Memperbaiki Kualitas Tulisan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bagaimana meningkatkan kualitas tulisan? Bagaimana agar tulisan menjadi hidup untuk menginspirasi dan menggerakkan? Bagaimana agar tulisan melahirkan generasi? Belajarlah pada generasi terdahulu.
Imam Bukhari sebelum menulis kitab, shalat terlebih dahulu. Ibnu Sina, ketika mendapatkan kendala dalam risetnya, shalat terlebih dahulu.
Ada ulama, menguji keikhlasan dalam menulis kitab dengan membenamkan kitab-kitabnya ke danau. Yang mengampul ke permukaan, itulah kitab yang disebarkan.
Ada murid Imam Syafii yang bermimpi bertemu dengan beliau. Saat ditanyakan mengapa dimasukkan ke surga? Ternyata karena goresan shalawat di kitab Ar-Risalahnya.
Ada yang bermimpi bertemu dengan imam Al-Ghazali, mengapa bisa masuk surga? Ternyata karena menolong lalat yang terbenam di tintanya saat menulis kitab.
Lautan ilmu itu ada di hati. Hati itu tampungan ilmu yang Allah swt curahan kepada manusia. Sedangkan menulis itu, mengungkapkan apa yang ada di hati.
Jadi bagaimana memperbaiki tulisan? Perbaiki hati, maka otomatis memperbaiki tulisan. Hidup hati, maka akan menghidupkan beragam ide tulisan.
Imam At-Thabari, setiap hari menulis 40 halaman. Mengapa bisa? Hatinya bersih, sehingga Allah swt yang menggerakkannya untuk menyebarkan ilmu yang Allah swt titipan di hatinya dengan tulisan.
Ulama terdahulu bisa menulis ratusan kitab. Sebab, kitab-kitabnya sudah tertanam di hatinya sebelum dituangkan di dalam tulisannya.
Imam Syafii sedang menginap di rumah imam Ahmad. Putra imam Ahmad memperhatikan tingkah imam Syafii semalam yang terus saja berbaring. Mengapa tidak banyak berdzikir dan qiyamullail?
Di pagi harinya, putra imam Ahmad bertanya pada imam Syafii, apa yang dilakukan di pembaringannya? Dijawab, "Seandainya tafakurnya semalam itu ditulis, maka akan berjilid-jilid kitab yang dihasilkannya."
Hati adalah lautan. Galilah, ambillah, genggamlah dan wariskan mutiaranya dengan menuliskan apa yang ada di hati.
0 komentar: