basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Al-Qur'an

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan

Peradaban yang Berkelanjutan  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di surat Al-Fajr, tidak saja berkisah tentang peradaban yang hancur, te...

Peradaban yang Berkelanjutan 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di surat Al-Fajr, tidak saja berkisah tentang peradaban yang hancur, tetapi juga peradaban yang menentramkan. Peradaban yang menghadirkan surga di dunia, sebelum surga di akhirat.

Syarat peradaban itu dibangun dengan dua hal saja, ridha dengan peradaban yang dibangun sesuai bimbingan Allah swt. Peradaban yang mengokohkan seluruh manusia agar menjadi hamba Allah swt saja.

Berarti peradaban ini mengarahkan sains, teknologi, kekayaan dan kekuasaan untuk menggapai ridha Allah swt. Menjadi semuanya sebagai sarana mengokohkan deklarasi sebagai hamba-hamba-Nya.

Bila dasar, proses dan akhir peradaban adalah Allah swt, maka inilah peradaban yang abadi. Peradaban yang terus berkesinambungan hingga bertemu dengan Allah swt.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

Wahai jiwa yang tenang,
(Al-Fajr [89]:27)


ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai.
(Al-Fajr [89]:28)

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
(Al-Fajr [89]:29)

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

dan masuklah ke dalam surga-Ku!
(Al-Fajr [89]:30)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Salah Mengelola Kekayaan Berarti Salah Mengelola Peradaban Oleh: Nasrulloh Baksolahar Salah satu tanda ketakwaan. Salah satu tan...

Salah Mengelola Kekayaan Berarti Salah Mengelola Peradaban

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Salah satu tanda ketakwaan. Salah satu tanda kebahagiaan dan keberuntungan di akhirat adalah benar dalam mengelola harta.

Surat Al-Fajr menjelaskan kesalahan pengelolaan harta setelah menjelaskan kesalahan kaum terdahulu dalam mengelola peradabannya. Jadi, salah mengelola kekayaan berarti salah pengelolaan peradabannya. 

Kesalahan mendasar dalam mengelola kekayaan adalah kesuksesan, kemuliaan, kesenangan dan kehinaan, diukur dari besarnya kekayaan yang dimiliki. Mindset yang benar, semuanya adalah ujian. 

Ujian melahirkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Ujian mengharuskan kesinambungan pembelajaran. Ujian membimbing untuk selalu mencari dan menemukan bimbingan dan petunjuk yang benar.

Apa praktik yang salah dalam mengelola harta? Tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, memakan warisan dengan mencampurbaurkan yang halal dan haram.

Keberlanjutan kekayaan tergantung dari distribusi kekayaan. Bila kelompok masyarakat ini menggeliat, maka akan menggeliat pula perekonomian sebuah peradaban.

Kesalahan terparah dalam pengelolaan kekayaan adalah mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. Efeknya, harta itu sendiri menjadi tak memiliki nilai guna dan kemanfaatan. Harta menjadi  menganggur, tidak tumbuh dan berkembang.

Dianggap kekayaan bertambah, padahal terus menyusut. Hingga akhirnya muncul rasa penyesalan,  “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ

Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
(Al-Fajr [89]:15)

وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ

Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”
(Al-Fajr [89]:16)

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ

Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,
(Al-Fajr [89]:17)


وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ

tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
(Al-Fajr [89]:18)


وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ

memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),
(Al-Fajr [89]:19)

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ

dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
(Al-Fajr [89]:20)


كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ

Jangan sekali-kali begitu! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),
(Al-Fajr [89]:21)


وَّجَاۤءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ

Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris,
(Al-Fajr [89]:22)


يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”
(Al-Fajr [89]:24)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Umur Sebuah Peradaban  dalam Surat Al-Fajr  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah sains dan teknologi bisa menjamin kesenangan, kesu...

Umur Sebuah Peradaban  dalam Surat Al-Fajr 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah sains dan teknologi bisa menjamin kesenangan, kesuksesan dan kebahagiaan yang berkesinambungan? Apakah bila seluruh roda kehidupan dalam genggaman dan pengendalian total, bisa memastikan segala yang diraih akan abadi?

Dalam batasan tertentu, sains, teknologi, kekayaan, monopoli dan oligarki kekuasaan bisa meraih seluruh yang diinginkan. Seperti sebuah pohon, seberapa daya jangkau dahan, dan ranting  bisa memberikan keteduhan.

Bukankah tangan memiliki jangkauan tertentu? Bukankah mata dan telinga, memiliki jangkauan penglihatan dan pendengaran tertentu? Begitu pun sains, teknologi, harta dan kekuasaan, memiliki daya jangkauan tertentu pula.

Oleh karena, umur peradaban yang mengandalkan sains, teknologi, kekayaan dan kekuasaan, memiliki waktu yang terbatas. Seperti umur peradaban kaum Aad, Samud dan Firaun.

Umur peradaban kaum Aad sebatas usia bangunan tingginya. Umur peradaban kaum Samud, sebatas seberapa lama batu bisa menopang kehidupannya. Umur peradaban Firaun, sebatas umur kekuasaannya.

Bila dasar sebuah peradaban berasal dan diambil dari yang ada dibumi, maka sebatas itu pula umur peradabannya. Jadi, bagaimana melanggengkan peradaban?

Dasar peradaban yang abadi adalah pengawasan Allah swt. Semua proses dan karya berpondasi bahwa Allah swt yang mengawasinya. Peradaban dibangun untuk mentaati-Nya. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
(Al-Fajr [89]:6)
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
(Al-Fajr [89]:7)

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
(Al-Fajr [89]:8)

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.
(Al-Fajr [89]:9)

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
(Al-Fajr [89]:10)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
(Al-Fajr [89]:11)

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
(Al-Fajr [89]:12)

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr Oleh: Nasrulloh Baksolahar Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilal...

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilalui, dialami, dan dirasakan. Yang dilihat dan didengar. Perhatikankanlah perjalanan waktu. Salah satunya, fajar dan malam. Perhatikan alam semesta. Perhatikan pengelolaan waktu. Inilah dasar sains dan teknologi yang pertama.

Setelah itu, pelajari sejarah perjalanan manusia. Apa titik tekan yang dipelajari? Karya peradabannya. Al-Qur'an memberikan beberapa karya peradaban dari umat terdahulu. Inilah dasar sains dan teknologi yang kedua.

Bukankah sains dan teknologi sebelumnya bisa mengihami era sekarang? Bukankah semua karya manusia tidak sempurna, sehingga membutuhkan generasi yang menyempurnakannya?

Penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

Kaum Samud yang memotong batu-batu besar di lembah menjadi ragam peralatan, sarana prasarana, dan bangunan tinggi.

Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak bangunan yang besar. Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
lalu banyak berbuat kerusakan di  negerinya.

Lalu, untuk apa sains dan teknologi? Untuk apa membangun sebuah peradaban?  Bagaimana agar semuanya memberikan kemanfaatan? Bagaimana agar sebuah peradaban berkesinambungan ke generasi berikutnya? Bagaimana agar tidak terbawa pada jurang kehancuran?

Kuncinya, meyakini Allah swt mengawasi seluruh perjalanan manusia. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَالْفَجْرِۙ

Demi waktu fajar,
(Al-Fajr [89]:1)

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

demi malam yang sepuluh,
(Al-Fajr [89]:2)

وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ

demi yang genap dan yang ganjil,
(Al-Fajr [89]:3)

وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ

dan demi malam apabila berlalu.
(Al-Fajr [89]:4)

هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ

Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?
(Al-Fajr [89]:5)

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
(Al-Fajr [89]:6)
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
(Al-Fajr [89]:7)

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
(Al-Fajr [89]:8)

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.
(Al-Fajr [89]:9)

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
(Al-Fajr [89]:10)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
(Al-Fajr [89]:11)

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
(Al-Fajr [89]:12)

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ

maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?
(Al-Fajr [89]:13)


اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
(Al-Fajr [89]:14)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Cara Al-Qur'an Membawa Manusia Menginsafi Dirinya Sendiri  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bukalah lembaran surat-surat dalam Al-...

Cara Al-Qur'an Membawa Manusia Menginsafi Dirinya Sendiri 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bukalah lembaran surat-surat dalam Al-Qur'an di Juz 30. Perhatikan ayat-ayat awalnya. Cenderung memiliki pola yang sama di awal suratnya. Apa itu?

Diawali dengan memperhatikan alam semesta. Terutama apa yang ada di langit lalu menuju ke bumi. Puaskan memandang keindahannya. Munculkan rasa takjub padanya.

Mata akan terpuaskan dengan beragam pola bentuk dan warna yang tak terhingga. Telinga terpuaskan dengan suara-suara hingga tak bisa didefinisikan. Seluruh permukaan kulit dan rambut, merasakan sentuhan dan hempasan yang tak bisa diimajinasikan.

Allah swt telah menganugerahkan serpihan surga agar manusia rindu, terobsesi dan tak pernah mau terpisah dengan suasana ini. Allah swt telah hadir membersamai manusia. Hadirkah kesadaran ini?

Apakah muncul rasa ingin abadi menikmati suasana ini? Seperti keinginan keabadian Nabi Adam saat memakan buah khuldi?

Dalam suasana ini. Saat menikmati serpihan dan sentuhan surga ini, ayat-ayat surat-surat Al-Qur'an di juz 30 mengajak manusia untuk memperhatikan dirinya. Apa yang harus dilakukan agar semuanya abadi?

Barulah Al-Qur'an membawa manusia untuk memperhatikan dirinya, jiwanya, hatinya, akalnya, pengelolaan dirinya dan juga sejarah kemanusiaan.

Sangat lembut, ramah dan menyenangkan cara Al-Qur'an agar manusia memperhatikan dirinya agar senantiasa menginsafi akan keberadaannya di bumi.

Pemenuhan Kebutuhan Primer di Neraka? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bila memaparkan neraka, Al-Qur'an lebih banyak menjelaskan ...

Pemenuhan Kebutuhan Primer di Neraka?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bila memaparkan neraka, Al-Qur'an lebih banyak menjelaskan kebutuhan primer. Bila memaparkan surga, Al-Qur'an memaparkan ragam kesenangan dan keindahan yang jauh melampaui imajinasi manusia. Bukankah ini rentang yang sangat jauh?

Bila surga memaparkan kebutuhan primer pun, yang dijelaskan beragam fasilitas kemudahannya, bukan fisiknya. Namun di neraka, tetap terfokus dari fisiknya.

Minuman di neraka berasal dari sumber air yang panas. Bila sumber airnya saja sudah panas, suasananya dikepung oleh api yang panas, apakah akan ada kesejukan?

Bagaimana cara meminumnya? Apakah bisa menghilangkan dahaga?

Bagaimana dengan makanannya? Makan dari tumbuhan yang berduri. Daun berduri, batang yang berduri, pucuk yang berduri.

Bagaimana cara mengambilnya? Bagaimana mengigitnya? Bagaimana mengunyahnya? Bagaimana menelannya? Yang terjadi, bibir, mulut, lidah, tenggorokan, usus dan lambung, semuanya akan rusak.

Apakah makanan seperti ini mengemukakan? Apakah bisa menghilangkan rasa lapar?

Semua kebutuhan primer yang disediakan di surga tidak pernah mencapai apa yang diinginkan oleh manusia. Justru, menambah deritanya.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ

Sudahkah sampai kepadamu berita tentang al-Gāsyiyah (hari Kiamat yang menutupi kesadaran manusia dengan kedahsyatannya)?
(Al-Gāsyiyah [88]:1)

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ  ۙ

Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina
(Al-Gāsyiyah [88]:2)

عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ  ۙ

(karena) berusaha keras (menghindari azab neraka) lagi kepayahan (karena dibelenggu).
(Al-Gāsyiyah [88]:3)

تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً  ۙ

Mereka memasuki api (neraka) yang sangat panas.
(Al-Gāsyiyah [88]:4)

تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍ ۗ

(Mereka) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.
(Al-Gāsyiyah [88]:5)

لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ

Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,
(Al-Gāsyiyah [88]:6)

لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ

yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
(Al-Gāsyiyah [88]:7)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Pandangi Langit, Bangunlah Kesadaran seperti di Surat At-Thariq Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dalam kegelapan malam, langit tetap i...

Pandangi Langit, Bangunlah Kesadaran seperti di Surat At-Thariq

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dalam kegelapan malam, langit tetap indah, menawan dan mempesona. Salah satu penyebabnya, terlihat bintang yang bersinar tajam. Di siang hari, bintang seperti bersembunyi. Seakan menunggu waktu yang tepat untuk memperlihatkan keindahannya.

Di saat asyik menikmati keindahan bintang. Di saat malam semakin kelam dan dingin. Di saat manusia yang paling kuat dan hebat pun terbaring lemah karena mengantuk. Siapakah yang akan melindunginya di saat tidur?

Al-Qur'an mencoba mengetuk kesadaran manusia. Bahwa, setiap manusia ada penjaganya. Allah swt yang menjaga. Malaikat yang menjaga dari depan, belakang, dan samping. Dijaga dari bisikan hawa nafsu, syetan, dan segala yang membahayakan. 

Dalam kesadaran kelemahan fi saat tidur, Al-Qur'an menajamkan rasa kelemahan dan kuatnya penjagaan Allah, dengan memaparkan proses penciptaannya yang berasal dari air mani yang ditaruh di antara dua tulang. Ini bukti nyata yang telah Allah swt perbuatan kepada manusia.

Setelah berkisah tentang masa lalu yang lemah, namun tetap dilindungi Allah swt. Al-Qur'an menghentakan dengan sangat keras akan kesadaran kelemahan dan kebutuhan perlindunganmasa depannya. Yaitu, negri akhirat.

Saat manusia tak berdaya saat segala rahasia hidupnya dipaparkan. Seluruh anggota tubuh tak bisa membantahnya. Seluruh yang dimiliki dan kerabat tak bisa menolongnya. Di saat itu sangat dibutuh pertolongan juga. Hanya saja, bagaimana cara menggapai pertolongan-Nya?

Saat keresahan membahana. Allah swt mengajak manusia memperhatikan langit kembali. Tanah yang kering kerontang dan tandus. Siapakah yang bisa menyuburkan tanah kembali? Cukup menurunkan hujan dari langit. Semudah itu menolong manusia di muka bumi.

Jiwa yang kering kerontang, gersang, gelisah dan tak tahu arah, butuh siraman wahyu ilahi, yaitu Al-Qur'an. Yang memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Yang menunjukkan pada jalan yang lurus.

Al-Qur'an itu kepastian, hukum pasti, bukan senda gurau. Setiap mengikuti firman-Nya pasti sukses. Yang mendurhakai, pasti celaka.

Manusia lemah terhadap rencana jahat orang kafir yang memiliki seluruh kekuatan di muka bumi. Namun, tak perlu khawatir, sebab Allah swt yang akan membalas rencana jahat mereka.

Bila mereka masih bebas berkeliaran, karena Allah swt masih memberikan kesempatan, apakah mereka mau sadar?

Pandanglah langit. Bangunlah kesadaran yang telah dibimbing Allah swt seperti di surat At-Thariq.



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِۙ

Demi langit dan yang datang pada malam hari.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:1)

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الطَّارِقُۙ

Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?
(Aṭ-Ṭāriq [86]:2)

النَّجْمُ الثَّاقِبُۙ

(Itulah) bintang yang bersinar tajam.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:3)

اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌۗ

Setiap orang pasti ada penjaganya.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:4)

فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

Hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:5)

خُلِقَ مِنْ مَّاۤءٍ دَافِقٍۙ

Dia diciptakan dari air (mani) yang memancar,
(Aṭ-Ṭāriq [86]:6)

يَّخْرُجُ مِنْۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَاۤىِٕبِۗ

yang keluar dari antara tulang sulbi (punggung) dan tulang dada.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:7)

اِنَّهٗ عَلٰى رَجْعِهٖ لَقَادِرٌۗ

Sesungguhnya Dia (Allah) benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati)
(Aṭ-Ṭāriq [86]:8)

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَاۤىِٕرُۙ

pada hari ditampakkan segala rahasia.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:9)

فَمَا لَهٗ مِنْ قُوَّةٍ وَّلَا نَاصِرٍۗ

Maka, baginya (manusia) tidak ada lagi kekuatan dan tidak (pula) ada penolong.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:10)

وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الرَّجْعِۙ

Demi langit yang mengandung hujan
(Aṭ-Ṭāriq [86]:11)

وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِۙ

dan bumi yang memiliki rekahan (tempat tumbuhnya pepohonan),
(Aṭ-Ṭāriq [86]:12)

اِنَّهٗ لَقَوْلٌ فَصْلٌۙ

sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman pemisah (antara yang hak dan yang batil)
(Aṭ-Ṭāriq [86]:13)

وَّمَا هُوَ بِالْهَزْلِۗ

dan ia (Al-Qur’an) sama sekali bukan perkataan senda gurau.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:14)

اِنَّهُمْ يَكِيْدُوْنَ كَيْدًاۙ

Sesungguhnya mereka (orang kafir) melakukan tipu daya.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:15)

وَّاَكِيْدُ كَيْدًاۖ

Aku pun membalasnya dengan tipu daya.
(Aṭ-Ṭāriq [86]:16)


فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا ࣖ

Maka, tangguhkanlah orang-orang kafir itu. Biarkanlah mereka sejenak (bersenang-senang).
(Aṭ-Ṭāriq [86]:17)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Bersiaplah Menyaksikan Kebesaran dan Kekuasaan Allah swt Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Awal surat Al-Imran, Allah swt menjelaskan ...

Bersiaplah Menyaksikan Kebesaran dan Kekuasaan Allah swt

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Awal surat Al-Imran, Allah swt menjelaskan sifat-sifat-Nya. Seolah-olah tengah menyiapkan ragam paparan fakta sejarah yang ada di surat ini.

Istrinya Imran berharap anak yang lahir adalah lelaki, namun justru Allah swt menganugerahkannya perempuan. Maryam mendapatkan makanan langsung dari langit. Pasangan tua renta dan mandul ternyata masih bisa memiliki anak.

Maryam yang suci melahirkan putranya yang langsung bisa berbicara. Nabi Isa dianugerahkan beragam mukjizat yang tak biasa.

Di perang Uhud, bagaimana kemenangan berbalik menjadi kocar-kacir? Bagaimana kocar-kacir berubah menjadi kemenangan yang membuat Musyrikin Mekah tak berdaya?

Bila beriman kepada Allah swt. Bila meyakini Allah swt. Bila menazarkan hidup untuk Allah swt. Bila mentaati-Nya. Maka ragam keajaiban hidup akan siap untuk dijalani dan disaksikan. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 
الۤمّۤ

Alif Lām Mīm.
(Āli ‘Imrān [3]:1)


اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus (makhluk-Nya) secara terus-menerus.
(Āli ‘Imrān [3]:2)


نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ

Dia menurunkan kepadamu (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) dengan hak, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, serta telah menurunkan Taurat dan Injil
(Āli ‘Imrān [3]:3)


مِنْ قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَاَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ەۗ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ

sebelum (turunnya Al-Qur’an) sebagai petunjuk bagi manusia, dan menurunkan Al-Furqān (pembeda yang hak dan yang batil). Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, bagi mereka azab yang sangat keras. Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).
(Āli ‘Imrān [3]:4)


اِنَّ اللّٰهَ لَا يَخْفٰى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ

Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak pula di langit.
(Āli ‘Imrān [3]:5)


هُوَ الَّذِيْ يُصَوِّرُكُمْ فِى الْاَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاۤءُ ۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Dialah (Allah) yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Āli ‘Imrān [3]:6)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Meraih Kepuasan Sempurna  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ yang menginfakkan hart...

Meraih Kepuasan Sempurna 



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ

yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (diri dari sifat kikir dan tamak).
(Al-Lail [92]:18)


وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ

Tidak ada suatu nikmat pun yang diberikan seseorang kepadanya yang harus dibalas,
(Al-Lail [92]:19)


اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ

kecuali (dia memberikannya semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
(Al-Lail [92]:20)


وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ

Sungguh, kelak dia akan mendapatkan kepuasan (menerima balasan amalnya).
(Al-Lail [92]:21)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Sebab Jalan Bisnis Sulit  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَاَمَّا مَنْۢ بَخِلَ وَاسْتَغْنٰىۙ Adapun orang yang kikir ...

Sebab Jalan Bisnis Sulit 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَاَمَّا مَنْۢ بَخِلَ وَاسْتَغْنٰىۙ

Adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah)
(Al-Lail [92]:8)


وَكَذَّبَ بِالْحُسْنٰىۙ

serta mendustakan (balasan) yang terbaik,
(Al-Lail [92]:9)


فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْعُسْرٰىۗ

Kami akan memudahkannya menuju jalan kesengsaraan.
(Al-Lail [92]:10)


اِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدٰىۖ

Sesungguhnya Kamilah yang (berhak) memberi petunjuk.
(Al-Lail [92]:12)


وَاِنَّ لَنَا لَلْاٰخِرَةَ وَالْاُوْلٰىۗ

Sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia.
(Al-Lail [92]:13)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Agar Bisnis Dimudahkan Jalannya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  اِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتّٰىۗ sesungguhnya usahamu benar-...

Agar Bisnis Dimudahkan Jalannya


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتّٰىۗ

sesungguhnya usahamu benar-benar beraneka ragam.
(Al-Lail [92]:4)


فَاَمَّا مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰىۙ

Siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa
(Al-Lail [92]:5)


وَصَدَّقَ بِالْحُسْنٰىۙ

serta membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (surga),
(Al-Lail [92]:6)


فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰىۗ

Kami akan melapangkan baginya jalan kemudahan (kebahagiaan).
(Al-Lail [92]:7)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Tak Perlu Menghadirkan Para Nabi untuk Menyaksikan Kemukjizatan Materi  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Allah swt Maha Kuasa atas seg...

Tak Perlu Menghadirkan Para Nabi untuk Menyaksikan Kemukjizatan Materi 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah swt Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maka sangat mudah untuk menghadirkan Hari Kebangkitan.

Allah swt menampilkan Maha Kekuasaan-Nya di muka bumi. Apa yang paling mudah untuk dilihat dan dipikirkan? Apa yang paling keras menghadirkan kesadaran?

Alam Semesta adalah ayat-ayat kebesaran-Nya yang menakjubkan dan diliputi kemukjizatan. Tak perlu menghadirkan tongkat Nabi Musa.

Tak perlu menghadirkan para nabi dan rasul untuk melihat nyata kemukjizatan. Alam semesta adalah kemukijzatan materi yang mengepung manusia. 

Banyak yang ragu saat para nabi dan rasul membuktikan kenabiannya dengan bukti kemukjizatannya. Sekarang pun sama, tetap banyak yang ragu saat kemukjizatan fisik alam semesta mengepungnya.

Bukankah alam semesta tidak hanya dilihat? Tetapi dirasakan dan dinikmati kemanfaatannya? Bukankah seluruh panca indra dan komponen fisik manusia telah merasakan pelayanannya? Namun, kedustaan tetap hadir di setiap zaman dan generasi.

Bila meragukan hari kebangkitan, perhatikan kekuasaan Allah swt di bumi. Allah swt mengajak titik penting agar manusia tersadarkan. Titik-titik penting itu dihadirkan dalam awal Surat An-Naba.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَۚ

Tentang apakah mereka saling bertanya?
(An-Naba' [78]:1)


عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِۙ

Tentang berita yang besar (hari Kebangkitan)
(An-Naba' [78]:2)


الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَۗ

yang dalam hal itu mereka berselisih.
(An-Naba' [78]:3)


كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَۙ

Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
(An-Naba' [78]:4)


ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ

Sekali lagi, tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
(An-Naba' [78]:5)


اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ

Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan
(An-Naba' [78]:6)


وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ

dan gunung-gunung sebagai pasak?
(An-Naba' [78]:7)


وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًاۙ

Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan.
(An-Naba' [78]:8)


وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًاۙ

Kami menjadikan tidurmu untuk beristirahat.
(An-Naba' [78]:9)


وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًاۙ

Kami menjadikan malam sebagai pakaian.
(An-Naba' [78]:10)


وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۚ

Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.
(An-Naba' [78]:11)


وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ

Kami membangun tujuh (langit) yang kukuh di atasmu.
(An-Naba' [78]:12)


وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۖ

Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari).
(An-Naba' [78]:13)


وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًاۙ

Kami menurunkan dari awan air hujan yang tercurah dengan deras
(An-Naba' [78]:14)


لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ

agar Kami menumbuhkan dengannya biji-bijian, tanam-tanaman,
(An-Naba' [78]:15)


وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًاۗ

dan kebun-kebun yang rindang.
(An-Naba' [78]:16)

Keluarga dalam Surat Al-Baqarah Surat Al-Baqarah memaparkan aturan dalam berkeluarga, dari pernikahan, perceraian, penyusunan da...

Keluarga dalam Surat Al-Baqarah

Surat Al-Baqarah memaparkan aturan dalam berkeluarga, dari pernikahan, perceraian, penyusunan dan peminangan.  Mungkin ada yang bertanya, mengapa aturan berkeluarga disebutkan di akhir? Tidak di awal?

Membangun keluarga merupakan pekerjaan yang sangat berat sehingga butuh persiapan. Untuk itu ketaatan kepada Allah swt, takwa, shalat, shaum, dan haji adalah bentuk persiapan tersebut.

Berjuta aturan tidak akan sanggup meluruskan jiwa-jiwa yang cenderung menyimpang. Oleh karena itu, kebanyakan ayat yang berkaitan dengan keluarga diakhiri dengan takwa kepada Allah swt, mengingatkan tentang Ilmu Allah swt dan pengawasan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍۗ وَلَا تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ

Apabila kamu menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,69) tahanlah (rujuk) mereka dengan cara yang patut atau ceraikanlah mereka dengan cara yang patut (pula). Janganlah kamu menahan (rujuk) mereka untuk memberi kemudaratan sehingga kamu melampaui batas. Siapa yang melakukan demikian, dia sungguh telah menzalimi dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Baqarah [2]:231)

وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ اَنْ يَّنْكِحْنَ اَزْوَاجَهُنَّ اِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ ذٰلِكَ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكُمْ اَزْكٰى لَكُمْ وَاَطْهَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Apabila kamu (sudah) menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa idahnya, janganlah kamu menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon) suaminya70) apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang patut. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu dan lebih suci (bagi kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
(Al-Baqarah [2]:232)


۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ  لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:233)

وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:234)

وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:234)

وَاِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلَّآ اَنْ يَّعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۗ وَاَنْ تَعْفُوْٓا اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan maharnya, maka (bayarlah) separuh dari apa yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka atau pihak yang memiliki kewenangan nikah (suami atau wali) membebaskannya.74) Pembebasanmu itu lebih dekat pada ketakwaan. Janganlah melupakan kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:237)


وَلِلْمُطَلَّقٰتِ مَتَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِۗ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ

Bagi istri-istri yang diceraikan terdapat hak mut‘ah dengan cara yang patut. Demikian ini adalah ketentuan bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Baqarah [2]:241)


Pembingkaian aturan keluarga dengan ketakwaan mengajarkan kepada kita bahwa aturan akhlak dan aturan aktivitas dalam Islam selalu berkaitan.


Surat Al-Baqarah Sebagai Isyarat Kepemimpinan Surat Al-Baqarah merupakan surat yang komprehensif, mencakup hukum dan aturan Isla...

Surat Al-Baqarah Sebagai Isyarat Kepemimpinan


Surat Al-Baqarah merupakan surat yang komprehensif, mencakup hukum dan aturan Islam, maka dapat dipahami mengapa Rasulullah saw mengangkat seseorang yang hafal surat Al-Baqarah untuk menjadi pemimpin sebuah kaum.

Diharapkan dengan hafalannya, dia telah menguasai rambu-rambu manhaj yang komprehensif, menpresentasikan shirath mustaqim dalam Surat Al-Fatihah.

Manhaj aqidah terdapat dalam ayat Kursi, manhaj ibadah terdapat dalam ayat-ayat tentang shalat, shaum, dan haji.

Sedangkan manhaj muamalah (transaksi sesama manusia) terdapat dalam ayat-ayat infaq, dokumentasi hutang piutang, pengharaman riba, dan aturan perang, juga perkawinan.

Semuanya dibingkai dengan tiga pokok utama, yaitu ketaatan, kemandirian yang moderat dan ketakwaan. 


Alam Semesta dalam Surat An-Nisa  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ و...

Alam Semesta dalam Surat An-Nisa 



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا

Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, jika kamu kufur, maka sesungguhnya hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(An-Nisā' [4]:131)


وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا

Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemelihara.
(An-Nisā' [4]:132)


اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ اَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِاٰخَرِيْنَۗ  وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى ذٰلِكَ قَدِيْرًا

Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu semua wahai manusia, dan Dia datangkan (umat) yang lain (sebagai penggantimu). Allah Maha Kuasa berbuat demikian.
(An-Nisā' [4]:133)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Setan dalam Surat An-Nisa  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ...

Setan dalam Surat An-Nisa 



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا  اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kufur berperang di jalan tagut. Perangilah kawan-kawan setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.
(An-Nisā' [4]:76)


وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا

Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri (pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).
(An-Nisā' [4]:83)


لَّعَنَهُ اللّٰهُ ۘ وَقَالَ لَاَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًاۙ

Allah melaknatnya. Dia (setan) berkata, “Aku benar-benar akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu.
(An-Nisā' [4]:118)


وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ اٰذَانَ الْاَنْعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا

Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka, menyuruh mereka (untuk memotong telinga-telinga binatang ternaknya) hingga mereka benar-benar memotongnya,166) dan menyuruh mereka (mengubah ciptaan Allah) hingga benar-benar mengubahnya.” Siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita kerugian yang nyata.
(An-Nisā' [4]:119)


يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا

(Setan) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka.
(An-Nisā' [4]:120)


اُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۖ وَلَا يَجِدُوْنَ عَنْهَا مَحِيْصًا

Mereka (yang tertipu) itu tempatnya di (neraka) Jahanam dan tidak akan menemukan tempat (lain untuk) lari darinya.
(An-Nisā' [4]:121)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Perang di Surat An-Nisa (2) Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَ...

Perang di Surat An-Nisa (2)



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰىٓ اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًاۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖفَعِنْدَ اللّٰهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ۗ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, bertabayunlah (carilah kejelasan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(An-Nisā' [4]:94)


لَا يَسْتَوِى الْقٰعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجٰهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ  فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ

Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa uzur). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang terbaik (surga), (tetapi) Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar.
(An-Nisā' [4]:95)


لَا يَسْتَوِى الْقٰعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجٰهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ  فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ

Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa uzur). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang terbaik (surga), (tetapi) Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar.
(An-Nisā' [4]:95)


دَرَجٰتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَّرَحْمَةً ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ

(Yaitu,) beberapa derajat dari-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(An-Nisā' [4]:96)


اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى الْاَرْضِۗ  قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا ۗ فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًاۙ

Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi dirinya, mereka (malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di bumi (Makkah).” Mereka (malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di sana?” Maka, tempat mereka itu (neraka) Jahanam dan itu seburuk-buruk tempat kembali.
(An-Nisā' [4]:97)


اِلَّا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ حِيْلَةً وَّلَا يَهْتَدُوْنَ سَبِيْلًاۙ

Kecuali, mereka yang tertindas dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).
(An-Nisā' [4]:98)


فَاُولٰۤىِٕكَ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّعْفُوَ عَنْهُمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَفُوًّا غَفُوْرًا

Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
(An-Nisā' [4]:99)


۞ وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ

Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(An-Nisā' [4]:100)


وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِ ۖ اِنْ خِفْتُمْ اَنْ يَّفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ اِنَّ الْكٰفِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

Apabila kamu bepergian di bumi, maka tidak dosa bagimu untuk mengqasar salat jika kamu takut diserang orang-orang yang kufur. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(An-Nisā' [4]:101)



وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوْٓا اَسْلِحَتَهُمْ ۗ فَاِذَا سَجَدُوْا فَلْيَكُوْنُوْا مِنْ وَّرَاۤىِٕكُمْۖ  وَلْتَأْتِ طَاۤىِٕفَةٌ اُخْرٰى لَمْ يُصَلُّوْا فَلْيُصَلُّوْا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوْا حِذْرَهُمْ وَاَسْلِحَتَهُمْ ۚ وَدَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ تَغْفُلُوْنَ عَنْ اَسْلِحَتِكُمْ وَاَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيْلُوْنَ عَلَيْكُمْ مَّيْلَةً وَّاحِدَةً  ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ كَانَ بِكُمْ اَذًى مِّنْ مَّطَرٍ اَوْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَنْ تَضَعُوْٓا اَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوْا حِذْرَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ اَعَدَّ لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا

Apabila engkau (Nabi Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu dan dalam keadaan takut diserang), lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama mereka, hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) bersamamu dengan menyandang senjatanya. Apabila mereka (yang salat bersamamu) telah sujud (menyempurnakan satu rakaat), hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh). Lalu, hendaklah datang golongan lain yang belum salat agar mereka salat bersamamu dan hendaklah mereka bersiap siaga dengan menyandang senjatanya. Orang-orang yang kufur ingin agar kamu lengah terhadap senjata dan harta bendamu, lalu mereka menyerbumu secara tiba-tiba. Tidak ada dosa bagimu meletakkan senjata jika kamu mendapat suatu kesusahan, baik karena hujan maupun karena sakit dan bersiap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir.
(An-Nisā' [4]:102)



فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.
(An-Nisā' [4]:103)


وَلَا تَهِنُوْا فِى ابْتِغَاۤءِ الْقَوْمِ ۗ اِنْ تَكُوْنُوْا تَأْلَمُوْنَ فَاِنَّهُمْ يَأْلَمُوْنَ كَمَا تَأْلَمُوْنَ ۚوَتَرْجُوْنَ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا يَرْجُوْنَ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ࣖ

Janganlah kamu merasa lemah dalam mengejar kaum itu (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana yang kamu rasakan. (Bahkan) kamu dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(An-Nisā' [4]:104)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Perang di Surat An-Nisa Berperanglah. Bergelutlah dengan pertempuran hidup. Jangan hiraukan menang dan kalah. Buanglah literatur...

Perang di Surat An-Nisa


Berperanglah. Bergelutlah dengan pertempuran hidup. Jangan hiraukan menang dan kalah. Buanglah literatur sukses dan gagal. Sebab, semua pergulatan hidup akan mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya.

Menang dan sukses itu tidak penting. Kalah dan gagal itu tak menyakitkan. Bila buah pergulatan hidup itu ampunan, maaf dan rahmat-Nya. Apakah ada yang lebih berharga dari ini semua?


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوْا ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا

Wahai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama (serentak).
(An-Nisā' [4]:71)


وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّۚ فَاِنْ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالَ قَدْ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيَّ اِذْ لَمْ اَكُنْ مَّعَهُمْ شَهِيْدًا

Sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan pergi (ke medan pertempuran). Jika kamu ditimpa musibah, dia berkata, “Sungguh, Allah telah menganugerahkan nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka."
(An-Nisā' [4]:72)


وَلَىِٕنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَقُوْلَنَّ كَاَنْ لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Sungguh, jika kamu mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, “Aduhai, sekiranya aku dahulu bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula).”
(An-Nisā' [4]:73)


۞ فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah! Siapa yang berperang di jalan Allah dan gugur atau memperoleh kemenangan niscaya kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.
(An-Nisā' [4]:74)

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا

Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.”
(An-Nisā' [4]:75)


اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا  اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kufur berperang di jalan tagut. Perangilah kawan-kawan setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.
(An-Nisā' [4]:76)


اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ  لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), tegakkanlah salat, dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba segolongan mereka (munafik) takut kepada manusia (musuh) seperti ketakutan mereka kepada Allah, bahkan lebih takut daripada itu. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit, sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.”
(An-Nisā' [4]:77)


اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?
(An-Nisā' [4]:78)


مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا  ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

Kebaikan (nikmat) apa pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah, sedangkan keburukan (bencana) apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi.
(An-Nisā' [4]:79)


مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ

Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara159) mereka.
(An-Nisā' [4]:80)


وَيَقُوْلُوْنَ طَاعَةٌ  ۖ فَاِذَا بَرَزُوْا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِيْ تَقُوْلُ ۗ وَاللّٰهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُوْنَ ۚ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا

Mereka (orang-orang munafik) berkata, “(Kewajiban kami hanyalah) taat.” Akan tetapi, apabila mereka telah pergi darimu (Nabi Muhammad), sebagian mereka mengatur siasat pada malam hari (mengambil keputusan) berbeda dari yang telah mereka katakan. Allah mencatat siasat yang mereka atur pada malam hari itu. Berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung.
(An-Nisā' [4]:81)


اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an? Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.
(An-Nisā' [4]:82)


وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا

Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri (pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).
(An-Nisā' [4]:83)


فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ لَا تُكَلَّفُ اِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۗوَاللّٰهُ اَشَدُّ بَأْسًا وَّاَشَدُّ تَنْكِيْلًا

Maka, berperanglah engkau (Nabi Muhammad) di jalan Allah. Tidaklah engkau dibebani (tanggung jawab), kecuali (yang terkait) dengan dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat) orang-orang mukmin (untuk berperang). Semoga Allah menolak serangan orang-orang yang kufur itu. Allah sangat dahsyat kekuatan-Nya dan sangat keras siksaan-Nya.
(An-Nisā' [4]:84)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Harta di Surat Al-Baqarah, Al-Imran dan An-Nisa Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Allah swt menutup surat Al-Baqarah dengan ayat-ayat ...

Harta di Surat Al-Baqarah, Al-Imran dan An-Nisa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Allah swt menutup surat Al-Baqarah dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan pengelolaan harta. Menghadirkan pengelolaan harta di tengah surat Al-Imran. Mengawali pengelolaan harta di awal surat An-Nisa.

Menurut Amru Khalid dalam Khowathir Quraniyah, tema besar surat Al-Baqarah adalah kekhalifahan, maka mengelola harta merupakan salah satu tugas kekhalifahan. Untuk itu, titik tekan pengelolaan harta di surat Al-Baqarah adalah distribusi harta yang benar.

Tema besar surat Al-Imran adalah keteguhan dalam perjuangan. Keteguhan dalam pertempuran, perlawanan terhadap nafsu, dan kondisi yang tersulit, dibutuhkan pengelolaan harta yang baik.

Tema besar surat An-Nisa adalah keadilan terhadap mereka yang lemah. Yang kuat dan berkuasa sering kali menindas yang lemah dalam mengelola dan menyalurkan harta yang merupakan hak mereka yang lemah.

Untuk itulah Allah swt menutup persoalan pengelolaan harta di awal surat An-Nisa dengan mengancam mereka yang zalim. Juga, menghargai mereka yang adil.

Itu adalah batas-batas (ketentuan) Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Mereka) kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.
(An-Nisā' [4]:13)

Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar batas-batas ketentuan-Nya, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka. (Dia) kekal di dalamnya. Baginya azab yang menghinakan.
(An-Nisā' [4]:14)

Pengelolaan harta memang sangat dekat dengan surga dan nerakanya seseorang. Maka, ikutilah batas-batas ketentuan-Nya.

Mengelola Harta Milik Sendiri dan Orang Lain Oleh: Nasrulloh Baksolahar Surat Al-Baqarah dan Al-Imran mendidik Muslimin dalam me...

Mengelola Harta Milik Sendiri dan Orang Lain

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Surat Al-Baqarah dan Al-Imran mendidik Muslimin dalam mengelola harta pribadi. Tema besarnya, harta harus dikembangkan, harus mengalir dan berputar. Jangan mengendap dan menganggur.

Harta itu milik Allah swt, maka berinfaqlah dan jangan mengembangkan harta dengan kezaliman, contohnya melalui riba. Juga prioritas kepada siapa   harta didistribusikan.

Berinfaqlah dengan kesantunaan  dan kasih sayang. Jangan menyakiti dan mengungkit. Jangan pula ada riya. Bila seperti ini, maka kekayaannya seperti kebun, yang saat akan dipanen akan terbakar menjadi abu.

Surat Al-Imran menekankan pengelolaan harta di tengah jihad dan perjuangan. Oleh sebab itu, membahas hartanya disisipkan di tengah kisah pertempuran Badar dan Uhud.

Bagaimana mengelola harta milik orang lain? Apalagi pemiliknya dari kalangan yang lemah? Haknya para wanita dan anak yatim? Maka, bacalah surat An-Nisa.

Berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka. Janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.
(An-Nisā' [4]:2)

Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.
(An-Nisā' [4]:4)

Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
(An-Nisā' [4]:5)

Surat Al-Baqarah, Al-Imran dan An-Nisa, merupakan panduan lengkap dalam mengelola harta, baik milik pribadi maupun yang diamanahkan orang lain.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (354) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (249) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (521) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (403) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (478) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (214) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (217) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (142) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)