Bani Israil Dalam Cengkraman Bangsa Lain di Surat Al-Baqarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Setelah era Nabi Yusuf, Bani Israil memasuki era perbudakan oleh Firaun Mesir. Bagaimana surat Al-Baqarah memaparkan penindasan tersebut? Disiksa dan disemblih anak laki-lakinya.
(Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu.
(Al-Baqarah [2]:49)
Bagaimana pengaruh perbudakan ini? Sayid Qutb dalam Fizilalil Al-Qur'an menjelaskan bahwa Bani Israil kehilangan nilai-nilai keutamaan, menceraiberaikan unsur-unsurnya, tertanam kuat mentalitas budak. Apa itu?
Hanya tunduk dan patuh di bawah ancaman siksaan yang berat, bandel ketika tidak disiksa lagi, sombong ketika mendapatkan sedikit kenikmatan.
Perasaannya tidak halus dan pekak, keras kepala, materialis pemikirannya, dan tertutup sama sekali dari saluran yang gaib. Mereka pun suka membantah, berdebat dan berselisih.
Setelah lepas dari perbudakan Firaun. Setelah Nabi Musa wafat, Bani Israil jatuh pada kekuasaan bangsa lain juga. Penderitaan yang dialaminya dijelaskan dalam surat Al-Baqarah, yaitu diusir dari kampung halamannya dan dipisahkan dari anak-anak.
Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, (yaitu) ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
(Al-Baqarah [2]:246)
Walaupun dua kali menghadapi penindasan bangsa lain, karakter mereka tidak pernah berubah. Mereka terus berselisih dengan Nabinya, yang peduli akan masa depannya sangat sedikit dan kebanyakan tak kuat menanggung ujian. Akhirnya, golongan mukmin yang sedikit inilah yang bisa membebaskannya dari penindasan bangsa lain.
Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah [2]:249)
Perjalanan panjang dari era Nabi Musa. Dekade yang panjang hanya menyisakan kelompok kecil yang beriman. Seperti di era Nabi Muhammad saw, sangat sedikit kaum Yahudi yang memeluk Islam.
0 komentar: