Pesan Beruntun Leluhurnya yang Diingat dan Diyakini Oleh Nabi Yusuf Saat di Penjara
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Salah satu nabi yang sebelum kelahirannya sudah diberitakan oleh Allah swt adalah Nabi Yakub. Saat malaikat menemui Nabi Ibrahim dan Sarah, sebelum mengazab kaumnya Nabi Luth, malaikat singgah terlebih dahulu ke rumah Nabi Ibrahim. Apa tujuannya?
Memberitakan kelahiran anaknya Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan setelah itu Nabi Yakub, sang cucu. Apa yang unik? Anaknya belum lahir, Nabi Ishaq, tetapi sudah diberitakan kelahiran cucunya, Nabi Yaqub.
Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya‘qub (putra Ishaq).
(Hūd [11]:71)
Apa keunikkan lainnya? Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Yakub, sangat sering dirangkaikan bersamaan dalam satu kalimat dan peristiwa di Al-Qur'an.
Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh.
(Al-Anbiyā' [21]:72)
Seringnya kesatuan rangkaian penyebutan Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Yaqub, dalam Al-Qur'an, ternyata menunjukkan rangkaian visi dan misi dalam kehidupan yang tak terputus. Yang diwujudkan dalam pesan beruntun yang sama.
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
(Al-Baqarah [2]:131)
Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
(Al-Baqarah [2]:132)
Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
(Al-Baqarah [2]:133)
Pesan Nabi Yakub ini ternyata sangat melekat pada Nabi Yusuf. Pesan beruntun ini pula yang disampaikan kepada teman-temannya yang berada di penjara.
Aku mengikuti agama nenek moyangku, (yaitu) Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub. Tidak pantas bagi kami mempersekutukan suatu apa pun dengan Allah. Itu adalah bagian dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya), tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
(Yūsuf [12]:38)
Wahai dua penghuni penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?
(Yūsuf [12]:39)
Setelah temannya Nabi Yusuf ke luar dari penjara, mereka terkesan dan yakin dengan kepribadian Nabi Yusuf karena pesan beruntun dari leluhurnya Nabi Yusuf. Nabi Yusuf memang sosok yang terpercaya dan terbukti sejak era leluhurnya.
Oleh karena itu, saat sang raja Mesir menghadapi persoalan tentang siapakah yang bisa menakwilkan mimpi secara benar. Maka dibutuhkan orang yang terpercaya bukan pendusta untuk menafsirkan mimpi tersebut. Maka, mereka pun teringat dan mendatangi sahabatnya yang masih di penjara, Yusuf.
(Dia berkata,) “Wahai Yusuf, orang yang sangat dipercaya, jelaskanlah kepada kami (takwil mimpiku) tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi) kurus dan tujuh tangkai (gandum) hijau yang (meliputi tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu supaya mereka mengetahuinya.”
(Yūsuf [12]:46)
Kemampuan, ilmu, dibarengi dengan kuatnya kepercayaan, membuat Nabi Yusuf sebagai figur yang cocok untuk memegang amanah kekuasaan.
0 komentar: