Perjanjian Umar bin Khatab dengan Kaum Nasrani di Baitul Maqdis
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perhatikan di India. Kaum Muslimin berkuasa di India selama ratusan tahun. Namun non muslim, Hindu, tetap menjadi agama mayoritas. Bagaimana dengan Andalusia, Spanyol?
Di Suriah, Damaskus dan sekitarnya, menjadi pusat kekuasaan Bani Ummayah. Pernah menjadi pusat kekuasaan Abbasiyah. Lalu, menjadi pusat kesultanan Bani Zanky. Ternyata, masih ditemukan keturunan orang Nasrani dan Yahudi dari generasi pertamanya. Artinya, Muslimin membebaskan setiap agama yang ada.
Sultan Salim I, Khalifah Turki Utsmani, pernah mencoba mengambil anak-anak orang Nasrani untuk dididik dengan dididikan Islam. Apa respon para ulama?
Mereka bangkit menentangnya dan dengan tegas menyatakan bahwa perbuatan itu tidak benar. Karena ditentang ulama, sultan Salim I mundur dari ide tersebut. Darimana mereka belajar kearifan ini? Salah satunya dari Umar bin Khatab.
Setelah Muslimin berhasil membebaskan Masjidil Aqsha dari Romawi. Pada 636 M, Umar bin Khatab membuat perjanjian dengan kaum Nasrani. Isinya:
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Inilah perlindungan yang diberikan oleh hamba Allah Umar, Amirul Mukminin, kepada penduduk Al-Quds. Yaitu, perlindungan yang telah dilimpahkan Allah swt kepada diri mereka, gereja-gereja dan salib-salib mereka. Baik gereja yang sakit (sudah melenceng dari kebenaran) maupun yang masih sehat (murni dan lurus), beserta seluruh sektenya."
"Dilarang menjadikan gereja-gereja mereka sebagai tempat tinggal. Dilarang meruntuhkan dan mengurangi bagian bangunannya. Dilarang mengurangi salib-salibnya. Dilarang mengurangi apa pun harta bendanya. Tidak memaksa meninggalkan agama mereka. Tidak dizalimi seorang pun dari mereka."
Mengomentari hal ini, Patriach Esau Yayet, Pausnya Kristen Ortodoks, pada 656 Hijriyah berkata, "Sebagaiman Anda ketahui, bangsa Arab yang telah dikukuhkan oleh waktu sebagai penguasa dunia, telah memperlakukan kita dengan adil."
Sekarang, bagaimana kondisi Baitul Maqdis di era Zionis Israel?
Sumber:
Said Hawa, Allah dan Ar-Rasul, GIP
0 komentar: