Karakter yang Berkhidmat pada Baitul Maqdis
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Najmuddin Ayyub memiliki obsesi, bila memiliki anak, maka anaknya menjadi pembebas Baitul Maqdis. Maka, Allah SWT menjodohkannya dengan wanita yang memiliki obsesi yang sama. Dari mereka, lahirlah Shalahuddin Al-Ayubi, sang pembebas Baitul Maqdis dari tangan Tentara Salib.
Jauh sebelum itu, di sekitar Baitul Maqdis, seorang ibu tengah mengandung. Sang ibu pun memiliki obsesi luar biasa. Kelak, anak yang dilahirkan dinazarkan untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis.
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Āli ‘Imrān [3]:35)
Masduha dalam bukunya Al-Alfaazh menjelaskan, berkhidmat dalam bahasa Arabnya, "Al-Muharrar". Maknanya, dikhususkan hanya untuk beribadah dan membaktikan dirinya untuk Allah SWT, tanpa menyibukkan dirinya dengan yang lain.
Menurut Sayid Qutb dalam Fizilalil Al-Qur'an, nazarnya Istri Imran terungkap dari hati yang dipenuhi dengan iman. Ketulusan mutlak yang diungkapkan dengan kata khidmat, "Taharrur", merupakan ungkapan yang mengesankan.
Karena, tidak seseorang itu taharrur, yang merdeka, yang sebenarnya kecuali orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah swt secara total, berlari kepada Allah swt secara total, dan melepaskan diri dari semua ubudiyah kepada seseorang, sesuatu pun, dan tata nilai apa pun.
Tidaklah seseorang itu taharrur 'merdeka penuh' kalau masih tunduk pada seseorang selain Allah swt, baik yang berkenaan dengan dirinya, maupun peraturan, tata nilai, undang-undang, dan syariat yang mengatur kehidupan ini.
Tidaklah seseorang itu taharrur kalau di dalam hatinya masih ada ketergantungan, pengharapan, pengabdian kepada selain Allah swt.
Ketika Islam datang membawa tauhid, maka datanglah ia dengan membawa gambaran yang unik bagi kemerdekaan yang sebenarnya di alam manusia.
Mereka yang membebaskan Baitul Maqdis harus mengikuti jejak pendahulunya. Mereka yang membebaskan Baitul Maqdis dari cengkraman penjajah Zionis Israel harus memiliki karakter yang sama dengan para pengkhidmat sebelumnya.
Shalahuddin Al-Ayubi telah menghabiskan seluruh hartanya. Telah mengerahkan seluruh sanak saudaranya untuk membebaskan bumi Palestina. Sehingga tak ada yang tersisa lagi. Itulah makna berkhidmat pada Baitul Maqdis bagi Shalahuddin Al-Ayubi. Seperti juga Istrinya Imran, yang menazarkan satu-satunya yang paling berharga yang dimilikinya.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif