Menyimpulkan 4.000 Hadist dalam 4 Hal
Salah seorang tokoh tasawuf yang masyhur dalam sejarah Islam adalah Imam Syaqiq al-Balkhi. Secara nasab, sufi tersebut sesungguhnya adalah anak seorang hartawan. Alih-alih terjun dalam kesibukan berdagang dan meraih keuntungan materi, ia pada masa dewasanya memilih jalan salik.
Kecenderungannya pada tasawuf bermula dari ekspedisi niaga yang ditempuhnya. Saat masih berusia muda, Syaqiq al-Balkhi melakukan perjalanan menuju ke Anatolia (Turki). Sebelum sampai ke kota tujuan berbisnis, ia terlebih dahulu singgah di sebuah daerah di Syam.
Syaqiq lalu menghampiri seorang dari mereka dan berkata, "Untuk apa kamu bersujud di berhala? Padahal, semua manusia diciptakan oleh Zat Yang Mahahidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa."
Melihat si pendeta hanya diam, Syaqiq melanjutkan perkataannya.
"Sembahlah Allah. Jangan menyembah patung-patung yang tidak memberikan manfaat ataupun mudarat padamu!"
Akhirnya, si pendeta menjawabnya dengan tenang, "Kalau benar bahwa Tuhan yang engkau sebut itu Mahakuasa, memberikan rezeki dan sebagainya kepadamu, mengapa engkau ada di negeri kami sekarang? Apakah Tuhanmu tidak menjamin rezeki bagimu di negerimu sendiri?"
Mendengar jawaban itu, Syaqiq terkejut. Saat melangkah keluar dari kuil tersebut, jantungnya seperti terguncang.
Baru kali ini ia menyadari, bahwa dirinya terlalu mengejar dunia. Lalai dari mengingat Allah.
Sejak saat itu, Syaqiq berupaya zuhud terhadap dunia. Ia mulai menyelami dunia tasawuf seutuhnya.
Syaqiq Al-Balkhi juga mengarungi dunia hadist. Dia mempelajari 4.000 hadist. Dari 4.000 hadist dia pilih 400 hadist, lalu dipilih 40 hadist, lalu disimpulkan 4 masalah, yaitu:
1. Jangan mengikatkan hati kepada perempuan. Karena hari ini untukmu dan esok hari untuk orang lain. Apabila patuh pada perempuan maka ia akan memasukkan ke neraka.
2. Jangan mengikatkan hati pada harta. Niscaya, akan menghalangi untuk menunaikan kewajiban kepada Allah swt, takut miskin dan menuruti setan.
3. Tinggalkan apa yang ragu dalam hati, karena hati yang beriman akan merasa bimbang dalam hal yang syubhat, lari dari yang haram dan tenang dalam hal yang halal
4. Jangan berbuat sesuatu, sebelum mengerti benar bagaimana menjawabnya jika kelak ditanya oleh Allah swt.
Sumber:
https://khazanah.republika.co.id/berita/sp6j9h458/perjalanan-sufi-syaqiq-albalkhi-part2
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani
0 komentar: