Salah Mengelola Kekayaan Berarti Salah Mengelola Peradaban
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Salah satu tanda ketakwaan. Salah satu tanda kebahagiaan dan keberuntungan di akhirat adalah benar dalam mengelola harta.
Surat Al-Fajr menjelaskan kesalahan pengelolaan harta setelah menjelaskan kesalahan kaum terdahulu dalam mengelola peradabannya. Jadi, salah mengelola kekayaan berarti salah pengelolaan peradabannya.
Kesalahan mendasar dalam mengelola kekayaan adalah kesuksesan, kemuliaan, kesenangan dan kehinaan, diukur dari besarnya kekayaan yang dimiliki. Mindset yang benar, semuanya adalah ujian.
Ujian melahirkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Ujian mengharuskan kesinambungan pembelajaran. Ujian membimbing untuk selalu mencari dan menemukan bimbingan dan petunjuk yang benar.
Apa praktik yang salah dalam mengelola harta? Tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, memakan warisan dengan mencampurbaurkan yang halal dan haram.
Keberlanjutan kekayaan tergantung dari distribusi kekayaan. Bila kelompok masyarakat ini menggeliat, maka akan menggeliat pula perekonomian sebuah peradaban.
Kesalahan terparah dalam pengelolaan kekayaan adalah mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. Efeknya, harta itu sendiri menjadi tak memiliki nilai guna dan kemanfaatan. Harta menjadi menganggur, tidak tumbuh dan berkembang.
Dianggap kekayaan bertambah, padahal terus menyusut. Hingga akhirnya muncul rasa penyesalan, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ
Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
(Al-Fajr [89]:15)
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ
Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”
(Al-Fajr [89]:16)
كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ
Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,
(Al-Fajr [89]:17)
وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ
tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
(Al-Fajr [89]:18)
وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ
memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),
(Al-Fajr [89]:19)
وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ
dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.
(Al-Fajr [89]:20)
كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ
Jangan sekali-kali begitu! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),
(Al-Fajr [89]:21)
وَّجَاۤءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ
Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris,
(Al-Fajr [89]:22)
يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ
Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”
(Al-Fajr [89]:24)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag
0 komentar: