Mendidik Diri, Berinteraksi dengan Al-Qur’an dan Alam Semesta
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Hiruk pikuk kehidupan tak membuatnya kehilangan titik fokus. Kesulitan, persoalan dan tantangan, tak membuat kekacauan pada jiwanya. Fokusnya terus menempa diri. Bagaimana caranya? Belajarlah kepada Ulilalbab.
Dua titik fokus sang Ulilalbab. Pertama, mendidik dirinya dengan Al-Qur’an. Mengintegrasikan jiwanya dengan jiwa Al-Qur’an. Mengepung dirinya dengan tafakur terhadap Al-Qur’an.
Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad). Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat.85) Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan keraguan) dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui takwilnya, kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali ululalbab.
(Āli ‘Imrān [3]:7)
Penempaan ini memunculkan karakter bahwa tak ada jalan lain yang ditempuhnya, tak ada yang bisa membawanya pada solusi, kebahagiaan dan kesuksesan, tak ada yang bisa membawanya pada kebenaran dan keselamatan, kecuali bersama Al-Qur’an.
(Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
(Āli ‘Imrān [3]:8)
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
(Āli ‘Imrān [3]:9)
Kedua, berinteraksi dengan alam semesta. Bukankah alam semesta pelayannya? Bukankah sains dan teknologi hasil mencontek alam semesta? Bukankah fasilitas dan kemudahan hidup hasil mencontoh pada alam semesta?
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(Āli ‘Imrān [3]:190)
Bukankah tanda-tanda kebesaran Allah swt tak terhingga di alam semesta? Bukankah banyak kekaguman dan kemukjizatan di alam semesta? Hingga berkesimpulan, tak ada yang sia-sia di kehidupan ini.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.
(Āli ‘Imrān [3]:191)
Berinteraksi dengan alam semesta, membuka pintu gerbang akhirat. Mengenal alam semesta membuatnya yakin dan rindu akan pertemuan dengan Rabbnya,
Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.
(Āli ‘Imrān [3]:192)
Mengenal Rabbnya, membuatnya cepat merespon seruan Allah swt. Peka terhadap kesalahan dan cepat bertaubat.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru pada keimanan, yaitu ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.
(Āli ‘Imrān [3]:193)
Hingga akhirnya, rindu kepada para Nabi dan Rasulnya.
Ya Tuhan kami, anugerahilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji.”
(Āli ‘Imrān [3]:194)
0 komentar: