Saat Senang dan Berharta di Surat Al-Baqarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Waspadalah saat diliputi kesenangan. Sebab sangat mudah diperdaya. Nabi Adam tergelincir saat sedang menikmati surga.
Bukankah, baru saja diberi ilmu oleh Allah swt? Bukankah, baru saja "mengajari" malaikat? Bukankah, baru saja malaikat bersujud kepadanya?
Bosan dengan harta yang dimiliki, seperti Bani Israil yang bosan dengan makanan yang sama saat perjalanan dari Mesir ke Palestina.
Waspadalah saat terbesit niat yang buruk dan jahat. Seperti mereka yang belajar sihir pada dua malaikat di Babilonia, Harut dan Marut, karena ingin memisahkan antara seorang suami dan istri. Seperti mereka yang belajar sihir pada ucapan setan yang ditulis di era kerajaan Sulaiman.
Merubah wasiat dan mengunakan proses hukum yang curang untuk mendapatkan harta dengan cara menyuap hakim karena ketamakan yang luar biasa.
Tidak memberi posisi amanah kepada yang tidak berharta padahal orang tersebut memiliki ilmu dan badan yang kuat. Seperti petinggi Bani Israil yang tidak mau menyerahkan kepemimpinan kepada Thalut.
Waspadalah saat seluruh kebutuhan hidup terpenuhi dan berlebihan, sebab menjadi semakin mudah mengikuti langkah-langkah setan untuk berbuat jahat dan keji.
Juga, salah dalam menentukan prioritas dalam mengalokasikan dan distribusi harta, hingga enggan dan menolak untuk mendistribusikan harta yang dicintainya. Yang diberikan justru harta yang terburuk, yang tak disukainya.
Tidak mau menanggung yang menjadi tanggung jawabnya. Menganggap yang didistribusikan tidak mendapatkan ganti yang berlipat dari Allah swt.
Harta berlimpah sering melupakan suatu hari dimana tidak ada jual beli, tidak ada persahabatan dan tidak ada syafaat.
Berharta sering jatuh pada merendahkan, menghina, menyakiti dan riya pada penerima sedekah. Tidak mau meringankan dan membebaskan hutang. Bahkan, terjatuh untuk meribakan hartanya agar lebih berlimpah.
Anehnya, dalam keberlimpahan, justru hadir ketakutan akan kemiskinan hingga lahirlah sifat kikir.
0 komentar: