Perjalanan Bani Israil dari Mesir dan Pasukan Tabuk
Oleh Nasrulloh Baksolahar
Nabi Musa meminta kepada Firaun agar melepaskan Bani Israil pergi dari Mesir. Namun dihalangi. Ketika Firaun tenggelam, barulah perjalanan itu dimulai. Bagaimana perjalanannya?
Allah swt memulai kisahnya dengan perintah agar Bani Israil mengingat nikmat tersebut dan bersyukur. Artinya, saat perjalanan merupakan kesulitan dan kesengsaraan, namun bagi Bani Israil itu kenikmatan.
Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.
(Al-Baqarah [2]:57)
(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)
(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
(Al-Baqarah [2]:60)
(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, membandingkan kisah perjalanan Bani Israil ini dengan perjalanan para Sahabat dalam perang Tabuk. Sangat super kontradiktif sekali.
Menurut Ibnu Katsir, perjalanan ke Tabuk sangat terik dan melelahkan. Para Sahabat tidak meminta kemukjizatan serta tidak meminta pengadaan sesuatu, meskipun itu sangat mudah bagi Rasulullah saw.
Setelah benar-benar dililit rasa lapar dan haus luar biasa, tak bisa lagi menahannya, barulah mereka minta untuk diperbanyak makanan dan minuman mereka, dengan mengumpulkan semua yang ada pada mereka.
Lalu, terkumpullah setinggi unta yang sedang menderum. Selanjutnya, Rasulullah saw berdoa memohon berkah atasnya. Setelah itu, Rasulullah saw menyuruh mereka memenuhi wadah masing-masing.
Demikian juga saat kekurangan air, lalu beliau berdoa, maka datanglah awan, lalu turunlah hujan. Akhirnya, mereka minum dan memberi minum untanya dari air tersebut.
Itulah gambaran kebenaran, keteguhan, dan tidak menyusahkan dalam perjalanan dan peperangan para Sahabat bersama Rasulullah saw. Sangat berbeda sekali dengan Bani Israil yang cepat "merengek" saat menghadapi kesulitan.
Bagaimana bila dibandingkan dengan perjalanan hijrah Abu Bakar dan Rasulullah saw? Mereka berdua merasakan seluk beluk perjalanan seperti manusia kebanyakan saja.
0 komentar: