Nasrani dan Yahudi di Era Turki Utsmani
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sultan Salim I, Khalifah Turki Utsmani, pernah mencoba mengambil anak-anak orang Nasrani untuk dididik dengan dididikan Islam. Apa respon para ulama?
Mereka bangkit menentangnya dan dengan tegas menyatakan bahwa perbuatan itu tidak benar. Karena ditentang ulama, sultan Salim I mundur dari ide tersebut.
Makarius, Patriarch Antiokhia, berkata, "Semoga Tuhan senantiasa membangun negara Turki abadi untuk selamanya. Mereka hanya memungut jizyah yang telah mereka wajibkan, dan tidak ikut campur tangan dengan berbagai agama, baik rakyat mereka itu orang-orang Masehi, Nazaret, Yahudi maupun Samaritan."
TW Arnold, dalam The Preaching of Islam, menyebutkan, "Hingga di Italia pun, ada sejumlah orang yang menanti-nanti dengan keriduan kepada orang Turki (Muslim), diiringi harapan Mudah-mudahan mereka memperoleh kebebasan dan toleransi yang pernah dinikmati oleh rakyat Turki sebelumnya. Hal itu disebabkan mereka telah putus asa akan mendapatkan kedua hal itu di bawah pemerintahan Kristen yang mana pun."
"Pernah terjadi, orang-orang Yahudi Spanyol yang teraniaya berevakuasi dari Spanyol dalam jumlah besar, dan yang mereka tuju tidak lain adalah berlindung kepada Turki. Itu terjadi pada akhir abad ke-15 Masehi."
Richard Steeper, yang hidup pada abad ke-16 Masehi, berkata, "Meskipun secara umum orang-orang Turki itu bangsa yang paling buas, namun mereka mengizinkan seluruh umat Kristen, baik yang berasal dari Yunani maupun Latin, hidup bebas memeluk agama mereka dan mengekspresikan perasaan keagamaan mereka."
"Orang-orang Turki mengizinkan semua hal itu dengan cara memberikan kepada orang-orang Kristen gereja-gereja mereka untuk melakukan ritual keagamaan, baik di Konstantinopel maupun di tempat lain yang tak terhitung jumlahnya."
"Sementara itu, saya dapat menegaskan dengan sejujurnya karena selama dua belas tahun saya berdiam di Spanyol, kami tidak hanya dipaksa untuk menyaksikan perayaan mereka yang bersifat kepausan. Bahkan, hidup kami da orang-orang tua kami selalu dalam keadaan terancam bahaya."
Sumber:
Said Hawa, Allah dan Ar-Rasul, GIP
0 komentar: