Krisis Tentara IDF yang Mau Bertempur di Gaza?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu pada Jumat (12/4) mengancam akan “memecat secara langsung” para personel militer yang menandatangani surat tuntutan penghentian perang demi pembebasan tawanan “Israel” di Gaza.
Ancaman ini dilakukan setelah 8.200 prajurit intelijen, 970 angkatan udara, dan 150 angkatan laut, secara bergelombang meminta penghentian perang. Sebelumnya, banyak tentara daratnya yang menolak kembali untuk berperang.
Tidak saja dari militer, rakyat pendukung pembebasan sandera meminta penghentian perang. Pada sisi lain, masyarakat pendukung perang, sangat marah kepada pemerintah karena kelompok Haredim, Yahudi Ultra-Ortodoks, dibebaskan dari kewajiban berperang. Apa dampaknya bagi penjajah?
Dalam sejarah perang, para desersi atau mereka yang lari dari perang, merupakan dosa besar dalam kemiliteran. Pasukan Romawi dan Persia dikalahkan oleh Muslimin dalam sejumlah medan karena saat sedikit saja terdesak, sejumlah tentaranya langsung lari dari medan pertempuran.
Mengapa Muslimin bisa bangkit kembali di perang Uhud dan Hunain? Karena mereka yang berlarian dari medan pertempuran, kembali lagi berperang untuk mengikuti seruan Rasulullah saw.
Sejumlah pengamat militer menjelaskan bahwa titik kritis penjajah Zionis Israel dalam medan pertempuran, bukan dari kekurangan senjatanya, tetapi karena kekurangan rakyatnya yang mau bertempur.
Oleh sebab itu, keberhasilan pejuang Palestina merekrut puluhan ribu pejuang baru dan kegagalan penjajah Zionis Israel mendorong rakyat menjadi tentara menjadi berita dan ketakutan besar bagi penjajah dan Amerika.
Bila prajuritnya dipecat, bila kelompok anti perang semakin banyak, bila yang meninggalkan wilayah pendudukan terus bertambah dan enggan kembali, bila yang mendukung perang marah kepada pemerintah karena mendukung kelompok Haredim boleh tidak ikut berperang, bagaimana kondisi prajuritnya?
Prajurit yang berperang pun akan bermasalah dari sisi mental? Mengapa harus mereka saja yang berperang?
Lihatlah komposisi prajurit yang meminta penghentian perang, bukankah yang terbanyak dari angkatan udara? Bukankah angkatan udaranya menjadi tulang punggung militer penjajah? Bukankah makin banyak tentara cadangannya yang menolak bertugas?
Seperti penjajah Israel memasuki krisis baru, bukan saja krisis ekonomi tetapi juga krisis prajuritnya yang May berperang.
0 komentar: