Kisah Nabi Adam, Kesamaan Malaikat, Manusia dan Jin
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kapan ketidaktahuan malaikat terungkap? Saat Allah swt hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Malaikat paham karakter manusia, tetapi tidak paham maksud dijadikannya sebagai khalifah.
Malaikat pun mengetahui sesuatu bila diajarkan oleh Allah swt. Malaikat yang dekat di sisi Allah swt pun ternyata tidak mengetahui apa pun, kecuali yang telah diajarkan oleh Allah swt.
Oleh sebab itu, ada fragmen Allah swt mengajarkan malaikat melalui perantara manusia, Adam. Malaikat bersegera bertasbih karena menjawab sesuatu yang tidak diajarkan Allah swt. Itulah sumber kesalahannya.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah [2]:30)
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
(Al-Baqarah [2]:31)
Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:32)
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)
Syetan tergelincir kepada kedurhakaan, saat diperintahkan bersujud kepada Adam. Padahal, sudah sangat lama berinteraksi dengan penduduk langit. Pasalnya, ada dorongan kesombongan dan kedengkian yang sangat kuat pada manusia.
Kesombongan dan kedengkian, penghalang untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Penghalang akan kebangkitan, pertumbuhan dan hari esok yang lebih baik. Justru, semakin menghancurkan dirinya.
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)
Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)
Manusia sangat mudah tergelincir dan jatuh pada kesalahan. Mudah khilaf, lalai dan lupa. Mudah terperdaya dan tertipu oleh hawa nafsu dan bisikan syetan. Kelebihannya, masih memiliki peluang untuk memperbaiki diri.
Bagaimana proses perbaikannya? Menerima kalimat Allah swt. Mentaati Allah swt. Tidak ada jalan selain itu.
Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(Al-Baqarah [2]:36)
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)
Jadi, malaikat pun hanya mengetahui sesuatu bila diajarkan Allah swt. Syetan telah menjadi makhluk durhaka sepanjang masa. Manusia mudah tergelincir pada kesalahan. Semuanya memiliki kelemahan. Yang Maha Sempurna hanya Allah swt.
0 komentar: