Mengelola Amal yang Riya
Abu Bakar Al-Wasithi merupakan sahabat dari sufi termashur yaitu Junaid Al-Baghdadi dan Ahmad An-Nuri. Nama populernya Ibnu Al-Furghani. Beliau hidup di abad ke-4 Hijriah, dan wafat pada tahun 320 Hijriah.
Kisah hidupnya yang sering dikisahkan adalah saat ia pergi melaut, lalu perahunya pecah.
Ia bertahan bersama istriya di atas sebuah papan, lalu disitu istrinya melahirkan dan sangat kehausan.
Ia mendongkak ke atas, ternyata ada seorang laki-laki duduk di atas angin sambil memegang seikat emas berisi cawan dari yaqut.
Laki-laki itu berkata, "Minumlah!" Maka mereka berdua minum.
Al Washithi berkata, "Kemudian aku bertanya, siapakah engkau?"
Ia menjawab, "Aku adalah hamba dari Tuanmu."
Aku bertanya, "Bagaimana engkau bisa mencapai keadaan ini?"
Ia menjawab, "Dengan meninggalkan hawa nafsu untuk meraih ridha-Nya, hingga Dia mendudukanku di atas permadani seperti yang kau lihat ini." Kemudian laki-laki itu menghilang.
Salah satu wejangannya yang diabadikan dalam kitab Tanbihul Ghafilin;
"Menjaga ibadah itu lebih sulit daripada mengerjakannya. Karena, ibadah itu seperti kaca yang mudah pecah. Dan, tidak bisa ditambal.
Demikian juga amal, bila sudah tersentuh riya maka akan pecah. Bila tersentuh ujub, akan pecah pula.
Apabila seseorang hendak beramal dan khawatir akan adanya riya, bila bisa hendaknya menghilangkan riya dari hatinya.
Namun, bila tidak mungkin, tetaplah mengerjakannya meskipun ada perasaan riya. Kemudian, memohon ampunan kepada Allah swt atas perasaan riya itu.
Tujuannya, agar Allah swt memberikan pertolongan untuk ikhlas pada amal berikutnya."
Sumber:
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani
0 komentar: