Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, Kemampuan Esensi Para Pemimpin
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah merupakan legitimasi dari Allah swt bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah swt di muka bumi. Wakil-Nya agar alam semesta dikelola sesuai dengan kehendak-Nya.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah [2]:30)
Agar bisa mengelola sesuai kehendak Allah swt. Allah swt langsung turun tangan mendidik para pemimpin. Allah swt mengajarkan nama-nama benda di alam semesta kepada Nabi Adam.
Nabi Adam pun merespon dan bersemangat untuk belajar sehingga mampu memperlihatkan hasil pembelajaran kepada para malaikat.
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
(Al-Baqarah [2]:31)
Nabi Adam melampaui keilmuan malaikat. Nabi Adam memang belajar untuk mengelola bumi yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Allah swt mengajarkan kepada makhluk-Nya sesuai dengan perannya.
Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:32)
Bukan hanya belajar, Nabi Adam berhasil menyerap ilmu dengan baik, hingga mendapatkan ijazah dan sertifikasi bahwa Nabi Adam sudah kompatibel untuk mengelola alam semesta.
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)
Apakah hanya ilmu? Bagaimana mengelola hati, jiwa dan perasaannya? Bagaimana mengelola yang berkecamuk di dalam dirinya sendiri?
Bagaimana bila kesenangan itu datang? Bagaimana bila mendapatkan tantangan dari lingkaran internal dirinya sendiri? Bagaimana bila ada bisikan dari yang dicintai dirinya sendiri dan kalangan terdekatnya?
Apakah yang masih konsisten dengan perannya sebagai wakil Allah swt di muka bumi? Bekalnya harus tuntas. Sebab, persoalan esensi seorang pemimpin adalah dirinya sendiri. Bukankah dia makhluk tertinggi yang berpotensi hanya mendengarkan egonya sendiri? Bukankah makhluk yang lain hanya melayani?
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)
Apakah pemimpin bisa melakukan semaunya, sekehendaknya? Harus ada pembatasan ego, wewenang dan kekuasaan, agar tidak terperosok pada kezaliman dan melampaui batas.
Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)
Bila akhirnya jatuh dan tersungkur, apa akibatnya? Bagaimana agar bisa bangkit kembali? Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki? Apakah bersembunyi dan berdiam diri karena malu?
Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(Al-Baqarah [2]:36)
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)
Kejatuhan, kegagalan dan keterpurukan justru jadi penyempurna bekal kepemimpinan. Belajar seluruh liku-liku kehidupan. Bersiap memasuki era baru. Setelah jatuh, barulah Nabi Adam dinobatkan sebagai sang khalifah Allah di muka bumi.
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
(Al-Baqarah [2]:38)
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif