Manna dan Salwa bagi Bani Israil, Serta Satu Kurma bagi Muslimin
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, selama perjalanan dari Mesir, Bani Israil dianugerahkan Allah swt Manna dan Salwa, sebagai makanan yang terbaik dan bermanfaat, menyenangkan dan mudah diperoleh.
Namun, karena makanan mereka tidak pernah diganti dan berubah setiap harinya, maka dikatakan sebagai satu makanan saja. Mereka menolaknya dan tidak tahan dengannya.
Lalu, mereka menyebutkan gaya hidup yang mereka jalani, sebagai kaum yang sangat gemar pada kacang adas, bawang merah, sayuran, dan bawang putih.
(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)
Permintaan ini tidak dipenuhi, sebab hanya bentuk kesombongan dan mengkufuri nikmat atas makanan, juga bukan hal yang darurat.
Bagaimana dengan kaum Muslimin dengan Kurmanya?
Imam Syahid Hasan al Banna menjelaskan, sulitnya perjalanan perang Tabuk, membuat setiap tentara hanya diberikan jatah satu ekor unta. Bekal mereka berupa kurma dan gandum. Terkadang, satu butir kurma harus dibagi untuk dua orang. Padahal, jarak Madinah ke Tabuk 778 Km.
Di perang Khandaq,
saat sedang menggali parit, seorang anak membawa kurma kepada ayahnya. Rasulullah saw pun memanggil anak tersebut dan kurmanya didoakan. Ternyata, setelah seluruh para sahabat bergiliran mengambil kurma tersebut, kurma itu tidak habis.
Kisah Bani Israil dan Muslimin sangat kontradiksi tentang makanan selama perjalanan? Sebab, Bani Israil terfokus pada mencari kenikmatan di perjalanan. Sedangkan Muslimin fokus pada perjuangannya, sehingga tidak memperdulikan kenikmata bekal yang dibawa.
0 komentar: