basmalah Pictures, Images and Photos
04/12/25 - Our Islamic Story

Choose your Language

Peradaban yang Berkelanjutan  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di surat Al-Fajr, tidak saja berkisah tentang peradaban yang hancur, te...

Peradaban yang Berkelanjutan 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di surat Al-Fajr, tidak saja berkisah tentang peradaban yang hancur, tetapi juga peradaban yang menentramkan. Peradaban yang menghadirkan surga di dunia, sebelum surga di akhirat.

Syarat peradaban itu dibangun dengan dua hal saja, ridha dengan peradaban yang dibangun sesuai bimbingan Allah swt. Peradaban yang mengokohkan seluruh manusia agar menjadi hamba Allah swt saja.

Berarti peradaban ini mengarahkan sains, teknologi, kekayaan dan kekuasaan untuk menggapai ridha Allah swt. Menjadi semuanya sebagai sarana mengokohkan deklarasi sebagai hamba-hamba-Nya.

Bila dasar, proses dan akhir peradaban adalah Allah swt, maka inilah peradaban yang abadi. Peradaban yang terus berkesinambungan hingga bertemu dengan Allah swt.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

Wahai jiwa yang tenang,
(Al-Fajr [89]:27)


ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai.
(Al-Fajr [89]:28)

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
(Al-Fajr [89]:29)

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

dan masuklah ke dalam surga-Ku!
(Al-Fajr [89]:30)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Salah Mengelola Kekayaan Berarti Salah Mengelola Peradaban Oleh: Nasrulloh Baksolahar Salah satu tanda ketakwaan. Salah satu tan...

Salah Mengelola Kekayaan Berarti Salah Mengelola Peradaban

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Salah satu tanda ketakwaan. Salah satu tanda kebahagiaan dan keberuntungan di akhirat adalah benar dalam mengelola harta.

Surat Al-Fajr menjelaskan kesalahan pengelolaan harta setelah menjelaskan kesalahan kaum terdahulu dalam mengelola peradabannya. Jadi, salah mengelola kekayaan berarti salah pengelolaan peradabannya. 

Kesalahan mendasar dalam mengelola kekayaan adalah kesuksesan, kemuliaan, kesenangan dan kehinaan, diukur dari besarnya kekayaan yang dimiliki. Mindset yang benar, semuanya adalah ujian. 

Ujian melahirkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Ujian mengharuskan kesinambungan pembelajaran. Ujian membimbing untuk selalu mencari dan menemukan bimbingan dan petunjuk yang benar.

Apa praktik yang salah dalam mengelola harta? Tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, memakan warisan dengan mencampurbaurkan yang halal dan haram.

Keberlanjutan kekayaan tergantung dari distribusi kekayaan. Bila kelompok masyarakat ini menggeliat, maka akan menggeliat pula perekonomian sebuah peradaban.

Kesalahan terparah dalam pengelolaan kekayaan adalah mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. Efeknya, harta itu sendiri menjadi tak memiliki nilai guna dan kemanfaatan. Harta menjadi  menganggur, tidak tumbuh dan berkembang.

Dianggap kekayaan bertambah, padahal terus menyusut. Hingga akhirnya muncul rasa penyesalan,  “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ

Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
(Al-Fajr [89]:15)

وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ

Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”
(Al-Fajr [89]:16)

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ

Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,
(Al-Fajr [89]:17)


وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ

tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
(Al-Fajr [89]:18)


وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ

memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),
(Al-Fajr [89]:19)

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ

dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
(Al-Fajr [89]:20)


كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ

Jangan sekali-kali begitu! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),
(Al-Fajr [89]:21)


وَّجَاۤءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ

Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris,
(Al-Fajr [89]:22)


يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”
(Al-Fajr [89]:24)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Umur Sebuah Peradaban  dalam Surat Al-Fajr  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah sains dan teknologi bisa menjamin kesenangan, kesu...

Umur Sebuah Peradaban  dalam Surat Al-Fajr 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah sains dan teknologi bisa menjamin kesenangan, kesuksesan dan kebahagiaan yang berkesinambungan? Apakah bila seluruh roda kehidupan dalam genggaman dan pengendalian total, bisa memastikan segala yang diraih akan abadi?

Dalam batasan tertentu, sains, teknologi, kekayaan, monopoli dan oligarki kekuasaan bisa meraih seluruh yang diinginkan. Seperti sebuah pohon, seberapa daya jangkau dahan, dan ranting  bisa memberikan keteduhan.

Bukankah tangan memiliki jangkauan tertentu? Bukankah mata dan telinga, memiliki jangkauan penglihatan dan pendengaran tertentu? Begitu pun sains, teknologi, harta dan kekuasaan, memiliki daya jangkauan tertentu pula.

Oleh karena, umur peradaban yang mengandalkan sains, teknologi, kekayaan dan kekuasaan, memiliki waktu yang terbatas. Seperti umur peradaban kaum Aad, Samud dan Firaun.

Umur peradaban kaum Aad sebatas usia bangunan tingginya. Umur peradaban kaum Samud, sebatas seberapa lama batu bisa menopang kehidupannya. Umur peradaban Firaun, sebatas umur kekuasaannya.

Bila dasar sebuah peradaban berasal dan diambil dari yang ada dibumi, maka sebatas itu pula umur peradabannya. Jadi, bagaimana melanggengkan peradaban?

Dasar peradaban yang abadi adalah pengawasan Allah swt. Semua proses dan karya berpondasi bahwa Allah swt yang mengawasinya. Peradaban dibangun untuk mentaati-Nya. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
(Al-Fajr [89]:6)
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
(Al-Fajr [89]:7)

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
(Al-Fajr [89]:8)

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.
(Al-Fajr [89]:9)

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
(Al-Fajr [89]:10)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
(Al-Fajr [89]:11)

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
(Al-Fajr [89]:12)

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr Oleh: Nasrulloh Baksolahar Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilal...

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilalui, dialami, dan dirasakan. Yang dilihat dan didengar. Perhatikankanlah perjalanan waktu. Salah satunya, fajar dan malam. Perhatikan alam semesta. Perhatikan pengelolaan waktu. Inilah dasar sains dan teknologi yang pertama.

Setelah itu, pelajari sejarah perjalanan manusia. Apa titik tekan yang dipelajari? Karya peradabannya. Al-Qur'an memberikan beberapa karya peradaban dari umat terdahulu. Inilah dasar sains dan teknologi yang kedua.

Bukankah sains dan teknologi sebelumnya bisa mengihami era sekarang? Bukankah semua karya manusia tidak sempurna, sehingga membutuhkan generasi yang menyempurnakannya?

Penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

Kaum Samud yang memotong batu-batu besar di lembah menjadi ragam peralatan, sarana prasarana, dan bangunan tinggi.

Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak bangunan yang besar. Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
lalu banyak berbuat kerusakan di  negerinya.

Lalu, untuk apa sains dan teknologi? Untuk apa membangun sebuah peradaban?  Bagaimana agar semuanya memberikan kemanfaatan? Bagaimana agar sebuah peradaban berkesinambungan ke generasi berikutnya? Bagaimana agar tidak terbawa pada jurang kehancuran?

Kuncinya, meyakini Allah swt mengawasi seluruh perjalanan manusia. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَالْفَجْرِۙ

Demi waktu fajar,
(Al-Fajr [89]:1)

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

demi malam yang sepuluh,
(Al-Fajr [89]:2)

وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ

demi yang genap dan yang ganjil,
(Al-Fajr [89]:3)

وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ

dan demi malam apabila berlalu.
(Al-Fajr [89]:4)

هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ

Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?
(Al-Fajr [89]:5)

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
(Al-Fajr [89]:6)
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
(Al-Fajr [89]:7)

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
(Al-Fajr [89]:8)

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.
(Al-Fajr [89]:9)

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
(Al-Fajr [89]:10)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
(Al-Fajr [89]:11)

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
(Al-Fajr [89]:12)

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ

maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?
(Al-Fajr [89]:13)


اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
(Al-Fajr [89]:14)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Cara Al-Qur'an Membawa Manusia Menginsafi Dirinya Sendiri  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bukalah lembaran surat-surat dalam Al-...

Cara Al-Qur'an Membawa Manusia Menginsafi Dirinya Sendiri 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bukalah lembaran surat-surat dalam Al-Qur'an di Juz 30. Perhatikan ayat-ayat awalnya. Cenderung memiliki pola yang sama di awal suratnya. Apa itu?

Diawali dengan memperhatikan alam semesta. Terutama apa yang ada di langit lalu menuju ke bumi. Puaskan memandang keindahannya. Munculkan rasa takjub padanya.

Mata akan terpuaskan dengan beragam pola bentuk dan warna yang tak terhingga. Telinga terpuaskan dengan suara-suara hingga tak bisa didefinisikan. Seluruh permukaan kulit dan rambut, merasakan sentuhan dan hempasan yang tak bisa diimajinasikan.

Allah swt telah menganugerahkan serpihan surga agar manusia rindu, terobsesi dan tak pernah mau terpisah dengan suasana ini. Allah swt telah hadir membersamai manusia. Hadirkah kesadaran ini?

Apakah muncul rasa ingin abadi menikmati suasana ini? Seperti keinginan keabadian Nabi Adam saat memakan buah khuldi?

Dalam suasana ini. Saat menikmati serpihan dan sentuhan surga ini, ayat-ayat surat-surat Al-Qur'an di juz 30 mengajak manusia untuk memperhatikan dirinya. Apa yang harus dilakukan agar semuanya abadi?

Barulah Al-Qur'an membawa manusia untuk memperhatikan dirinya, jiwanya, hatinya, akalnya, pengelolaan dirinya dan juga sejarah kemanusiaan.

Sangat lembut, ramah dan menyenangkan cara Al-Qur'an agar manusia memperhatikan dirinya agar senantiasa menginsafi akan keberadaannya di bumi.

Surat Asy-Syams, Cakrawala Tadabur dan Tafakur yang Sempurna Oleh: Nasrulloh Baksolahar Syekh Nawawi al-Bantani menulis kitab Ma...

Surat Asy-Syams, Cakrawala Tadabur dan Tafakur yang Sempurna

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Syekh Nawawi al-Bantani menulis kitab Maraqi al-'Ubudiyyah, yang merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali.

Kitab ini membahas tentang ibadah dan perjalanan rohani seorang hamba kepada Allah SWT. Syekh Nawawi menyelesaikan penulisan kitab ini pada malam Ahad, 13 Zulqaidah 1280 H/1872 M. 

Dalam kitab tersebut, dijelaskan bahwa barangsiapa yang mewiridkan surat As-Syam maka akan dianugerahi ilmu dan kecerdasan yang meliputi segala sesuatu. Mengapa bisa seperti itu?

Surat Asy-Syams dimulai agar manusia memperhatikan matahari dan waktu. Apa buah memperhatikan matahari dan waktu? Apa buah memperhatikan bulan? Apa buah memperhatikan siang dan malam? Apa buah memperhatikan langit dan bumi?  

Apakah ada komponen alam semesta yang tidak diperhatikan dari ayat ini? Apakah ada yang terlewatkan dan terabaikan? Semua yang dipandang oleh mata, harus ditafakuri oleh manusia.

Buahnya, bisa jadi sains dan teknologi. Bisa jadi sistem manajemen dan kepemimpinan. Bisa jadi filosofi hidup dan ideologi. Bisa jadi beragam terobosan yang memudahkan kehidupan.

Setelah terpuaskan dengan alam semesta, apa lagi yang harus diperhatikan? Yang terkadang luput dari pandangan mata? Dirinya sendiri. Apa saja yang harus diperhatikan? 

Jiwa dan penciptaannya. Ilham-ilham yang silih berganti memasuki relung jiwa manusia. Perhatikankanlah. Waspadalah. Sebab ada ilham takwa, juga kejahatan.

Bagaimana agar yang direspon, diikuti dan dijalankan adalah ilham takwa? Juga, mengabaikan ilham jahat? Bersihkan jiwa. Sucikanlah jiwa. Apakah sudah cukup?

Surat Asy-Syams diakhiri dengan  kisah kaum Tsamud. Kisah tentang pendustaan terhadap Nabi Shaleh, menelantarkan dan membunuh mukjizatnya. Apa akibatnya? Sebuah kehancuran total.

Maka, perhatikan sejarah peradaban manusia agar peradaban yang dibangun tidak menghancurkan dan membinasakan manusia. Perhatikan yang mengokohkan dan menghancurkan peradaban. Itulah kesempurnaan cakrawala berfikir manusia.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ

Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),
(Asy-Syams [91]:1)

وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ

demi bulan saat mengiringinya,
(Asy-Syams [91]:2)


وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ

demi siang saat menampakkannya,
(Asy-Syams [91]:3)

وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ

demi malam saat menutupinya (gelap gulita),
(Asy-Syams [91]:4)


وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ

demi langit serta pembuatannya,
(Asy-Syams [91]:5)

وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ

demi bumi serta penghamparannya,
(Asy-Syams [91]:6)


وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ

dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya,
(Asy-Syams [91]:7)


فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
(Asy-Syams [91]:8)

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)
(Asy-Syams [91]:9)


وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
(Asy-Syams [91]:10)

اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ

ketika orang yang paling celaka di antara mereka bangkit (untuk menyembelih unta betina Allah).
(Asy-Syams [91]:12)


فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ وَسُقْيٰهَاۗ

Rasul Allah (Saleh) lalu berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina Allah ini beserta minumannya.”
(Asy-Syams [91]:13)

فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ

Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).
(Asy-Syams [91]:14)

وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا ࣖ

Dia tidak takut terhadap akibatnya.
(Asy-Syams [91]:15)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Suasana Kejiwaan Tentara Penjajah Zionis Israel Oleh: Nasrulloh Baksolahar Mengapa seorang tentara mau bertempur hingga merelaka...

Suasana Kejiwaan Tentara Penjajah Zionis Israel

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Mengapa seorang tentara mau bertempur hingga merelakan nyawanya? Meninggalkan keluarga dan semua yang dimilikinya? Ada sesuatu kemuliaan yang dirindukannya.

Apakah tentara penjajah Zionis Israel masih memiliki rasa ini? Tentara yang protes atas keberlanjutan perang di Gaza karena tujuan perang bukan alasan keamanan negara, tetapi tujuan politik penguasa. Mereka bukan menjadi alat negara tetapi budak penguasa.

Di saat tentara penjajahnya terus berperang, bukankah semakin banyak jutawannya, para intelektual teknologi dan warga penjajah yang lari ke luar negri?Bukankah, sebuah kelompok masyarakat justru dibebaskan dari kewajiban perang berdasarkan undang-undang penguasa?

Bukankah tentara butuh dukungan dari rakyatnya?Bukankah tentara lahir dari rahim rakyatnya? Bila rakyatnya tak mendukung, tentara tak memiliki kekuatan apa pun. Bukankah, semakin banyak rakyat penjajah Zionis Israel yang tak mendukung perang?

Di tengah pertempuran, publik Amerika justru pandangan negatif terhadap penjajah dan Netanyahu terus meningkat. Gelombang protes dunia terus tak terbendung. Apakah perang seperti ini memiliki kebanggaan bagi tentara Zionis Israel?

Tentara Zionis Israel memang didukung penuh oleh penguasanya dengan infrastruktur militer dan bom-bom terbaru. Namun, apa artinya tanpa dukungan penuh rakyatnya? Yang tercermin dari gelombang protesnya?

Perang telah berjalan 18 bulan, namun target militernya tak pernah terrealisasi. Bukankah ini pukulan mental yang telak? Para sandera justru pulang karena gencatan senjata, bukan perang. Pejuang Palestina masih bisa menembakan roket untuk melawan. Oleh karena, ketidakpercayaan akan perang berdasarkan survei semakin meningkat.

Mengapa pejuang Palestina mampu terus bertahan? Apa target dari program genosida dan kelaparan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina? Untuk memisahkan pejuang perlawanan dengan rakyat Palestina. Saat target ini tidak tercapai, maka pejuang perlawanan Palestina tetap kokoh.

Perhatian kehancuran rezim Assad di Suriah, bukankah kekalahannya karena para tentaranya merasa hanya dijadikan alat rezim dan alat sekelompok suku bangsa saja? Pada sisi lain, penguasanya hidup dalam kemewahan? Sedangkan tentaranya harus mengorbankan nyawanya?

Para Rabi Mengambil Alih Kendali Tentara Israel, Bukan Para Jenderal 11 April 2025 pukul 10:38 Oleh Aziz Mustafa Di tengah gelom...

Para Rabi Mengambil Alih Kendali Tentara Israel, Bukan Para Jenderal

11 April 2025 pukul 10:38

Oleh Aziz Mustafa


Di tengah gelombang pengaruh agama yang meningkat di kalangan politik dan partai Israel — yang didorong oleh koalisi sayap kanan yang berkuasa — organisasi-organisasi berbasis Taurat Yahudi telah menjadi sumber sumbangan terbesar bagi tentara Israel di pangkalan-pangkalan militer. Sumbangan-sumbangan ini terutama terdiri dari teks-teks agama, termasuk Taurat dan Talmud, yang menyoroti semakin kuatnya arus keagamaan. Tren ini menegaskan bahwa pendistribusian buku-buku agama kepada tentara jauh dari praktik yang marjinal, meskipun ada tuduhan yang terus berlanjut bahwa tentara menekan tentaranya untuk menjalankan agama dan memprioritaskan nilai-nilai agama di atas prinsip-prinsip sipil yang secara tradisional dianut oleh orang-orang Yahudi.

Pada saat yang sama, tentara Israel menyaksikan fenomena yang berkembang: sejumlah besar perwira senior di Staf Umumnya mengenakan kippah, peci tradisional keagamaan yang dirajut. Statistik menunjukkan bahwa hampir 40 persen pemimpin militer senior sekarang mengenakannya, yang menunjukkan semakin luasnya pengaruh individu-individu religius dalam kepemimpinan militer. Hal ini tidak hanya mencerminkan pengaruh mereka yang semakin besar terhadap pengambilan keputusan militer di Israel, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang implikasinya terhadap meningkatnya agresi militer terhadap warga Palestina dan Arab.

Nama-nama yang diberikan Israel untuk agresinya di Gaza secara gamblang mencerminkan meningkatnya religiusitas di kalangan militer. Kadang-kadang, operasi dijuluki ' Pedang Besi ' (Charvot Barzel dalam bahasa Ibrani), sebuah nama yang berakar dari Alkitab yang dimaksudkan untuk memberikan legitimasi keagamaan dan aura sakral pada peperangan — mengingat prevalensi pedang dalam kitab suci Yahudi dan teks-teks kuno. Di waktu lain, itu diberi label Perang Kejadian, referensi langsung ke Kitab Kejadian, yang secara tradisional dibaca oleh orang Yahudi selama hari raya Simchat Torah, yang bertepatan dengan infiltrasi Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober. Nama-nama tersebut bertujuan untuk meyakinkan orang Israel bahwa ini adalah perang agama yang sakral.

Dari 81 operasi militer dan agresi yang dilakukan Israel terhadap Palestina dan Arab, sekitar sepertiganya diberi nama berdasarkan teks Alkitab dan konsep agama Yahudi. Bagi banyak prajurit, nama-nama ini menggambarkan pertempuran sebagai perang Tuhan melawan orang-orang non-Yahudi.

Transformasi ini tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa mengakui kebangkitan jenderal-jenderal religius di militer Israel. Dari tokoh-tokoh seperti Yaakov Amidror hingga Kepala Staf yang baru saja mengundurkan diri Herzi Halevi . Di antara mereka berdiri sekelompok perwira senior yang sedang naik daun yang telah menjadi kekuatan penting dalam Staf Umum. Jumlah mereka diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun mendatang, mendorong seorang pengamat untuk berkomentar bahwa Israel sedang mendekati titik di mana tentaranya tidak akan lagi disebut Pasukan Pertahanan Israel, melainkan Tentara Pertahanan Israel Religius atau Tentara Tuhan, karena tidak lagi mewakili semua segmen masyarakat Yahudi seperti yang terjadi ketika didirikan hampir delapan dekade lalu.

Penggerak utama pergeseran ini adalah pembentukan jaringan akademi militer keagamaan. Lembaga-lembaga ini menghasilkan generasi perwira baru yang termotivasi tidak hanya oleh aspirasi militer tetapi juga oleh semangat keagamaan untuk mencari peran tempur dalam ketentaraan. Meskipun orang-orang Yahudi yang religius hanya berjumlah 13 persen dari populasi Israel, mereka sekarang berjumlah 40 persen dari kadet yang memasuki kursus pelatihan perwira — naik dari 2,5 persen pada tahun 1990 dan 26 persen pada tahun 2008.

Peran rabi di ketentaraan juga telah meluas menyusul pembentukan divisi Kesadaran Yahudi, yang memberikan ceramah tentang Yudaisme dan pelajaran yang memadukan ajaran agama dengan etika militer. Sesi-sesi ini sering kali mengusung agenda ideologis keagamaan sayap kanan, yang memicu kritik di kalangan pemimpin ketentaraan. Beberapa orang telah memperingatkan bahwa fenomena ini dapat menyebabkan para prajurit mempertanyakan apakah akan mematuhi komandan atau rabi mereka, terutama karena perilaku tertentu menjadi lebih umum — seperti menerima Taurat di samping senapan mereka saat mendaftar.
Tentara yang ikut serta dalam agresi Gaza baru-baru ini melaporkan bahwa para rabi membagikan buku-buku agama dan selendang doa, sambil membandingkan perang ini dengan perjuangan orang-orang Yahudi dalam Alkitab.

Mereka menekankan karakter Simson dan pertempurannya melawan orang Filistin, mendesak para prajurit untuk meniru dia dalam "perang suci" mereka. Beberapa rabi bahkan mengklaim bahwa perang ini sedang menulis bab baru dalam Alkitab, dan banyak dari keputusan mereka yang haus darah telah diteruskan kepada para prajurit, yang dilaporkan menerapkannya dalam agresi mereka terhadap orang Palestina.

Banyak entitas politik dan hukum Israel telah memperhatikan pergeseran bertahap tentara ke arah peningkatan religiusitas dan indoktrinasi ideologis, yang ditandai dengan upaya berkelanjutan untuk memperkuat karakter religiusnya. Ini termasuk mendorong tentara untuk lebih terlibat dalam doa dan ritual keagamaan dengan mengorbankan instruksi militer konvensional. Tren ini, sebagian, merupakan respons terhadap kegagalan sistem pendidikan yang dianggap gagal menanamkan nilai-nilai universal manusia dan Yahudi.

Meskipun demikian, kekhawatiran yang berkembang muncul di Israel atas implikasi jangka panjang dari tren ini bagi masa depan militer, kohesinya, dan sumber otoritas yang akhirnya diakui oleh para prajuritnya. Dalam realitas yang terus berkembang ini, setiap prajurit religius mungkin memandang otoritas rabbinikal sebagai titik referensi utama mereka — khususnya di saat krisis atau ketika dihadapkan dengan perintah militer yang, menurut beberapa rabbi, bertentangan dengan ajaran Taurat. Dalam kasus seperti itu, beberapa mungkin memilih untuk mengikuti keputusan rabbinikal daripada arahan militer resmi. Ketika religiusitas semakin mendalam di dalam jajaran, kemungkinan meningkat bahwa tentara mungkin tidak dapat — atau tidak mau — untuk melaksanakan keputusan politik yang kritis, seperti evakuasi permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, karena takut bahwa para prajurit akan menentang perintah tersebut berdasarkan bimbingan agama.



Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan belum tentu mencerminkan kebijakan editorial Middle East Monitor.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (354) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (249) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (521) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (403) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (478) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (214) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (217) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (142) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)