Pertengkaran Hutang-Piutang di Era Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Aisyah berkata, "Rasulullah saw mendengar suara pertengkaran orang di depan pintunya. Masing-masing bersuara keras, tiba-tiba yang satu minta keringanan dan mohon belas kasihan dari yang lainnya."
"Sedang yang satunya berkata, 'Demi Allah swt, tidak aku potong dan tidak akan aku kurangi.'"
"Maka Nabi saw keluar dan bertanya, 'Siapa yang bersumpah dengan nama Allah swt tidak akan berbuat baik itu.'"
"Orang itu menjawab, 'Akulah ya Rasulullah saw, dan sekarang dia (yang berhutang) bisa memilih yang ia suka, (apakah dikurangi atau ditunda).'"
Ka'ab bin Malik menagih piutang pada Ibnu Abi Hardrah di masjid, tiba-tiba timbul pertengkaran sampai suara masing-masing terdengar oleh Nabi saw yang berada di dalam rumahnya.
Maka, bangkitlah Nabi saw dan membuka tabir rumahnya (kamarnya) lalu berseru, "Wahai Ka’ab!" Ka’ab menjawab, "Labaika ya Rasulullah saw."
Nabi bersabda, "Potonglah piutangmu itu sekian." Sambil menunjukkan separuh. Jawab Ka’ab, "Baiklah ya Rasulullah saw."
Nabi saw pun bersabda kepada Ibnu Abi Hadrad, "Bangunlah dan bayarlah hutangmu."
Abu Hurairah berkata, Nabi saw bersabda, "Ada seorang pedagang yang memberikan hutang kepada orang-orang. Jika dia melihat orang yang kesulitan, dia berkata kepada pegawainya (yang menagih)."
"'Maafkanlah orang itu, semoga Allah swt kelak memaafkan kita.' Maka, Allah swt memaafkannya."
Sumber:
Muhammad Fuad, Hadist Shahih Bukhari Muslim, Fathan
0 komentar: