Mengembalikan Kejiwaan Perang Badar di Tengah Kehancuran Uhud di Surat Al-Imran
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tak selamanya kemenangan itu dihadirkan oleh Allah swt. Tak selamanya genggam peradaban berada di tangan Muslimin. Muslimin merupakan umat terbaik, bagaimana tetap menjadi umat terbaik di tengah kehancuran?
Bukankah kemenangan itu karena pertolongan Allah swt? Bukankah kemenangan itu karena mengikuti perintah dan berdisiplin dengan arah Rasulullah saw?
Bukankah kemenangan di Badar saat Muslimin masih lemah dan tak memiliki persiapan? Bukankah di Uhud hadir dengan persiapan dan strategi yang lebih matang?
Saat badai menghempas di Uhud. Saat semua lini pasukan perak poranda. Saat ketakutan berkecamuk. Saat mulai banyak berlarian meninggalkan medan perjuangan. Saat mundur dianggap hanya satu solusi menyelamatkan diri. Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana membangun narasi kemenangan kembali? Bagaimana narasi itu mudah dipahami dan masih berakar kuat dalam memori Muslimin? Apa kondisi yang menyamai sehingga menjadi acuan? Allah swt menghadirkan kisah Perang Badar di tengah keterpurukan Uhud.
Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan dari kondisi keterpurukan kepada kemenangan. Walaupun, kafir Quraisy membokong dari belakang bukit. Walaupun, para pahlawan berguguran. Walaupun, terhimpit di tengah celah-celah gunung Uhud. Walaupun, telah banyak yang berlarian meninggal medan pertempuran.
Mental kemenangan segera hadir kembali, secepat kembalinya keyakinan kepada Allah swt. Secepat respon Muslimin terhadap arahan Rasulullah saw.
Perang Badar dan Uhud menjadi pondasi pertempuran Muslimin berikutnya. Sebab kemenangan dan keterpurukan dalam medan pertempuran sudah dirasakan.
0 komentar: