Saat Kekurangan Harta di Surat Al-Baqarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apakah kekurangan harta itu kehinaan? Apakah sesuatu hal yang sangat memberatkan dan menyulitkan? Bagaimana pandangan Allah swt terhadap mereka?
Kekurangan harta adalah keniscayaan hidup. Juga, episode yang dilalui setiap orang. Apakah yang berkelimpahan harta tidak kekurangan harta?
Amerika negara yang kaya, mengapa masih meminta Arab Saudi untuk berinvestasi 1 milyar dollar AS? Pengusaha yang terkaya pun, sebagian besar memiliki hutang ke bank.
Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,
(Al-Baqarah [2]:155)
Bagaimana bila sampai pada level fakir dan miskin? Bila kebutuhan pokok pun masih kekurangan?
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
(Al-Baqarah [2]:156)
Strateginya, bagaimana agar kefakiran dan kemiskinan diubah menjadi sarana mendapatkan ampunan dan rahmat Allah swt. Bukankah ini mimpi kita semuanya?
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Al-Baqarah [2]:157)
Hidup itu memang bertingkat-tingkat. Allah swt melebihkan satu dengan yang lebihnya. Yang berharta ujian bagi yang tidak. Yang kekurangan, ujian bagi yang berkelimpahan.
Berubah dari kekurangan dan berkelimpahan memerlukan kesabaran. Kesabaran petani, yang tetap mengolah tanah dan merawat tanaman hingga menunggu panen.
0 komentar: