Membungkam Mindset Menyesatkan di Perang Uhud
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perang Uhud meninggalkan kesan yang sangat menyakitan. Mengapa tidak seperti Perang Badar? Di tengah kekalutan ini, Muslimin dikepung juga oleh ragam mindset yang merusak. Apa saja? Bagaimana cara menetralisirnya?
Perang tidak hanya di ranah benturan fisik, tetapi juga benturan mindset dan pemikiran yang diungkapkan dalam dialog-dialog dalam mengomentari Perang Uhud.
Banyak prasangka buruk yang berkeliaran. Banyak prasangka yang tidak benar kepada Allah swt. Allah swt mengabadikan dialog ini dalam Al-Qur'an di surat Al-Imran,
Setelah kamu ditimpa kesedihan, kemudian Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah mencemaskan diri mereka sendiri.
Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.
Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.”
Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu.
Mereka berkata, “Seandainya ada sesuatu yang dapat kami perbuat dalam urusan ini, niscaya kami tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”
Allah (berbuat demikian) untuk menguji yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(Āli ‘Imrān [3]:154)
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah seperti orang-orang yang kufur dan berbicara tentang saudara-saudaranya, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang,
“Seandainya mereka tetap bersama kami, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.”
(Allah membiarkan mereka bersikap demikian) karena Allah hendak menjadikan itu (kelak) sebagai penyesalan di hati mereka.
Allah menghidupkan dan mematikan.
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:156)
Apakah ketika kamu ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah memperoleh (kenikmatan) dua kali lipatnya (pada Perang Badar),
kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?”
Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.”
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Āli ‘Imrān [3]:165)
dan mengetahui orang-orang yang munafik. Dikatakan kepada mereka, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).”
Mereka menjawab, “Seandainya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikutimu.”
Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekufuran daripada keimanan.
Mereka mengatakan dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.
Allah lebih mengetahui segala sesuatu yang mereka sembunyikan.
(Āli ‘Imrān [3]:167)
(Mereka itu adalah) orang-orang yang berbicara tentang saudara-saudaranya (yang ikut berperang dan terbunuh), sedangkan mereka sendiri tidak turut berperang, “Seandainya mereka mengikuti kami, tentulah mereka tidak terbunuh.”
Katakanlah, “Cegahlah kematian itu dari dirimu jika kamu orang-orang benar.”
(Āli ‘Imrān [3]:168)
Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.
(Āli ‘Imrān [3]:169)
(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,”
ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”
(Āli ‘Imrān [3]:173)
Al-Qur'an telah membimbing Muslimin untuk meredam ragam pemikiran yang dapat merusak kejiwaan Muslimin dalam berjuang di jalan Allah swt.
0 komentar: