Rencatan Senjata Gaza Pasca Badai Al-Aqsa, Apa bedanya dengan sebelumnya?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Gaung genjatan senjata di Gaza menunjukkan titik akhir. Semua yang terlibat memperlihatkan optimistisme. Kecuali, kelompok ultra-Ortodoks Yahudi yang terus menentangnya dengan mendesak Netanyahu untuk menolaknya.
Gencatan senjata Gaza memang bukan kali ini saja, pasca perang sebelumnya, seperti perang 2006, perang 2008 atau Operasi Cast Lead, perang 2012, atau Operasi Pilar Pertahanan, Perang 2014 atau Operasi Tepi Pelindung, perang 2021 atau Operasi Penjaga Tembok. Juga melahirkan gencatan senjata. Apa perbedaan dengan sebelumnya?
Gencatan senjata sebelumnya dinarasikan sebagai kemenangan penjajah Zionis Israel, karena minimnya korban dipihaknya, namun sangat besarnya jumlah korban dan kehancuran di pihak Palestina.
Tidak itu saja, tujuannya tercapai untuk menghancurkan kekuatan yang baru saja dibangun oleh perlawanan Palestina. Secara politik, berhasil mendongkrak popularitas penguasa Zionis Israel menjelang pemilihan umum saat itu. Bagaimana dengan sekarang?
Badai Al-Aqsa telah menghancurkan seluruh narasi kehebatan penjajah Zionis Israel. Gencatan senjata kali ini menurut para pakar internal Zionis Israel justru mencerminkan kekalahan penjajah Zionis Israel.
Sebab, tidak tercapainya tujuan perang selama 15 bulan untuk menyelamatkan sandera dan menghancurkan kontrol Hamas di Gaza, padahal seluruh kekuatan militernya sudah dikerahkan maksimal, dengan mengerahkan pasukan cadangannya.
Narasi internasionalnya pun telah berubah dari pihak yang dianggap membela diri menjadi penjahat perang dan pelaku genosida. Warga penjajah Israel yang berlibur ke luar negri pun terus diburu untuk dibawa ke pengadilan karena prilaku genosidanya.
Untuk menghapus coreng kekalahan ini, Penjajah Zionis Israel telah berusaha fokus untuk memenangkan perang di Gaza Utara dengan merealisasikan "Rencana Jenderal". Gaza Utara menjadi tanah lapang tak berpenghuni sehingga menjadi daerah militer tertutup. Juga, memotong Gaza menjadi tiga bagian untuk menghentikan seluruh mobilitas, baik orang, senjata, dan bantuan kemanusiaan. Bagaimana akhirnya?
Ternyata korban dipihak penjajah Zionis Israel justru semakin banyak yang berjatuhan. Menurut Mantan kepala Dewan Keamanan Israel, Giora Eiland, draft perjanjian gencatan senjata sekarang mirip dengan draft yang diajukan oleh Amerika sebelumnya pada Juni 2024 yang telah disetujui Hamas di era Ismail Haniyeh.
Berarti tekanan penjajah Zionis Israel selama delapan bulan, terutama di Gaza Utara, hanya membuahkan bertambahnya 110 tentara tewas di Gaza, dan sebagian besar tawanan telah meninggal. Tetapi tidak memberikan tekanan ke Hamas dalam gencatan senjata.
“Jika perjanjian ini sudah ada di atas meja delapan bulan yang lalu, dan kami menerapkan tekanan militer yang kuat hanya untuk mencapai perjanjian yang sama, itu berarti tidak ada hubungan antara tekanan militer dan kesediaan Hamas untuk menunjukkan pelaksanaannya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, media Zionis Israel mengatakan bila gencatan senjata terwujud merupakan sesuatu yang suram, tetapi tidak ada pilihan lain.
0 komentar: