Agar Bisnis Jadi Sarana Pensucian Jiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di kitab Ihya Ulumudin, Imam Al-Ghazali membahas tentang peran uang sebagai alat tukar. Uang di era sekarang bukanlah emas, hanya kertas, mengapa dijadikan ukuran kekayaan?
Uang kertas hanya untuk menilai apakah seseorang memiliki sarana untuk menukar? Bagaimana bila ada aturan uang kertas tidak berlaku? Maka hanya jadi seonggok sampah kertas. Cara berfikir materialis memang sangat aneh, yang tidak esensial justru diperebutkan.
Ukuran keberhasilan bisnis selalu diukur dengan nilai uang. Padahal tidak mencerminkan jaminan keberhasilan masa depan. Laba hanya berkisah tentang masa lalu. Masa depannya diukur dari pengembangan kemanfaatan yang ingin terus diwujudkan.
Kaya hari ini tidak menjamin kekayaan masa depan. Keberlimpahan hari ini tidak menjamin keberlimpahan masa depan. Dalam kisah para pemilik kebun di Al-Qur'an, banyak yang harta berlimpah kemudian dicabut, dibinasakan dan ditenggelamkan. Apa penyebabnya?
Kisah Qarun, harta untuk menopang kezaliman dan kepongahan? Dalam kisah pemilik kebun di surat Al-Kahfi, harta digunakan untuk membanggakan serta meyakini tidak akan pernah bangkrut. Di akhirat pun pasti dimuliakan Allah swt.
Di surat Al-Qalam, hartanya disembunyikan agar terlihat tidak mampu sehingga merasa tidak wajib untuk berbagi. Di surat Al-Baqarah, kekayaannya hancur karena niat penyaluran harta untuk merendahkan orang lain dan riya.
Bagaimana agar kekayaan terus tumbuh? Jadikan sarana untuk membersihkan diri. Jadikan bisnis sebagai proses pensucian jiwa, seperti yang Allah swt jelaskan dalam surat Nuh.
Said Hawa, dalam kitabnya Tazkiyatu Nafs, menjadikan pengelolaan harta menjadi sarana dalam pensucian jiwa setelah shalat. Untuk membuang kecintaan pada dunia? Untuk menghancurkan tuhan-tuhan ilusi di hati.
Bagaimana bisnis menjadi sarana memudahkan urusan manusia? Bagaimana bisnis menjadi media penempaan karakter amanah, kejujuran dan menunaikan janji? Bagaimana bisnis menjadi pembuktian ketauhidan? Bagaimana jadi sarana untuk menunaikan hak-hak orang lain?
Puncaknya, bisnis menjadi sarana menyaksikan Asmaulhusna-Nya. Jadikan bisnis menjadi candradimuka kehidupan, agar saat menghadap Allah swt jiwanya telah tentram bersama Allah swt saja.
0 komentar: