Sosok Nabi Bersama Mertuanya dalam Al-Qur'an
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kisah para nabi dan rasul dengan mertuanya hanya terdapat di surat Al-Qasas saja, tidak ada di surat lainnya. Yaitu, hanya Nabi Musa dengan mertuanya. Seperti kisah, Ashabul Kahfi, Pemilik 2 kebun, Nabi Khidir dan Zulkarnaen yang ada hanya pada surat Al-Kahfi saja.
Mengapa sosok pemuda sebatang kara yang tak diketahui asal usulnya, yang tak memiliki apapun, namun di pertemuan pertamanya langsung akan dinikahkan dengan putrinya?
Dia (ayah kedua perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu adalah (suatu kebaikan) darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.”
(Al-Qaá¹£aá¹£ [28]:27)
Mengapa langsung dipercaya? Mengapa sangat tentram menyerahkan putrinya pada sosok pemuda yang baru dikenalnya? Kepedulian mencerminkan tanggung jawab. Bukankah pernikahan itu perpindahan tanggung jawab dari sang ayah kepada suaminya?
Sosok yang bertanggung jawab ini terlihat saat pemuda Musa membantu putrinya di mata air, tempat kedua putrinya mengambil air untuk kebutuhan ternaknya. Akhlak mulianya terlihat dari kesopanannya saat membantu putrinya.
Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang perempuan sedang menghalau (ternaknya dari sumber air). Dia (Musa) berkata, “Apa maksudmu (berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.”
(Al-Qaá¹£aá¹£ [28]:23)
Maka, dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu. Dia kemudian berpindah ke tempat yang teduh, lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku.”
(Al-Qaá¹£aá¹£ [28]:24)
Orang tua wanita itu memahami potensi diri pemuda Musa. Walaupun saat ini sebatang karak, namun bila diberdayakan akan meraih kesuksesan dengan cepat. Hanya butuh waktu 8-10 tahun saja.
Orang tua wanita itu sangat paham ketertarikan putrinya pada pemuda yang baru dikenalnya. Putrinya memuji dan memahami karakter pemuda yang baru dikenalnya.
Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
(Al-Qaá¹£aá¹£ [28]:26)
Setelah menikah, pemuda Musa hidup bersama mertuanya. Dia berkhidmat pada mertuanya dengan sepenuh hati. Terbukti, dia menyempurnakan 10 tahun untuk mengelola amanah dari mertuanya.
Dia (Musa) berkata, “Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan atas diriku (lagi). Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.”
(Al-Qaá¹£aá¹£ [28]:28)
0 komentar: