Sosok yang Tak Disebutkan Namanya dalam Kisah di Surat Al-Baqarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ada dua sosok yang namanya tidak disebutkan oleh Al-Qur'an, walaupun kisahnya diabadikan dalam surat Al-Baqarah. Dua sosok itu terjadi di era antara Nabi Musa dan Isa.
Sosok itu tidak dikaitkan dengan kisah nabi tertentu, seperti sosok dalam kisah Nabi Musa di surat Al-Kahfi, tetapi dikaitkan dengan kisah Bani Israil. Beberapa ulama tafsir mencoba membongkar sosok ini.
Sosok ini dihadirkan saat Bani Israil hendak mengangkat pemimpin untuk melawan penindasan.
Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, (yaitu) ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
(Al-Baqarah [2]:246)
Sosok ini dihadirkan saat ditemukan kota yang telah hancur, bagaimana membangunnya kembali?
Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah [2]:259)
Kedua sosok tak dikenal ini dihadirkan dalam suasana dan feagmen yang sama, yaitu saat sebuah bangsa hendak bangkit dari keterpurukan. Saat sebuah bangsa hendak membangun kembali negrinya yang hancur.
Bangkit dari kehancuran sesuatu yang pasti bisa dilakukan, bukan kemustahilan. Sebab, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebab, Allah Maha Luas kekuasaan dan rezeki-Nya, lagi Maha Mengetahui. Bukankah, Mekah yang kering dan tandus bisa menjadi kota?
Kebangkitan berada dalam genggaman yang serius berkarya, bukan yang menonjolkan namanya. Kebangkitan digores oleh para pahlawan tanpa nama dan tanpa tanda jasa
Juga, pembelajaran bagi generasi berikutnya, bahwa dikenal maupun tidak, sama saja. Sebab, Allah Maha Mengetahui.
0 komentar: