan terdekatnya? 

Apakah yang masih konsisten dengan perannya sebagai wakil Allah swt di muka bumi? Bekalnya harus tuntas. Sebab, persoalan esensi seorang pemimpin adalah dirinya sendiri. Bukankah dia makhluk tertinggi yang berpotensi hanya mendengarkan egonya sendiri? Bukankah makhluk yang lain hanya melayani?

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)

Apakah pemimpin bisa melakukan semaunya, sekehendaknya? Harus ada pembatasan ego, wewenang dan  kekuasaan, agar tidak terperosok  pada kezaliman dan melampaui batas.

Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)

Bila akhirnya jatuh dan tersungkur, apa akibatnya? Bagaimana agar bisa bangkit kembali? Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki? Apakah bersembunyi dan berdiam diri karena malu?

Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(Al-Baqarah [2]:36)

Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)

Kejatuhan, kegagalan dan keterpurukan justru jadi penyempurna bekal kepemimpinan. Belajar seluruh liku-liku kehidupan. Bersiap memasuki era baru. Setelah jatuh, barulah Nabi Adam dinobatkan sebagai sang khalifah Allah di muka bumi.

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
(Al-Baqarah [2]:38)

Manna dan Salwa bagi Bani Israil, Serta Satu Kurma bagi Muslimin Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Dalam Tafsir Ibnu Katsir, selama pe...

Manna dan Salwa bagi Bani Israil, Serta Satu Kurma bagi Muslimin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Dalam Tafsir Ibnu Katsir, selama perjalanan dari Mesir, Bani Israil dianugerahkan Allah swt Manna dan Salwa, sebagai makanan yang terbaik dan bermanfaat, menyenangkan dan mudah diperoleh.

Namun, karena makanan mereka tidak pernah diganti dan berubah setiap harinya, maka dikatakan sebagai satu makanan saja. Mereka menolaknya dan tidak tahan dengannya.

Lalu, mereka menyebutkan gaya hidup yang mereka jalani, sebagai kaum yang sangat gemar pada kacang adas, bawang merah, sayuran, dan bawang putih.

(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)

Permintaan ini tidak dipenuhi, sebab hanya bentuk kesombongan dan mengkufuri nikmat atas makanan, juga bukan hal yang darurat.


Bagaimana dengan kaum Muslimin dengan Kurmanya?

Imam Syahid Hasan al Banna  menjelaskan, sulitnya perjalanan  perang Tabuk, membuat setiap tentara hanya diberikan jatah satu ekor unta. Bekal mereka berupa kurma dan gandum. Terkadang, satu butir kurma harus dibagi untuk dua orang. Padahal, jarak Madinah ke Tabuk 778 Km. 

Di perang Khandaq, 
saat sedang menggali parit, seorang anak membawa kurma kepada ayahnya. Rasulullah saw pun memanggil anak tersebut dan kurmanya didoakan. Ternyata, setelah seluruh para sahabat bergiliran mengambil kurma tersebut, kurma itu tidak habis. 

Kisah Bani Israil dan Muslimin sangat kontradiksi tentang makanan selama perjalanan? Sebab, Bani Israil terfokus pada mencari kenikmatan di perjalanan. Sedangkan Muslimin fokus pada perjuangannya, sehingga tidak memperdulikan kenikmata bekal yang dibawa.  

Kemenangan Bani Israil di Baitul Maqdis dan Futuh Mekah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Menurut Tafsir Ibnu Katsir, setelah 40 tahun ...

Kemenangan Bani Israil di Baitul Maqdis dan Futuh Mekah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Menurut Tafsir Ibnu Katsir, setelah 40 tahun terlunta-lunta dan tersesat di gurun pasir. Dengan dipimpin oleh Yusya bin Nun, Allah swt membukakan Baitul Maqdis pada Jumat sore. 

Hari itu, perjalanan matahari ditahan-Nya sebentar hingga akhirnya mereka meraih kemenangan. 

Allah swt memerintahkan Bani Israil untuk bersujud saat memasuki Baitul Maqdis, sebagai pernyataan bersyukur atas nikmat yang Allah swt berikan berupa kemenangan, pertolongan, dan kembalinya negeri mereka, serta selamatnya mereka setelah tersesat di padang sahara.

Rasulullah saw bersabda, "Dikatakan kepada Bani Israil: 'Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud dan katakanlah: Bebaskanlah kami dari dosa.'"

"Maka, mereka memasuki pintu dengan merangkak dan mendahulukan pantat mereka. Lalu, mengganti ucapkan itu dengan mengatakan: Biji-bijian di dalam gandum."

Setelah diberi kemenangan, Bani Israil kembali membuat pembangkangan dan pengingkaran. Lalu, bagaimana Muslimin saat memasuki kota Mekah atau Futuh Mekah?

Kaum Muslimin bersegera tunduk kepada Allah swt ketika meraih kemenangan, baik dalam perbuatan maupun ucapan. Selain itu memohon ampunan atasnya, mensyukuri nikmat dan bersegera melakukan perbuatan yang disukai Allah swt.

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.
(An-Naṣr [110]:1-3)

Bani Israil Menghadapi Amaliq di Baitul Maqdis dan Perang Badar Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bani Israil telah menempuh perjalanan...

Bani Israil Menghadapi Amaliq di Baitul Maqdis dan Perang Badar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bani Israil telah menempuh perjalanan yang panjang dengan ragam kenikmatan yang Allah swt curahkan. Bagaimana setelah mereka tiba di Palestina?

(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)

Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik.
(Al-Baqarah [2]:59)


Di Tafsir Ibnu Katsir,  ayat ini untuk mencela Bani Israil karena  mereka menolak untuk berjihad dan memasuki Tanah Suci, Baitul Maqdis, ketika tiba dari Mesir bersama Nabi Musa.

Allah swt memerintahkan mereka untuk memasuki Tanah Suci yang merupakan warisan nenek moyang mereka, Nabi Yaqub. Juga, memerangi kaum Amaliq yang kafir, namun mereka menolak berperang dan bersikap lemah dan lesu. Maka, Allah swt mencampakan Bani Israil terlunta-lunta dan tersesat.

Ada yang mengatakan mereka menolak karena kaum Amaliq merupakan bangsa yang bertubuh tinggi dan kekar.

Ibnu Katsir sangat unik dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan Bani Israil, beliau sering membandingkannya dengan perjalanan jihad dan dakwah para Sahabat Rasulullah saw.

Bagaimana respons para Sahabat, saat menghadapi kaum Quraisy di Perang Badar? Padahal Muslimin tidak siap untuk bertempur, jumlahnya sedikit, peralatan tempurnya minim?

Miqdad berkata kepada Rasulullah saw, "Kami tidak akan berkata kepada-mu sebagaimana kaum Nabi Musa yang berkata, "Maka pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja." 

"Akan tetapi,  kami akan berperang di sebelah kanan dan kirimu, di depan dan belakangmu." Ketika Rasulullah saw mendengar hal itu, wajah beliau bersinar cerah, dan para Sahabat lainnya gembira dengan apa yang didengarnya. Rasulullah saw bersabda, "Berangkatlah kalian dan bergembiralah."

Amat jauh, kualitas Bani Israil dengan kaum Muslimin. Ini akan terus berlaku hingga Hari Kiamat. Bila saat ini terjadi pergolakan antara Penjajah Zionis Israel dengan Muslimin di Palestina, maka sebenarnya kita sudah tahu siapa pemenangnya.

Perjalanan Bani Israil dari Mesir dan Pasukan Tabuk Oleh Nasrulloh Baksolahar Nabi Musa meminta kepada Firaun agar melepaskan Ba...

Perjalanan Bani Israil dari Mesir dan Pasukan Tabuk

Oleh Nasrulloh Baksolahar


Nabi Musa meminta kepada Firaun agar melepaskan Bani Israil pergi dari Mesir. Namun dihalangi. Ketika Firaun tenggelam, barulah perjalanan itu dimulai. Bagaimana perjalanannya?

Allah swt memulai kisahnya dengan perintah agar Bani Israil mengingat nikmat tersebut dan bersyukur. Artinya, saat perjalanan merupakan kesulitan dan kesengsaraan, namun bagi Bani Israil itu kenikmatan.

Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.
(Al-Baqarah [2]:57)

(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)

(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
(Al-Baqarah [2]:60)

(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)


Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, membandingkan kisah perjalanan Bani Israil ini dengan perjalanan para Sahabat dalam perang Tabuk. Sangat super kontradiktif sekali.

Menurut Ibnu Katsir, perjalanan ke Tabuk sangat terik dan melelahkan. Para Sahabat tidak meminta kemukjizatan serta tidak meminta pengadaan sesuatu, meskipun itu sangat mudah bagi Rasulullah saw.

Setelah benar-benar dililit rasa lapar dan haus luar biasa, tak bisa lagi menahannya, barulah mereka minta untuk diperbanyak makanan dan minuman mereka, dengan mengumpulkan semua yang ada pada mereka.

Lalu, terkumpullah setinggi unta yang sedang menderum. Selanjutnya, Rasulullah saw berdoa memohon berkah atasnya. Setelah itu, Rasulullah saw menyuruh mereka memenuhi wadah masing-masing.

Demikian juga saat kekurangan air, lalu beliau berdoa, maka datanglah awan, lalu turunlah hujan. Akhirnya, mereka minum dan memberi minum untanya dari air tersebut.

Itulah gambaran kebenaran, keteguhan, dan tidak menyusahkan dalam perjalanan dan peperangan para Sahabat bersama Rasulullah saw. Sangat berbeda sekali dengan Bani Israil yang cepat "merengek" saat menghadapi kesulitan.

Bagaimana bila dibandingkan dengan perjalanan hijrah Abu Bakar dan Rasulullah saw? Mereka berdua merasakan seluk beluk perjalanan seperti manusia kebanyakan saja.

Yang Lemah, Yang Dimenangkan?  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah yang kuat selalu menang? Apakah yang perkasa selalu mengalahkan...

Yang Lemah, Yang Dimenangkan? 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah yang kuat selalu menang? Apakah yang perkasa selalu mengalahkan yang lemah? Apakah yang kejam selalu sukses meneror yang tak berdaya?

Faktanya, di surat Al-Baqarah, perintah perang tidak menunggu kekuatan Muslimin melampaui kekuatan Musyrikin Quraisy terlebih dahulu. Berarti, ada faktor lain untuk memenangkan pertempuran.

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:190)

Fakta lain di surat Al-Baqarah, Rasulullah saw sukses mengirimkan ekspedisi kecil untuk menghalau rombongan besar Quraisy dari Syam. Firaun terkalahkan saat mengejar kaumnya Nabi Musa yang lemah. Kelompok kecil Thalut, mengalahkan kelompok besar dan perkasanya Jalut. 

Jadi, apa penyebab yang lemah justru dimenangkan? Yang kuat terjatuh pada tindakan melampaui batas. Menjadi penindas, penyiksa, membumihanguskan dan genosida. Sebab, Allah swt tidak menyukai mereka yang melampaui batas. 

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya ada suatu kaum yang lemah dan miskin. Mereka diperangi oleh kaum yang perkasa dan penuh permusuhan. Tetapi Allah swt memenangkan kaum yang lemah itu."

Lalu, apa terjadi? Saat kaum lemah yang dimenangkan Allah swt berubah menjadi penindas, "Mereka (yang tadinya lemah) dengan sengaja memperkerjakan dan menindas musuh mereka itu, sehingga menjadikan Allah murka kepada mereka hingga hari Kiamat."

Definisi melampaui batas dalam pertempuran menurut Hasan Al-Bashri, seperti menyiksa, menipu, membunuh para wanita, anak-anak, lanjut usia yang sudah lemah pikirannya dan tak mampu berperang, para pendeta, penghuni rumah ibadah, membakar pohon, dan membunuh hewan tanpa ada suatu maslahat.

Bagaimana fakta di perang modern saat ini? Penjajah Zionis Israel terkalahkan di Gaza. Mereka hendak mengulanginya lagi di Tepi Barat.  Rezim Assad pun tumbang di Suriah.

Logika manusia sangat kontradiksi dengan takdir Allah. Yang akan terjadi sesuai takdir-Nya, dimana para penindas yang kuat akan dikalahkan dengan mereka yang lemah.

Kapan Siti Hawa Diciptakan? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Adam dalam surat Al-Baqarah terdiri dari beberapa fragmen: 1. ...

Kapan Siti Hawa Diciptakan?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam dalam surat Al-Baqarah terdiri dari beberapa fragmen:


1. Allah swt mengajarkan nama-nama benda kepada Adam, lalu Adam mengajarkan kepada Malaikat

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)


2. Allah swt memerintahkan Malaikat bersujud, namun Iblis menolaknya

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.  Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)


3. Allah swt memerintahkan Adam dan Istrinya untuk tinggal di Surga

Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)


Dari urutan fragmen ini, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa Siti Hawa diciptakan Allah swt sebelum Adam memasuki Surga.

Muhammad bin Ishaq mengatakan, bahwa seusai mencela Iblis, Allah swt mengarahkan pandangan ke Adam, yang telah Diajarkan semua benda. Lalu, tertidurlah Adam.

Menurut keterangan Ahlul Kitab, dari Ibnu Abbas dan ulama lainnya, kemudian diambil sepotong tulang rusuk dari sisi tubuh sebelah kiri, dan membalutnya tempat itu dengan sepotong daging.

Sementara Adam masih tertidur, Allah swt menciptakan dari tulang rusuknya, Istrinya Hawa. Kemudian Allah swt menyempurnakannya menjadi wanita agar Adam merasa tenang bersamanya.


Sumber:
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafii

Membunuh Bangsanya Sendiri dalam Sejarah Yahudi Oleh: Nasrulloh Baksolahar Masihkah ingat saat Hamas dan seluruh faksi Perlawana...

Membunuh Bangsanya Sendiri dalam Sejarah Yahudi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Masihkah ingat saat Hamas dan seluruh faksi Perlawanan Palestina menggelorakan Badai Al-Aqsa? Saat mereka menyusup ke daerah pendudukan penjajah Zionis Israel, apak yang dilakukan pasukan IDF terhadap warga Yahudi sendiri?

Sebuah video rekaman menunjukan, pilot Israel justru menyerang warganya sendiri. Media Yedioth Ahronoth melaporkan, drone dan helikopter menyerang dengan membabi buta dan tidak selektif. Akibatnya, korban tewas berjatuhan dari pihak Israel sendiri. Apakah ini insiden?

"Kami memerintahkan tentara untuk menggunakan Protokol Hannibal, yang berarti membunuh tawanan beserta penculiknya,” ujar Gallant dalam wawancara perdana dengan media Israel dilansir Palestine Chronicle, 

Protokol Hannibal adalah perintah khusus dalam militer Israel untuk mencegah pejuang Palestina membawa sandera. Pencegahan itu harus dilakukan dengan cara apapun, meski harus mengorbankan nyawa sandera warga atau tentara Israel sekalipun.

Ingat soal pembebasan sandera? Tentara IDF sendiri yang membunuh sejumlah sandera yang merupakan warga penjajah Zionis Israel sendiri. Para sandera justru mengungkapkan  bahwa mereka  takut terbunuh oleh tentara IDF sendiri dibandingkan oleh Hamas. Apakah ini hanya terjadi kali ini saja?

Saat Bani Israil berjanji di atas ancaman ditimpakannya gunung Sinai kepadanya, di era Nabi Musa. Salah satu janjinya adalah tidak membunuh dan mengusir sesamanya. Namun, dikhiantinya.

Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.
(Al-Baqarah [2]:84)

Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan darimu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:85)

Era ini terus berlanjut, hingga mereka pun membunuh dan mengusir para Nabi dan Rasulnya sendiri. Bila nabi-nabinya saja dibunuh bagaimana dengan sesamanya?

Membunuh Nabi Zakaria dan Yahya. Mengejar Nabi Isa, hingga Nabi Isa harus mengembara sepanjang hidupnya. Saat diketahui tempat perhentiannya, mereka bermaksud menyalibnya.

Menurut Sayid Qutb, dalam Tafsir Fizilalil Al-Qur'an, mereka pun melakukannya saat di Madinah. Bani Qunaiqa dan Bani Nadir bersatu memerangi Bani Quraizhah.  Cara bersekutu dengan kabilah Aus dan Khazraj yang saling berperang.

Ingat Genosida Yahudi oleh Nazi Jerman? Ada sejumlah fakta, mereka dibunuh oleh sesamanya. Lalu, dituduhkan ke Hitler. Sebagai belas kasihan Eropa, mereka mendapatkan daerah jajahan Palestina.

Bila perlakuan terhadap sesamanya "dihalalkan" saling membunuh dan mengusir, bagaimana terhadap bangsa lain? Wajar saja, bila di Tepi Barat, walaupun bukan daerah perang, mereka membunuh siapapun atas perintah komandan IDF. Padahal mereka terikat dengan perjanjian Oslo.

Saat Bani Israil  Berjanji Dengan Gunung Sinai di Atas Kepalanya  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bani Israil tidak mau memasuki Pale...

Saat Bani Israil  Berjanji Dengan Gunung Sinai di Atas Kepalanya 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bani Israil tidak mau memasuki Palestina. Sebelum itu pun, banyak dan berturut-turut kedurhakaan yang dilakukannya di hadapan Nabi Musa. Bagaimana agar Bani Israil tidak mengingkari janjinya lagi? 

Kali ini, sumpah janji Bani Israil diambil dengan menaruh gunung Sinai di atas kepalanya. Seakan hendak ditimpakan kepada mereka. Bani Israil berjanji dalam kepungan ancaman yang keras dan berat.

Apa tujuannya? Harus ada peristiwa yang luar biasa, unik dan hanya satu-satunya, agar memori itu terus terjaga dan dikenang. Agar paham konsekuensi dari keingkarannya.

(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.”
(Al-Baqarah [2]:63)


Namun, bagaimana setelah janji tersebut diucapkan? Padahal dalam ancaman yang keras? Tetap berpaling. 

Setelah itu, kamu berpaling. Maka, seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi.
(Al-Baqarah [2]:64)


Apakah Allah swt merugi? Hanya untuk menunjukkan siapakah yang beriman, bersabar, dan berjihad. Saat di Hari Pembalasan kelak, tak ada yang bisa membantah semua keputusan Allah swt yang tidak sedikit pun menzalimi manusia.

Apa isi perjanjian tersebut? Apakah sesuatu yang menyulitkan dan memberatkan? Apakah mengandung kemudharatan dan keburukan? Allah swt menjelaskan isinya.

(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
(Al-Baqarah [2]:83)

(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.
(Al-Baqarah [2]:84)

Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan darimu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)? Maka, tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:85)


Mengapa Bani Israil berani melanggar seluruh perjanjian dengan Allah swt dan manusia? Allah swt mengungkapkan penyebabnya. Allah swt membongkar isi hatinya.

Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong.
(Al-Baqarah [2]:86)


Setelah peristiwa ini, Bani Israil terlunta-lunta selama puluhan tahun. Tersesat, terusir, terpinggirkan di gunung Sinai. Tergeser dari kancah peradaban, yang sebelumnya mampu menghancurkan Firaun dan disiapkan untuk membangun peradaban di Palestina.

Sikap Yahudi Terhadap Nabi Isa? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kementerian Dalam Negeri Palestina mengungkapkan, tujuh gereja di Gaz...

Sikap Yahudi Terhadap Nabi Isa?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kementerian Dalam Negeri Palestina mengungkapkan, tujuh gereja di Gaza mengalami kerusakan setelah dimulainya agresi pasukan Israel pada 7 Oktober lalu. Tiga dari gereja itu, gereja bersejarah yang terletak di berbagai wilayah di Jalur Gaza.

Mengapa penjajah Zionis Israel menghancurkan gereja? Bukankah, Nabi Isa diturunkan kepada Bani Israil juga? Al-Qur'an mengungkapkan alasannya.

Ternyata, Bani Israil pun menyombongkan diri terhadap semua yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasulnya. Ketika, seruannya tak sesuai dengan hawa nafsunya, maka akan dimusuhi. Tak terkecuali seruan Nabi Isa.

Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?
(Al-Baqarah [2]:87)


Allah swt berulang kali berfirman di surat Al-Baqarah bahwa Nabi Isa diteguhkan dengan ruhul kudus (Jibril). Mengapa berulang  kali disebutkan? Untuk menegaskan bahwa Isa bin Maryam adalah Nabi.

Para rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di antara mereka ada yang Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa derajat. Kami telah menganugerahkan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang sangat jelas (mukjizat) dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Seandainya Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan saling membunuh setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka berselisih sehingga ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kufur. Andaikata Allah menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Namun, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.
(Al-Baqarah [2]:253)

Bagaimana sikap Bani Israil terhadap malaikat Jibril? Ternyata mereka memusuhi malaikat Jibril. 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
(Al-Baqarah [2]:97)

Bila Bani Israil memusuhi malaikat Jibril, sedangkan Jibril menjadi peneguh Nabi Isa. Maka terlihatlah permusuhan Yahudi terhadap ajaran Nabi Isa.

Kisah Ashabul Ukhdud merupakan sebuah bukti nyata, dimana Yahudi membumihanguskan  pengikut Nabi Isa yang ada di Yaman.

Orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.

(Al-Baqarah [2]:113)

Yahudi Mengikuti Jejak Nabi Sulaiman? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apa misi penjajah Zionis Israel di Masjidil Aqsha? Mendirikan ...

Yahudi Mengikuti Jejak Nabi Sulaiman?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Apa misi penjajah Zionis Israel di Masjidil Aqsha? Mendirikan kembali Haikal Sulaiman. Apakah mereka  menghormati dan mengikuti jejak Nabi Sulaiman? Padahal itulah masa keemasan yang ingin diulanginya sekarang?

Yahudi melemparkan Taurat ke belakang punggungnya? Padahal, Taurat merupakan kitab sucinya. Padahal, Tauratlah yang membawanya pada era Nabi Daud dan Sulaiman.

Setelah datang kepada mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung (tidak menggubrisnya) seakan-akan mereka tidak tahu.
(Al-Baqarah [2]:101)

Setelah Yahudi mencampakan Taurat, apa yang mereka ikuti? Yahudi mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada era kerajaan Sulaiman yang isinya sihir.

Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya).
(Al-Baqarah [2]:102)

Apakah hanya mengikuti sihir setan-setan saja? Mereka juga mengikuti sihir yang diajarkan dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Apakah ini kesalahan malaikat? 

Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!”

Bagaimana sikap Yahudi merespon ini? Mereka tetap mempelajari sihir tersebut. Mereka tetap memilih kekufuran. Mereka menjual dirinya untuk sebuah sihir.

Bukankah sihir dihancurkan oleh Nabi Musa? Bukankah ahli sihir Firaun justru beriman kepada Nabi Musa? Tetapi, Yahudi justru yang mengikuti sihir tersebut. Padahal Nabi Sulaiman tidak memiliki sihir, apalagi mengikutinya.

Jadi, adakah Nabi-nabi yang diikuti oleh Yahudi? Padahal, mengaku mengikuti janji kitab suci untuk menjajah Palestina? Padahal, mengaku hendak mendirikan Haikal Sulaiman kembali?

Yahudi, Kaum yang Tak Bisa Diperbaiki Lagi? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Siapakah yang bisa memperbaiki kaum Yahudi? Nabi Musa yan...

Yahudi, Kaum yang Tak Bisa Diperbaiki Lagi?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Siapakah yang bisa memperbaiki kaum Yahudi? Nabi Musa yang bisa langsung berkomunikasi dengan Allah swt. Yang mukjizatnya bisa membelah lautan pun sangat jengkel dengan prilaku Yahudi.

Perpaduan Thalut dan seorang Nabi pun tak bisa memperbaikinya. Hanya sekelompok kecil yang rela mengikuti bimbingan Nabinya. Padahal, merekalah yang meminta bimbingan pada sang Nabi.

Nabi Isa yang penyayang. Yang bisa menyembuhkan penyakit sejak lahir. Yang bisa menghidupkan manusia yang telah dikubur pun, tak bisa memperbaikinya.

Yahudi berdialog langsung dengan Nabi Muhammad saw yang ditunggu kedatangannya. Bagaimana hasilnya? Tetap mendustakan, parahnya justru mencoba membunuh Nabi Muhammad saw. Jadi, siapakah yang bisa memperbaiki bangsa Yahudi?

Bila Nabi dan Rasul yang tergolong Ululazmi tak bisa menyadarkannya. Bila para Nabi dan Rasul secara bergelombang berturut-turut menyadarkan Yahudi tak juga bisa menyadarkannya. 

Bila ketuhanan Firaun masih ingin melihat Tuhannya Musa dan Harun, sedangkan Yahudi meminta Allah swt untuk menampakan diri.

Bila kemusyrikan Quraisy masih menjadikan patung orang shaleh sebagai berhala, sedangkan Yahudi menjadikan patung anak sapi sebagai berhala. Siapakah yang bisa memperbaiki Yahudi?

Kisah Nabi Adam, Kesamaan Malaikat, Manusia dan Jin Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kapan ketidaktahuan malaikat terungkap? Saat Alla...

Kisah Nabi Adam, Kesamaan Malaikat, Manusia dan Jin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Kapan ketidaktahuan malaikat terungkap? Saat Allah swt hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Malaikat paham karakter manusia, tetapi tidak paham maksud dijadikannya sebagai khalifah.

Malaikat pun mengetahui sesuatu bila diajarkan oleh Allah swt. Malaikat yang dekat di sisi Allah swt pun ternyata tidak mengetahui apa pun, kecuali yang telah diajarkan oleh Allah swt.

Oleh sebab itu, ada fragmen Allah swt mengajarkan malaikat melalui perantara manusia, Adam. Malaikat bersegera bertasbih karena menjawab sesuatu yang tidak diajarkan Allah swt. Itulah sumber kesalahannya.

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah [2]:30)

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
(Al-Baqarah [2]:31)

Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:32)

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)


Syetan tergelincir kepada kedurhakaan, saat diperintahkan bersujud kepada Adam. Padahal, sudah sangat lama berinteraksi dengan penduduk langit. Pasalnya, ada dorongan kesombongan dan kedengkian yang sangat kuat pada manusia.

Kesombongan dan kedengkian, penghalang untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Penghalang akan kebangkitan, pertumbuhan dan hari esok yang lebih baik. Justru, semakin menghancurkan dirinya.

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)

Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini,  sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)


Manusia sangat mudah tergelincir dan jatuh pada kesalahan. Mudah khilaf, lalai dan lupa. Mudah terperdaya dan tertipu oleh hawa nafsu dan bisikan syetan. Kelebihannya, masih memiliki peluang untuk memperbaiki diri.

Bagaimana proses perbaikannya? Menerima kalimat Allah swt. Mentaati Allah swt. Tidak ada jalan selain itu. 

Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(Al-Baqarah [2]:36)

Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)

Jadi, malaikat pun hanya mengetahui sesuatu bila  diajarkan Allah swt. Syetan telah menjadi makhluk durhaka sepanjang masa. Manusia mudah tergelincir pada kesalahan. Semuanya memiliki kelemahan. Yang Maha Sempurna hanya Allah swt.

Sosok yang Tak Disebutkan Namanya dalam Kisah di Surat Al-Baqarah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ada dua sosok yang namanya tidak di...

Sosok yang Tak Disebutkan Namanya dalam Kisah di Surat Al-Baqarah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Ada dua sosok yang namanya tidak disebutkan oleh Al-Qur'an, walaupun kisahnya diabadikan dalam surat Al-Baqarah. Dua sosok itu terjadi di era antara Nabi Musa dan Isa.

Sosok itu tidak dikaitkan dengan kisah nabi tertentu, seperti sosok dalam kisah Nabi Musa di surat Al-Kahfi, tetapi dikaitkan dengan kisah Bani Israil. Beberapa ulama tafsir mencoba membongkar sosok ini.

Sosok ini dihadirkan saat Bani Israil hendak mengangkat pemimpin untuk melawan penindasan. 

Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, (yaitu) ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
(Al-Baqarah [2]:246)

Sosok ini dihadirkan saat ditemukan kota yang telah hancur, bagaimana membangunnya kembali?

Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah [2]:259)

Kedua sosok tak dikenal ini dihadirkan dalam suasana dan feagmen yang sama, yaitu saat sebuah bangsa hendak bangkit dari keterpurukan. Saat sebuah bangsa hendak membangun kembali negrinya yang hancur.

Bangkit dari kehancuran sesuatu yang pasti bisa dilakukan, bukan kemustahilan. Sebab, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebab, Allah Maha Luas kekuasaan dan rezeki-Nya, lagi Maha Mengetahui. Bukankah, Mekah yang kering dan tandus bisa menjadi kota?

Kebangkitan berada dalam genggaman yang serius berkarya, bukan yang menonjolkan namanya. Kebangkitan digores oleh para pahlawan tanpa nama dan tanpa tanda jasa

Juga, pembelajaran bagi generasi berikutnya, bahwa dikenal maupun tidak, sama saja.  Sebab, Allah Maha Mengetahui.

Sikap dan Kesimpulan Terhadap Seluruh Kisah di Surat Al-Baqarah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apa sikap mukmin terhadap kisah di s...

Sikap dan Kesimpulan Terhadap Seluruh Kisah di Surat Al-Baqarah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Apa sikap mukmin terhadap kisah di surat Al-Baqarah dan seluruh kisah di Al-Qur'an? Bagaimana agar mendapatkan keberkahan dan hidayah dari kisah-kisah tersebut?

Ada dua sikap. Yaitu, tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. Bukankah para Nabi dan Rasul seluruh menjadi makmum di Masjidil Aqsha, saat Nabi Muhammad saw mengimami shalat di Isra Mi'raj?

Juga, mendengar dan mentaati. Bukankah seluruh kisah para nabi dan rasul merupakan petunjuk dalam menghadapi ragam liku-liku kehidupan? Bukankah seluruh liku-liku kehidupan sudah diwakili oleh seluruh kisah para nabi dan rasul?

Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
(Al-Baqarah [2]:285)

Dari keseluruhan kisah-kisah tersebut, apa kesimpulan liku-liku hidupnya? Padahal setiap para nabi dan rasul menghadapi tantangan yang sangat berbeda? Semuanya dijelaskan di akhir surat Al-Baqarah.

Yaitu, Allah swt tidak membebani seseorang, kecuali sesuai kesanggupannya. Semua jerih payahnya dihadiahi pahala. Yang lalai dan lupa, dimaafkan. Segala marabahaya, akan dilindungi. Yang sulit dan berat, ditolong Allah swt. Itulah episode hidup para Nabi dan Rasul. Juga episode bagi yang beriman, yang mengikuti jejaknya.

Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”
(Al-Baqarah [2]:286)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (293) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (242) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (472) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (354) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (471) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (189) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (131) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (139) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)