Suasana Kejiwaan Tentara Penjajah Zionis Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mengapa seorang tentara mau bertempur hingga merelakan nyawanya? Meninggalkan keluarga dan semua yang dimilikinya? Ada sesuatu kemuliaan yang dirindukannya.
Apakah tentara penjajah Zionis Israel masih memiliki rasa ini? Tentara yang protes atas keberlanjutan perang di Gaza karena tujuan perang bukan alasan keamanan negara, tetapi tujuan politik penguasa. Mereka bukan menjadi alat negara tetapi budak penguasa.
Di saat tentara penjajahnya terus berperang, bukankah semakin banyak jutawannya, para intelektual teknologi dan warga penjajah yang lari ke luar negri?Bukankah, sebuah kelompok masyarakat justru dibebaskan dari kewajiban perang berdasarkan undang-undang penguasa?
Bukankah tentara butuh dukungan dari rakyatnya?Bukankah tentara lahir dari rahim rakyatnya? Bila rakyatnya tak mendukung, tentara tak memiliki kekuatan apa pun. Bukankah, semakin banyak rakyat penjajah Zionis Israel yang tak mendukung perang?
Di tengah pertempuran, publik Amerika justru pandangan negatif terhadap penjajah dan Netanyahu terus meningkat. Gelombang protes dunia terus tak terbendung. Apakah perang seperti ini memiliki kebanggaan bagi tentara Zionis Israel?
Tentara Zionis Israel memang didukung penuh oleh penguasanya dengan infrastruktur militer dan bom-bom terbaru. Namun, apa artinya tanpa dukungan penuh rakyatnya? Yang tercermin dari gelombang protesnya?
Perang telah berjalan 18 bulan, namun target militernya tak pernah terrealisasi. Bukankah ini pukulan mental yang telak? Para sandera justru pulang karena gencatan senjata, bukan perang. Pejuang Palestina masih bisa menembakan roket untuk melawan. Oleh karena, ketidakpercayaan akan perang berdasarkan survei semakin meningkat.
Mengapa pejuang Palestina mampu terus bertahan? Apa target dari program genosida dan kelaparan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina? Untuk memisahkan pejuang perlawanan dengan rakyat Palestina. Saat target ini tidak tercapai, maka pejuang perlawanan Palestina tetap kokoh.
Perhatian kehancuran rezim Assad di Suriah, bukankah kekalahannya karena para tentaranya merasa hanya dijadikan alat rezim dan alat sekelompok suku bangsa saja? Pada sisi lain, penguasanya hidup dalam kemewahan? Sedangkan tentaranya harus mengorbankan nyawanya?
0 komentar: