Mental Mukminin di Gelombang Kehancuran
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sejarawan menulis ada 4 tragedi yang menghempas Muslimin. Yaitu, kehancuran di Andalusia, serbuan Tentara Salib, serangan membabi butanya pasukan Mongol dan runtuhnya Turki Utsmani. Mengapa Muslimin melalui peristiwa ini?
Hukum pergiliran kehancuran dan kejayaan berlaku bagi seluruh umat manusia. Namun, bagi Mukminin, kehancuran untuk menegaskan karakternya di antara umat manusia. Mukminin tetap menjadi model terbaik dalam kondisi kejayaan mampu kehancurannya. Apa yang ditampilkan Allah dalam kehancuran Mukminin?
Dalam kondisi apapun, Mukminin tetaplah sosok yang sangat istimewa. Memiliki karakter yang paling utama dan derajat yang tertinggi walaupun tengah mengalami kehancuran.
Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:139)
Dalam kondisi yang paling terpuruk, terjepit, mengenaskan, dan tersiksa. Kematiannya bukan karena putus asa, tak ada harapan, menyesali nasib lalu menganiaya diri hingga bunuh diri, tetapi meraih berjuang predikat syuhada. Bukankah dalam siksaan dan kesulitan terdapat pengampunan dosa?
Keterpurukan dan kehancuran untuk melihat kejujuran hatinya. Apakah dalam terkepung lawan niat jihad dan syahidnya masih kokoh? Apakah justru mundur dan berbalik kebelakang? Atau justru menjadi antek-antek lawan?
Betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(-nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.
(Āli ‘Imrān [3]:146)
0 komentar: