Runtuhnya Uni Soviet, Membayangi Penjajah Zionis Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bila banyak negara hancur karena agresi oleh militer bangsa lain, namun ada juga negara yang hancur karena mengagresi negara lain. Salah satunya, Uni Soviet. Mengapa bisa hancur?
Perang di Afghanistan yang dialami Uni Soviet (1979-1989) menjadi salah satu faktor penting yang berkontribusi pada runtuhnya Uni Soviet. Beban ekonomi yang berat karena perang di Afghanistan sangat mahal, baik dari segi biaya militer maupun kerugian akibat sanksi internasional.
Ketegangan sosial, perang tersebut memicu protes dan ketidakpuasan di kalangan tentara dan masyarakat sipil, yang merasa bahwa perang tersebut tidak memberikan manfaat bagi mereka.
Kekuatan militer, kekalahan Uni Soviet dalam perang Afghanistan memperlihatkan kelemahan militer. Pemicu reformasi, kekalahan dalam perang Afghanistan mendorong pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, untuk melakukan reformasi ekonomi dan politik (Perestroika dan Glasnost) yang pada akhirnya memicu runtuhnya Uni Soviet. Bukankah ini tengah terjadi di penjajah Zionis Israel?
Bukankah agresi bumihangus Gaza telah membebani anggaran yang cukup besar dan ekonomi yang berat? Bukankah menimbulkan gejolak internal politik dan militer? Yang menyebabkan mundurnya banyak petinggi militer, saling serang antara politisi dan lembaga negara.
Bukankah rakyat pun terus mendesak Netanyahu mundur karena beragam kasus korupsi, tidak bisa menyelamatkan sandera? Bukankah para analis militer dan mantan jendranya mengatakan bahwa penjajah yang mengalami kekalahan?
Fakta terakhir, bukankah rezim Assad di Suriah telah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan penjajah Zionis Israel di Gaza, justru yang hancur? Inilah sejumlah fakta bahwa yang mengagresi dan mengenosida justru yang hancur.
Apakah setelah kehancuran penjajah Zionis Israel akan bisa lagi bangkit seperti Uni Soviet yang berubah menjadi Rusia? Nubuwah Rasulullah saw, inilah akhir yang tak ada kebangkitannya lagi.
0 komentar: