2 Kisah Nabi bersama Keponakannya dalam Al-Qur'an
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tanggung jawab seorang laki-laki tidak saja kepada anak-anaknya. Tetapi juga kepada anak dari saudaranya, atau keponakannya. Banyak generasi terbaik lahir dari para keponakan Nabi dan Rasul.
Dengan didikan Nabi Ibrahim, lahirlah pendukung dakwahnya, yaitu Nabi Luth. Dari didikan Nabi Zakaria, lahirlah Maryam, yang merupakan wanita suci dan wanita terbaik di alam semesta. Maryam juga memberikan inspirasi kebaikan bagi Nabi Zakaria.
Dari didikan Nabi Muhammad saw, lahirlah Ali bin Abi Thalib, yang menjadi gerbang ilmu dan hidupnya dicurahkan untuk berjihad.
Al-Qur'an mengabadikan bagaimana pola hubungan antara para Nabi dengan keponakannya:
1. Nabi Ibrahim dengan Nabi Luth
Maka, tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah dia!” Lalu, Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.
(Al-‘Ankabūt [29]:24)
Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah berupa berhala-berhala hanyalah untuk menciptakan hubungan harmonis di antara kamu dalam kehidupan dunia. Kemudian, pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk. Tempat kembalimu adalah neraka dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.”
(Al-‘Ankabūt [29]:25)
Maka, Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dia (Ibrahim) pun berkata, “Sesungguhnya aku berhijrah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Al-‘Ankabūt [29]:26)
Ketika utusan-utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka berkata, “Sesungguhnya kami akan membinasakan penduduk negeri ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang zalim.”
(Al-‘Ankabūt [29]:31)
Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Mereka berkata, “Kami lebih tahu siapa yang ada di kota itu. Kami pasti akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya, kecuali istrinya. Dia termasuk (orang-orang kafir) yang tertinggal.”
(Al-‘Ankabūt [29]:32)
2. Nabi Zakaria dengan Maryam
Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
(Āli ‘Imrān [3]:37)
0 komentar: